🍉 Now, We Have Meet

10.2K 646 406
                                    

Sebenernya kunci gue cepet up itu cuma satu, banyak komen.

Song List: Psycho - Red Velvet.

59 || NOW, WE HAVE MEET


Pria dengan setelan serba hitam itu menatap gerbang besi yang berdiri menjulang tinggi nan kokoh di hadapannya. Ia memperbaiki letak earphone yang tersumpal di telinganya, sebelum akhirnya berbicara sesuatu dengan suara yang pelan.

Tak lama setelahnya, seorang wanita yang nampak tak lagi muda dengan setelan formalnya keluar dari gerbang. Tampilannya tegas dan berwibawa. Bahkan pria yang semula berdiri di depan gerbang, harus sedikit mundur untuk memberi tempat yang lebih leluasa bagi orang itu.

"Saya tahu ada yang lebih dulu datang dibanding saya. Kalian berkhianat?" Barra, pria itu memasang wajah penuh peringatan pada perempuan yang berdiri dengan kepala menunduk di hadapannya.

Gelang yang melingkar di pergelangannya merangkap tugas sebagai alat komunikasi yang akan langsung menerjemahkan bahasanya ke bahasa yang ingin dimengerti oleh pendengarnya. Ia tak perlu susah-susah mempelajari berbagai macam bahasa untuk memahami orang-orang di tempat tersebut, yang berasal dari banyak negara.

Wanita itu mendecih pelan, lantas menggelengkan kepala seperti tengah meremehkan. "Puluhan tahun saya mengabdi di tempat ini. Ingat, Barra. Saya royal ke DVS, nggak peduli siapapun pemimpinnya."

Barra menganggukkan kepalanya sekali. Ia kembali memandangi gerbang berwarna hitam di hadapannya. Dari luar, tempat itu terlihat seperti hutan yang tak ada kehidupan mahluk hidup di dalamnya, dipagari begitu rapat. Tapi saat dibuka, biar mereka yang menilainya sendiri.

"Mari masuk. Saudaramu sudah menunggu di dalam."

Mendengar istilah saudara disebut, tangan Barra secara otomatis terkepal di bawah sana. Buku-buku jarinya memutih, menyalurkan emosinya.

Saat sampai di depan sebuah bangunan yang terlihat klasik, khas bangunan kuno yang dibangun beberapa puluh tahun yang lalu, Barra reflek menarik napasnya dalam-dalam. Setelah yakin, ia lalu mengikuti langkah wanita tadi, masuk ke dalam bangunan tersebut.

Pemandangan yang pertama kali dilihatnya begitu masuk ke bagian dalam bangunan adalah kumpulan orang-orang yang sedang duduk melingkar dengan tumpukan kartu judi di atas meja yang ada di tengah-tengah mereka.

"Wow, bos. Tiba-tiba datang." Barra paham apa yang dikatakan orang itu tanpa harus mendengar terjemahannya, karena orang itu memang berbicara dengan bahasa Indonesia.

Laki-laki itu langsung bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Barra dan memberinya sambutan dengan sebuah pelukan singkat.

"Ada anak tikus di dalam," bisik laki-laki itu, dan Barra mengangguk seolah sudah tahu.

"Hm. Udah tau."

Meski terkejut, pria tadi hanya mengangguk, menepuk punggung Barra yang lalu masuk lebih jauh ke dalam sana.

Saat menatap seseorang duduk membelakanginya di atas meja hingga hanya terlihat punggungnya yang, langkah Barra kian cepat, mendekati sosok itu.

"Halo, adik tiri." Mahesa yang tengah merokok, menoleh dengan senyum miring, menatap Barra yang terlihat menahan emosi di sampingnya.

Cuih.

Barra meludah ke sampingnya, menatap nyalang ke arah Mahesa yang dengan santai mentertawakannya.

ALEA'S Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang