Twentieth Fifth

694 102 3
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[100721]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Minju tidak tahu bagaimana mengungkapkan kegembiraannya karena bisa bertemu dengan sang paman, di luar rencana.

"Samchon, sekarang aku sudah bisa naik sepeda. Dan aku juga bisa main harmonika."

"Benarkah?" Jungkook tersenyum kecil.

"Iya. TaeTae hyeong juga bilang begitu. TaeTae hyeong juga mengajariku cara bermain catur. Tapi aku belum pernah menang."

Mendengar cerita keponakannya itu, Jungkook terlihat tidak nyaman dan mengernyitkan dahinya.

"Tapi aku yakin TaeTae hyeong pasti curang. Karena Jihoon hyeong bilang begitu. Jihoon hyeong bilang kalau TaeTae hyeong jago bermain curang. Oh iya, TaeTae hyeong juga bilang kalau akan mengajakku ke lotte world."

Mendengar nama TaeTae yang disebut berulang-ulang oleh Minju, hati Jungkook terasa sesak.

Seharusnya ia yang melakukan itu semua untuk Minju. Tapi, orang lain harus mewakili seluruh tugasnya. Apalagi Minju pun tidak terlihat keberatan. Sebaliknya, ia terlihat sangat senang.

"Lotte world?"

"Iya. Jimin hyeong, kita kapan pergi kesana?"

Pria mungil itu hanya bisa tersenyum lembut memandang anak kecil itu yang juga sedang memandangnya.

"Aku belum tahu. Oh iya, kau tidak akan mau bercerita tentang Minsu?"

"Minsu?" Jungkook melirik penuh tanda tanya kepada Jimin.

"Iya. Minsu adalah nama anak laki-laki manis yang membuatnya terlibat cinta segitiga."

"Bukan cinta segitiga. Minsu bilang kalau dia lebih menyukaiku." Minju menekankan setiap kata yang diucapkannya, sambil menatap ke arah Jimin. Anak sekecil ini bahkan sudah mengenal kosakata 'cinta segitiga'.

"Benar juga. Kau adalah keponakan pamanmu ini." batin Jimin melirik ke arah Jungkook yang duduk di hadapannya saat ini. Untuk hal yang satu ini, sepertinya Minju mewarisi pria tampan itu.

"Iya. Aku tahu. Bagaimanapun kau memegang king card. Jadi sudah pasti, dia lebih menyukaimu." Jimin mengangguk dan terlihat serius menanggapi anak itu.

Tidak hanya pria mungil itu, tapi Minju juga terlihat serius.

"Semoga nanti, tinggiku bisa sama seperti TaeTae hyeong. Pasti sangat menyenangkan."

"Tunggu saja nanti. Pasti sebentar lagi kau juga akan setinggi Jungkook samchon." Jimin mengakhiri pembahasan itu dan Minju mengangguk senang,

"Aku juga akan bisa setampan samchon."

Minju tersenyum lebar memandang pamannya, yang membalas senyum itu. Melihat hubungan antara paman dan keponakan ini membuat Jimin juga merasa senang.

Melihat seekor anak anjing sedang berbaring di halaman restoran tampat mereka menikmati makan malam, dengan gembira Minju berlari cepat menuju anak anjing itu. Senyuman terulas di bibir Jimin ketika ia memandang Jungkook.

"Kau tidak perlu khawatir. Bagaimanapun juga, di matanya.....kau tetaplah seorang pahlawan yang selalu bisa diandalkannya."

"Maksudmu?" alis Jungkook tertaut karena tidak bisa memahami apa yang dibicarakan pria mungil itu.

"Tadi Minju sering menyebut nama Taehyung. Yang aku coba jelaskan disini adalah, apapun yang terjadi.....yang sangat dicintainya hanyalah dirimu. Walaupun dia naik sepeda bersama Taehyung, belajar catur dari Taehyung, dan hal-hal lainnya......pada akhirnya yang dikatakan oleh anak itu tetap sama. Dia selalu bilang bahwa Jungkook samchon lebih jago dari Taehyung. Efeknya, Taehyung tidak terlalu senang mendengarnya."

