Song List: Pelangi - Hivi.
“Tetaplah engkau di sini, jangan datang lalu kau pergi. Jangan anggap hatiku, jadi tempat persinggahanmu. Untuk cinta sesaat.”
~ H I V I ~
43 || PENYESALAN
Alea benci saat dia tidak melakukan apapun, karena pada saat itu, otaknya terus memaksanya untuk memikirkan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin ia pikirkan. Untuk itu, ia memilih melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda berbulan-bulan lamanya karena kesibukannya sebagai seorang istri.
Saat tangannya sibuk menari-nari di atas kertas HVS, mencoretkan garis-garis berpola gaun hingga membentuk desain dress yang terlihat cantik meski belum sepenuhnya jadi, tiba-tiba saja, ia teringat sesuatu, dan lalu berhenti menggambar.
"Barra adik Mahesa?" gumamnya dengan raut bingung. Tatapannya terfokus pada pemandangan kolam renang rumahnya di bawah sana. Bahkan saat ia sudah mencari kesibukan lain, ia tetap tidak bisa mencegah untuk tidak memikirkan hal itu.
Alea sudah kembali ke rumah, atas permintaan ke-dua orang tuanya yang mengambil paksa ia di rumah sakit. Mengenai hal ini, Barra belum tahu, karena laki-laki itu pun belum juga menemuinya setelah kemarin menghilang. Alea akan belajar tidak peduli lagi padanya.
Bukannya melanjutkan menggambar desainnya, Alea justru meletakkan pensilnya di atas kertas itu. Segelas cokelat dingin yang tersaji di mejanya ia teguk hingga tersisa setengah.
Sembari memikirkan apa lagi elemen yang perlu ia tambahkan di hasil gambarannya, otak Alea kembali mengingat pembicaraannya dengan Mahesa di pertemuan mereka kemarin.
"Gue delivery makanan, kayaknya udah mau nyampe. Lo tungguin Alea dulu di sini."
Cowok itu meraih dompetnya yang tergeletak di atas meja, kemudian beranjak dari sofa lalu keluar dari ruangan.
Mahesa mengangguk, tanda ia menyetujui. Saat sosok Alvino sudah menghilang dari balik pintu, Mahesa menatap Alea dengan raut yang tak terdeskripsikan. Alea tidak mengerti dengan ekspresi itu.
"Kenapa Hes?" tanyanya cukup peka.
Mahesa menggeleng, seolah tidak terjadi apa-apa. Cowok itu melakukan hal lain yang kelihatan sekali dengan sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Kamu mau ngomong sesuatu?" tanya Alea lagi, masih berusaha mengulik.
Sama seperti tadi, cowok itu kembali menggeleng. "Nggak kok."
Alea memaksa dirinya untuk percaya, meski sebenarnya tidak. Ia melirik Mahesa yang sesekali curi-curi pandang ke arahnya. Meski begitu, Alea tak lagi bertanya seperti tadi. Sepertinya hasilnya akan sama, untuk itu, ia tetap diam.
"Selama ini, lo sama Barra baik-baik aja?" celetuk Mahesa tiba-tiba, membuat Alea mengernyitkan dahinya. Benaknya bertanya-tanya, untuk apa Mahesa bertanya seperti itu?
Belum ia menjawab, cowok itu sudah melontarkan pertanyaan kembali. Pertanyaan yang serupa, namun tak sama.
"Dia gimana sama lo?"
"Gimanapun, kalian nggak ada riwayat hubungan yang baik sebelum nikah."
"Kamu kenapa tiba-tiba tanya kayak gitu?"
Mahesa menggeleng dengan sebuah senyum tipis yang terukir di bibirnya. "Gapapa. Kalaupun dia jahat sama lo, dia nggak bakalan jahat sama anak lo, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA'S Journey
Teen FictionUntuk sesaat, gadis yang saat ini tengah berdiri di balik jendela kamar seraya memegang cangkir seduhan coklat hangatnya itu memilih bersikap jahat dengan membenci Tuhan. Alea namanya. Ia telah salah mengambil keputusan untuk menemani sang sahabat...