Part ini panjang. Awas apa? Yoi, gumoh.Song List: Can You See My Heart - Heize
26 ||HE NEED A HUG
"Alea."
"Hm?"
Ketika melihat Barra tak kunjung menyahut, Alea menghentikan kunyahannya, menanti dengan sabar apa yang hendak Barra katakan. "apa, Bar?"
Keraguan hinggap di benak Barra ketika ia hendak meminta maaf karena sudah mengingkari janjinya kemarin. Dia bingung, apakah harus dia meminta maaf?
"Nggak jadi." Pada akhirnya, rasa gengsinya yang kelewat tinggilah yang menang.
Alea menatapnya datar, lama-lama jengah dengan kelakuan Barra.
Di dalam sana, Barra sendiri tengah melakukan perang batin dalam hatinya. Ia ingin meminta maaf, tapi pikirnya, hal itu sudah berlalu. Maaf pun tidak akan membuatnya jadi tidak mengingkari janjinya, kan? Ia rasa masalahnya tidak perlu dibahas, dan dia tidak perlu meminta maaf.
Namun, sesuatu lain dalam dirinya menolak kesimpulan itu. Ada sesuatu yang mendorongnya agar mengakui kesalahannya kemarin lalu minta maaf.
Alea berdiri, hendak membereskan piring-piring kotor bekas mereka pakai makan malam.
Melihat piring yang menumpuk rupanya cukup banyak, rasa-rasanya Alea tidak kuat jika harus mengangkatnya sekaligus. Untuk itu, dia akan mengangkatnya sedikit demi sedikit menuju tempat pencucian.
"Biar gue aja yang bersihin."
Lagi-lagi, Alea merasa ada yang aneh dengan Barra. Terkena angin apa Barra sampai mau membersihkan piring-piring kotor? Cowok itu bahkan sudah menahan pergerakannya yang hendak mengangkat piring kotor, digantikan dengannya yang langsung mengangkat setumpuk piring tersebut dalam sekali angkat.
"Bar, kamu nggak kerasukan, kan?"
Cowok yang mulai menyalakan kran air itu mendengkus pelan mendengar celetukan Alea. Dia hanya sedang berbaik hati setelah merasa bersalah sudah melupakan janjinya. Jika mulutnya sulit mengeluarkan kalimat maaf lantaran gengsinya yang selalu menuntut untuk dituruti, maka biarkan dia melakukan sesuatu yang ia anggap cukup untuk mewakili maafnya. Setidaknya dia meringankan beban Alea dengan tidak kelelahan mencuci piring sebanyak itu.
"Biar aku aja nanti yang ada piringnya kamu banting pecah semua."
Baru hendak merebut spons dari tangan Barra, cowok itu mencegahnya. Raut wajahnya datar. "Mending lo sana daripada lo yang gue banting," suruhnya, lalu melanjutkan kegiatan semula.
Memperhatikan gerak-gerik Barra yang sejak tadi normal-normal saja, tidak ada yang mencurigakan, Alea mulai mempercayakan urusan cuci piring pada suaminya. Namun, bukan berarti dia melepaskan Barra begitu saja. Dia akan tetap memantau Barra dari meja makan.
"Oh iya. Mama kamu sakit, Bar. Tadi beliau ngirim text ke aku. Katanya kamu nggak bales bales. Kenapa?"
"Lowbath," sahutnya singkat, sedikit ketus.
"Kita disuruh datang malam ini." Alea tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana raut wajah Barra karena posisi cowok itu membelakanginya. Namun, yang pasti Alea tahu, pergerakan tangan Barra berhenti mencuci setelah ia menyampaikan pesan ibunya.
"Udah tau." Alea tak menduga Barra rupanya sudah tahu akan hal ini. Jika sudah tahu, mengapa tidak memberitahunya? Apa Alea tidak boleh tahu?
"Aku boleh ikut?"
![](https://img.wattpad.com/cover/241270253-288-k31828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA'S Journey
Novela JuvenilUntuk sesaat, gadis yang saat ini tengah berdiri di balik jendela kamar seraya memegang cangkir seduhan coklat hangatnya itu memilih bersikap jahat dengan membenci Tuhan. Alea namanya. Ia telah salah mengambil keputusan untuk menemani sang sahabat...