Thirtieth Third

666 101 18
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[190721]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Ruangan itu gelap. Sangat gelap sampai wajah orang yang sedang terduduk di kursi itu tidak terlihat.

“Seorang pria? Kau yakin? Kau benar-benar tidak tahu siapa pria itu?”

“Iya. Aku sama sekali belum pernah melihatnya sampai tadi itu.”

Soo Hee menggigit bibirnya. Kalau pria mungil itu terkenal, pasti wartawan itu sudah bisa mengenalinya. Tapi, pria itu tidak mengatakan apa-apa. Jadi, sudah pasti pria mungil itu adalah orang dari kalangan biasa.

“Baiklah. Pasti tidak akan sulit mencari tahu siapa pria itu. Lalu, bagaimana untuk urusan perusahaan?”

“Tidak tahu. Dong Won sama sekali tidak membahas urusan pekerjaannya. Waktu itu aku mendengar pembicaraannya di telepon, katanya harga saham turun dan sepertinya dia cukup khawatir. Tapi sepertinya kita tidak perlu terlalu memikirkan itu.”

“Coba nanti kau perhatikan lebih baik lagi. Siapa tahu ada sesuatu yang harus kita waspadai. Kau jangan perhatikan perusahaan IONIQ itu saja.”

“Tenang saja. Aku sama sekali tidak berminat karena direkturnya bukan Daniel oppa.” Soo Hee berbohong demi Daniel. Suka tidak suka, Daniel adalah saudaranya.

“Tentu saja. Anak itu terlalu lugu dan posisinya terpojok. Itu saja.”

Siapapun yang ada di balik kursi itu, mendecakkan lidahnya dengan kesal.

🐥🐰

Meminta Jimin untuk berkenalan dengan keluarga Jungkook, jauh lebih mudah daripada yang dibayangkan pria itu sendiri. Jungkook tahu bahwa Jimin akan sesuai dengan selera keluarganya. Pria mungil itu pasti akan bisa menyesuaikan dirinya dengan baik. Dan kalau dipikirkan lebih jauh, sepertinya hanya Jungkook yang terlihat tegang dan gugup walau tertutup oleh tampang dinginnya.

Sesampainya di rumah Jungkook, pria mungil itu tidak berkecil hati sama sekali. Rumah Jungkook sangat megah dan mewah serta penuh dengan pepohonan dan rerumputan. Lalu, Jimin dengan santai memperhatikan dan mengagumi tempat yang baru pertama kali dikunjunginya.

“Hmm….bagus sekali.” Jimin berkata sambil memandang Jungkook.

“Baguslah, kalau kau suka.”

Jungkook terkejut mendengar suara itu. Pria itu spontan berbalik badan dan melihat seorang wanita cantik yang terlihat tidak sesuai dengan umurnya itu sedang berjalan ke arah mereka dengan senyuman hangatnya. Nyonya Jeon –ibu Jungkook– yang memakai baju santai. Nyonya Jeon melirik ke arah Jimin.

“Iya. Rumah ini sangat bagus. Saya menyukainya.” kata Jimin.

Walau Nyonya Jeon muncul tiba-tiba, tapi hal itu tidak mengejutkan Jimin. Bahkan, pria mungil itu mengangguk dengan lembut dan terkekeh ke arah ibu Jungkook.

Annyeonghaseyo, nama saya Park Jimin.”

Jimin tidak terlihat sedang bercanda. Pria mungil itu membungkuk hormat sembilan puluh derajat dengan sangat anggun. Bahasa tubuhnya berkata bahwa ia menghormati wanita paruh baya itu.

“Ayo kita masuk.” ucap Nyonya Jeon kepada Jungkook dan berpura-pura tidak memandang Jimin.

Hari ini Jimin mengenakan kemeja putih yang ditutup dengan sweater berwarna baby blue. Ia pun mengenakan celana kain dengan warna senada dengan sweaternya. Membuatnya terlihat sangat sopan, cantik, dan juga menggemaskan.

“Saya akan memperkenalkan diri lagi. Nama saya Park Jimin.” ucap Jimin sekali lagi sambil membungkuk hormat sembilan puluh derajat.

“Kau datang dari keluarga mana? Lalu, apa pekerjaan orangtuamu?”

Nyonya Jeon terlihat sangat anggun dengan dress peach yang dikenakannya. Tapi, caranya menatap Jimin cukup menyeramkan.

“Saya datang dari keluarga Park. Ayah saya bekerja di kejaksaan. Begitu juga dengan adik saya.”