Jimin kembali memandang Jungkook dan tersenyum lembut. Jimin bisa membaca perasaan Jungkook yang merasa kesepian, sedih, dan juga menyesal. Bagi Jungkook, Jimin adalah seseorang yang aneh. Dengan poker face nya itu, ia selalu bisa membaca apa yang ada di pikiran Jungkook.

"Memangnya warisan milik Minju tidak bisa kau berikan pada orang lain saja?"

Tiba-tiba saja Jimin membuka topik pembicaraan baru. Mungkin karena saat ini, menurutnya suasana hati Jungkook sudah membaik.

"Apa?"

"Wah! Kau menyeramkan sekali. Kenapa kau harus terlihat mengerikan seperti itu? Kau itu sudah cukup menakutkan untuk beberapa orang, tahu."

Jimin memang pintar bicara. Dari wajahnya sama sekali tidak terlihat bahwa ia ketakutan. Tapi......mengerikan? Ini adalah pertama kalinya Jungkook mendengar kritik seperti itu. Selama ini yang sering terdengar olehnya adalah ia tampan dan sangat gagah. Walaupun ia juga tahu ada yang menyebutnya sebagai pangeran es dari kutub utara, tapi itu tak ia hiraukan.

Tidak ada yang menyeramkan dari wajah Jungkook. Sebaliknya, wajah pria itu terlihat segar dan juga mencerminkan hatinya yang baik. Dengan mata bulat, ia justru terlihat sangat tampan dan garis rahangnya yang tegas membuatnya terlihat semakin tampan dan gagah. Jungkook juga terlihat sedikit keras kepala, tapi dengan adanya dua gigi kelinci yang ia miliki, pria itu terlihat lembut dan imut.

Di saat-saat tertentu, ia harus mengeraskan ekspresi wajahnya, seperti ketika ia harus membuat keputusan atau memberi perintah. Tapi, pria itu memang sudah terlahir dengan paras yang tampan. Jadi seperti apapun raut wajahnya, semuanya terlihat alami. Lalu apa yang membuat Jimin melihatnya sebagai pria yang menyeramkan? Penyihir yang satu ini sepertinya tidak bisa menilai seseorang dengan baik.

"Berikan saja warisan Minju. Tanpa masalah itu saja, di dalam keluargamu sendiri sudah banyak masalah. Dan aku yakin kalau kau akan bisa melepaskannya, apalagi berhubungan dengan keselamatan Minju."

"Tidak bisa. Semua itu adalah warisan dari Jiwoo dan Somi, yang memang jatuh ke tangan Minju. Aku harus menjaga itu semua, dan menyerahkannya dengan baik pada Minju."

Jungkook tidak ingin mengingkari janjinya. Ia pun menyampaikan niatnya itu dengan tegas kepada Jimin. Minju memang sangat mirip dengan pamannya. Apalagi setelah melihat raut wajah Jungkook barusan ketika menyampaikan argumennya tentang warisan milik Minju. Raut wajah mereka benar-benar sama.

"Semua akan bisa berjalan dengan baik, kalau memang Minju selalu berada dalam keadaan aman." pria yang ada di hadapannya saat ini terlihat ragu, tapi tidak terlalu diperhatikan oleh Jimin.

"Karena kalau kau memang tidak bisa menjamin keselamatannya, kurasa akan lebih baik menyerahkan warisan itu pada orang lain. Dan tentu saja......itu akan menjadi keputusan yang baik, daripada harus membuat Minju kelelahan menghadapi ini semua." Jimin boleh saja tersenyum saat mengatakannya, tapi sinar matanya tidak tersenyum sama sekali.

"Anggap saja kau berhasil menangkap orang yang ada di balik semua masalah ini, tapi kalau nantinya di lain kesempatan, orang-orang seperti itu muncul lagi......apa yang akan kau lakukan? Bahkan, dalam alkitab pun mengatakan bahwa keserakahan adalah kejahatan yang tidak bisa dihindari." pria mungil itu terlihat serius dengan yang dikatakannya.

Jimin pun akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Minju yang sedang berlari kencang untuk menghindari kejaran anak anjing yang ada di halaman restoran itu.













To be continued...

My Beautiful Witch [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang