Budayakan Vote & Comment
Sorry for typo
©Park_213
[020721]
Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.Memandang perusahaan besar yang bertuliskan Jeon’s Software Technology, Jimin terlihat tidak senang. Gedung yang menjadi kantor pusat perusahaan Jungkook itu sangat tinggi dan megah. Sepertinya ada lebih dari empat puluh lantai. Jadi….ini tempat kerja pria itu? Pasti ia berhasil mengumpulkan banyak uang dengan bekerja di tempat ini. Ia sudah mengabaikan keponakan satu-satunya dan hidup nyaman seperti ini?
“Baiklah. Kita lihat, sesempurna apa hidupmu setelah membuang keponakanmu sendiri.” batin Jimin berdiri di depan pintu kaca otomatis dan langsung masuk ke dalam gedung dengan penuh amarah.
“Ada yang bisa saya bantu?” wanita berparas cantik itu tersenyum ramah sambil memandang Jimin.
Walau Jimin mengenakan pakaian kerja, ia tidak terlihat seperti pegawai di gedung itu. Kepintaran wanita cantik itu melihat dirinya, membuat Jimin mengeluarkan sedikit pujiannya. Tidak hanya cantik, wanita itu juga cepat tanggap. Tadi Jimin dengan mudah melewati penjagaan di lantai dasar gedung itu.
“Saya datang untuk bertemu dengan Jeon Jungkook.” Jimin menyampaikan maksud kedatangannya dengan tegas.
Jimin sebenarnya tidak punya masalah dengan sekretaris itu. Tapi, karena kemarahan Jimin sudah terasa sampai ubun-ubun, ia tidak senang melihat wanita itu.
“Anda sudah membuat janji?”
“Belum. Saya datang untuk urusan pribadi. Dan saya yakin, dia sudah tahu untuk apa.”
Wanita itu masih sibuk memeriksa jadwal atasannya dan tenggelam di dalamnya. Jimin langsung mengeluarkan dan melemparkan kartu nama yang pernah diberikan Jungkook padanya, dan bergegas berjalan menuju ke arah lift. Dengan asal, Jimin menekan tombol paling atas karena menurut instingnya ruangan pribadi pria itu berada di lantai paling atas.
Keluar dari lift, Jimin berjalan menuju ke sebuah ruangan dengan pintu tertutup yang ia sangat yakin itu adalah ruangan pemilik perusahaan raksasa ini.
“Nona, Anda tidak boleh masuk kesana.”
Seketika langkah kaki Jimin terhenti. Ia berbalik dan menatap tajam ke arah sekretaris Jungkook yang lain –yang kali ini berjenis kelamin laki-laki– yang kebetulan ada di tempat itu, langsung berdiri dan berusaha mencegah Jimin masuk ke ruangan itu.
“Aku ini pria!” ucap Jimin tegas yang membuat sekretaris Jungkook melotot kaget.
“Ma-maafkan saya, Tuan.”
Tak ingin berdebat, Jimin langsung melanjutkan langkahnya tak mempedulikan sekretaris Jungkook yang panik.
BRAK!
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
Tap!
“Jeon Jungkook ssi, kau tampak sibuk sekali.”
Dalam sekejap, Jimin sudah berdiri di depan meja kerja Jungkook kemudian menyapa pria itu. Saat itu, Jungkook dengan lengan kemeja hitamnya tergulung ditambah dua kancing atas kemejanya terbuka, terlihat sedang sibuk bekerja di balik meja kerjanya.
“Maafkan saya, sajangnim.”
Sekretaris laki-laki itu menggenggam lengan Jimin sambil menundukkan kepalanya ke arah Jungkook.
“Tuan ini memaksa masuk…”
“Tidak apa-apa. Aku mengenalnya.”
“Kau dengar, kan?”
Jimin menghentakkan lengannya dari genggaman sekretaris Jungkook. Kedua sekretaris Jungkook bertukar pandang dengan penuh tanya, kemudian menunduk memberi hormat dan menutup pintu ruangan kerja pribadi atasannya. Jimin memandang Jungkook dengan tajam.
“Huh! Jadi…..seperti ini rupanya ruang kerjanya.” Jimin semakin marah melihat pria itu tetap duduk di balik meja dan bekerja.
Jungkook menahan tawanya melihat Jimin yang mendekatinya dengan tatapan yang seolah-olah siap menjadikan dirinya sebagai ‘santapan’. Tapi, hanya berlangsung sampai sebelum Jimin melontarkan semua makiannya.
“Aku tidak mengerti, kenapa sampai ada manusia tidak berperasaan seperti dirimu di dunia ini. Kau bilang kalau dia adalah keponakanmu satu-satunya, tapi kau tidak menyayanginya dengan benar. Kau tahu tidak berapa lama dia menunggumu? Baginya, kau adalah segalanya. Tapi kenapa kau tega melakukan ini semua padanya?” Jimin meluapkan semua kekesalannya. Kemarahannya terasa membara.
“Aku….”
Jungkook harus menahan diri untuk tidak mengunjungi Minju. Demi keamanan anak itu, ia memilih untuk tidak menemuinya. Orang-orang yang selama ini mengincar Minju, pasti tahu hari ulang tahun anak itu. Dan Jungkook juga tahu bahwa ada mata-mata di dekatnya. Pasti mereka juga punya pikiran yang sama. Pasti mereka mengira, di hari ulang tahun Minju, ia akan mengunjungi dan menghabiskan waktu bersama anak itu.
Karena dirinya sangat yakin bahwa gerak-geriknya sedang diawasi. Jungkoo pun tidak mau mengambil resiko. Ia tidak ingin membuat keamanan Minju kembali terancam. Sayangnya, untuk menjelaskan keadaan itu saja, dirinya tak mampu. Pria mungil yang ada di hadapannya saat ini tidak memberikan kesempatan untuk bicara. Jimin terus bicara tanpa henti. Seperti biasanya.
Jungkook bangkit dari duduknya dan berjalan memutar. Pria tampan itu berhenti tepat di depan Jimin yang masih mengomel.
“Kalau ada yang ingin kau katakan, katakan sekarang juga. Sepanjang malam, dia menung–”
Jungkook yang sudah tidak tahan lagi mendengar ceramah Jimin langsung merengkuh tengkuk pria mungil itu dan mencium bibir tebalnya. Dalam sekejap, ruangan Jungkook terasa sangat sunyi. Jungkook merasa tidak salah langkah. Lagi-lagi keputusan yang dibuatnya benar. Sejak bertemu dengan penyihir ini, ia sudah ingin melakukan apa yang sedang dilakukannya saat ini.
Tanpa aba-aba Jungkook langsung melumat bibir tebal Jimin dengan lembut. Ia menggiring si mungil ke sofa. Ciuman mereka lama-kelamaan semakin dalam dan penuh gairah.
Jimin sendiri seperti tidak sadarkan diri. Tangannya mengalung di leher Jungkook dan menekannya agar mereka semakin menempel. Semua terjadi begitu cepat dan tak disangka-sangka, seperti letusan gunung atau petir yang tiba-tiba saja menggelegar di tengah musim panas. Baik Jungkook maupun Jimin tidak bisa menahan diri.
To be continued...
Kesel gk? ◔‿◔
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Witch [KM] ✓
RomanceApa kau percaya penyihir? Seorang penyihir akan membuat keinginanmu jadi nyata hanya dengan mengayunkan tongkat sihirnya. Genre: - Romance - Comedy - Fanfiction - Boys Love - Brothership Main Cast: Jimin aka Sub! Jungkook aka Dom! Kim Taehyung aka...