Song List: Hanya Rindu - Andmesh Kamaleng.58 || I'M LATE, SORRY
"Om. Kok Mama dari tadi nggak mau keluar dari kamar ya? Mama ngapain sih di dalem?"
Ke-lima pria yang sedang duduk melingkar di sofa ruang keluarga sama-sama saling pandang saat seorang bocah tiba-tiba datang di tengah-tengah mereka, bertanya dengan raut bingung yang begitu kentara.
"Uncle?" Juna beralih pada George saat ke-empat paman kandungnya tidak ada yang menjawabnya.
Saat melihat Uncle Jo yang biasa meladeninya kini bahkan turut bungkam, Juna jadi semakin berpikir yang tidak-tidak tentang ibunya. Hari sudah hampir petang, tapi seharian ini ibunya belum juga keluar dari kamarnya.
Dean dan Alvian saling pandang. Kembar bersaudara itu sama-sama menggeleng. Seolah baru saja melakukan telepati, mereka sama-sama bingung harus melakukan apa menghadapi keresahan yang melanda mereka semua.
"Mmmm, Juna ke kamar Kak Cio aja gimana? Main sama Kak Cio di sana. Dia abis beli mobil baru loh. Kalian bisa naik mobilnya bareng-bareng, sana main di taman."
Meski sebenarnya ingin menolak karena saran itu bukanlah kemauannya, tapi Juna akhirnya tetap mengangguk. Sebelum benar-benar balik badan meninggalkan orang-orang di sana, Juna sempat berpesan sesuatu. "Tolongin Mamanya Juna ya, Om? Mama nggak keluar-keluar soalnya. Juna takut Mama kenapa-napa" Anak itu menunduk lesu, lalu pergi meninggalkan ruang keluarga.
Alvino tiba-tiba berdiri, membuat mereka semua yang ada di sana menatap bingung ke arahnya.
"Alea lagi nangis kayaknya. Mending salah satu dari kita liatin dia."
Usul Alvino mendapatkan gelengan kepala dari Sendy. "Pintunya dikunci. Kalau dia lagi pengin sendiri, nanti kita malah jadi ganggu."
"Nanti kalau dia laper juga keluar. Tunggu aja." Dengan begitu santai, Dean menyuarakan pendapatnya, menimbulkan tatapan sinis dari kembarannya sendiri yang sering tak sejalan dengannya.
"Iya kalau sempet laper. Kalau terlanjur kenapa-napa di dalam gimana?" George berpikiran lain.
"Ya makanya ayo dicek. Urusan buka pintu aja susah banget, kunci cadangan juga ada, kan."
Meski sebelumnya ragu, mereka akhirnya memutuskan mengikuti pilihan Alvino yang sudah berjalan lebih dulu menuju kamar Alea, ruangan yang sejak pagi tadi belum juga terbuka pintunya.
Begitu sampai di depan pintu, mereka lebih dulu saling pandang untuk meyakinkan diri masing-masing. Begitu mereka sama-sama mengangguk mantap, George yang lalu mengangkat tangannya, hendak mengetuk pintu.
Namun, belum sempat tangannya mengetuk pintu bercat putih tersebut, ternyata seseorang dari dalam sudah lebih dulu membukanya.
Lalu perempuan dengan rambut acak-acakannya muncul, menatap mereka satu-persatu dengan raut datar, cenderung tak suka akan keberadaan mereka.
"Lea? Kamu kenapa baru---"
"Minggir." Alea memotong ucapan Alvino. Mata Alea menatap dengan sangat sinis pada mereka semua, menimbulkan kebingungan di benak mereka masing-masing.
Dengan terpaksa, mereka lalu menyingkir, memberi akses lebih leluasa untuk Alea lewat.
Ini bukan Alea yang seperti biasanya. Perempuan itu judes dengan terang-terangan di depan mereka yang adalah kakak kandungnya sendiri.
"Dicuci nih pasti otaknya sama Barra," gerutu Alvino seraya menatap punggung Alea yang semakin menjauh, lalu menghilang begitu pintu lift tertutup.
Alvian terdiam beberapa saat, menimbulkan kecurigaan di benak adik-adiknya. Pria itu seperti mengetahui sesuatu.
![](https://img.wattpad.com/cover/241270253-288-k31828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA'S Journey
Teen FictionUntuk sesaat, gadis yang saat ini tengah berdiri di balik jendela kamar seraya memegang cangkir seduhan coklat hangatnya itu memilih bersikap jahat dengan membenci Tuhan. Alea namanya. Ia telah salah mengambil keputusan untuk menemani sang sahabat...