Jimin menjawab dengan mantap. Ia sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan pertanyaan Nyonya Jeon, yang tampak puas dengan jawaban pria mungil itu. Dari cara Jimin bicara, yang diiringi sebuah senyuman, mencerminkan perilaku yang baik. Tidak hanya itu, Jimin sama sekali tidak menghindar dari tatapan mata Nyonya Jeon.

“Kalau kau sendiri? Apa pekerjaanmu? Aku sama sekali tidak suka orang malas yang lebih senang berdiam diri.”

Dulu, waktu Somi mengatakan ia bekerja, Nyonya Jeon sempat mengatakan kalau dia tidak suka orang yang senang berkeliaran di luar rumah. Karena menurutnya, seseorang –khususnya untuk wanita dan pihak bawah– yang senang berkeliaran di luar rumah, akan memiliki citra yang tidak baik.

“Jimin bekerja di kantor urusan negara.” Jungkook menyerobot menjawab pertanyaan ibunya.

“Aku tidak bertanya padamu.”

Jimin masih tersenyum dan memandang bergantian antara Jungkook, yang duduk di sampingnya, dan Nyonya Jeon yang duduk di depannya.

“Seperti yang dikatakan Jungkook baru saja. Saya bekerja di kantor urusan negara di Gangnam-gu.”

“Baiklah. Lalu kau masih akan bekerja kalau sudah menikah nanti?” Nyonya Jeon masih manatap Jimin dengan tajam, tapi pria mungil itu terlihat baik-baik saja.

Di mata Jungkook saat ini, pria mungil yang ada di sampingnya ini punya jantung yang kuat. Ia sangat berani. Berita yang beredar adalah ibu Jungkook itu orang yang sulit dihadapi. Tapi, sepertinya ibunya menyukai Jimin. Karena kalau tidak, dia tidak akan menyebut kata pernikahan sedikit pun.

“Saya belum tahu.” Jimin menjawab sambil melirik Jungkook.

“Sejujurnya, saya masih ingin bekerja, tapi sepertinya saya tidak akan diizinkan oleh Jungkook. Sepertinya dia lebih senang saya ada di rumah untuk mengurus pekerjaan rumah tangga.”

Jimin tidak pernah membahas hal itu dengan Jungkook sama sekali. Bahkan, topik yang hampir sama pun, tidak pernah. Tapi, memang Jungkook sendiri tidak pernah bertanya tentang hal itu.

“Memang belakangan ini sudah tren untuk seorang istri bekerja. Bagaimanapun juga, pekerjaan rumah tangga adalah yang paling utama. Apalagi tidak mudah mengurus rumah tangga keluarga ini.”

Nyonya Jeon memandang Jimin sekali lagi. Seolah-olah sedang memberikan peringatannya. “Karena kau akan menjadi menantu pertama di rumah ini, bebanmu sangat banyak.”

“Iya. Saya akan mendiskusikannya dengan Jungkook, dan kami akan memutuskannya bersama.” Jimin menjawab dengan penuh senyum.

Orang yang luar biasa. Ia sama sekali tidak terlihat bimbang dan takut berhadapan dengan ibu Jungkook yang tegas itu.

“Hmm….aku lihat kau datang dari keluarga yang mengajarkanmu berperilaku dengan baik. Belakangan ini, tidak banyak orang muda yang tahu bagaimana cara menghormati orang tua dengan baik. Bagus.” Nyonya Jeon memberikan kesimpulannya dengan tegas.

Nyonya Jeon menyukai pria mungil itu. Karena kalau tidak, ia tidak akan mau memandangnya, sedikitpun. Ia tak masalah mengenai seksualitas anak nya, asal anaknya bahagia itu sudah cukup. Nyonya Jeon tampak sudah menggunakan beberapa trik untuk membuat pria mungil itu putus asa, tapi yang didapatkan olehnya adalah pria mungil itu bisa menghadapi Nyonya besar itu dengan baik. Sampai kapanpun, Nyonya Jeon tidak menyetujui pernikahan Somi dan Jiwoo. Itulah kenapa ia juga tidak terlalu mengakui dan menyukai kehadiran Minju. Tapi, pada akhirnya, penyihir cantik itu berhasil menyihir dan memikat ibu Jungkook.

🐥🐰

“Oke. Jadi dia ingin menikah. Dia berencana mengadopsi anak itu. Pintar juga. Untuk pria seusianya, dia terlalu jenius. Bagaimanapun juga, hal paling pertama yang harus kuhentikan adalah pernikahan Jungkook. Kira-kira, metode apa yang harus kupilih?”














To be continued...

My Beautiful Witch [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang