55 || JUNA'S ANGER
Menjelang petang, Alvino baru pulang bersama ibunya. Cowok itu sibuk sendiri dengan ponselnya sementara ibunya menyetir di samping. Begitu mobil yang melaju dengan kecepatan sedang dibelokkan melewati gerbang utama rumahnya, cowok itu spontan mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sejak tadi ia mainkan. Ada sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya.
"Ma! Itu bukannya Barra ya?" kejut Alvino, menoleh ke belakang sampai tubuhnya ikut berputar.
Sienna yang masih fokus menyetir tak begitu memperhatikan sekelilingnya. Ia menatap kaca spion di atasnya seraya mengernyitkan dahi bingung. "Masa sih? Salah liat kali kamu."
"Nggak Ma!" bantah cowok itu, menolak pendapat ibunya. Begitu mobil telah memasuki garasi dan terparkir rapi dengan mobil-mobil lain, Alvino langsung melompat keluar dari sana.
Ia berlari ke pelataran rumah, memfokuskan pandangannya pada seseorang yang berdiri di dekat gerbang rumahnya. Begitu sadar siapa sosok itu, ia langsung bergegas lari masuk ke dalam rumah.
"Al?! Alea!" Suara teriakan cowok itu menggelegar memenuhi ruang tamu. Ia yakin Alea memiliki jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya, memberikannya efek pusing yang tiba-tiba menjalar di sana.
Saat hendak menaiki tangga untuk mendatangi kamar Alea yang ia kira perempuan itu ada di sana, tiba-tiba, yang dicari sudah muncul dari arah dapur.
"Apa sih teriak-teriak, berisik!" semprot Alea. Perempuan itu nampak tak seperti biasanya. Ekspresinya begitu tak bersahabat. Caranya duduk di sofa yang langsung ambruk pun kian memperlihatkan jika perempuan itu sedang badmood.
"Kok di depan ada Barra?!" tanya Alvino dengan raut menghakimi, seolah kedatangan cowok itu ke rumahnya disebabkan karena Alea.
"Kok dia bisa ke sini? Ngapain?!"
Alea yang tengah memijit pelipisnya, menatap kesal ke arah Alvino yang sama sekali tidak pengertian padanya. Sudah jelas ia sedang pusing, tapi cowok itu malah bertanya yang tidak-tidak.
"Aku juga nggak tauu! Kamu nanya ke aku?! Aku nanya ke siapa?! Ke diriku? Diriku gak tauu!" Alea memekik nyaring, berceloteh frustasi menyahuti pertanyaan Alvino yang ia anggap konyol. Setelahnya, ia kembali ambruk, memijat kepalanya lagi yang masih pening. Dia sedang kelelahan setelah mengurus Juna yang tak juga berhenti menangis karena insiden di hotel. Beruntung, anak itu berhasil ia tidurkan.
"Emang aku ibunya dia apa?" gerutunya seraya melirik sinis pada cowok yang saat ini hanya bisa melongo melihatnya kesal seperti itu.
"Ya dia ke sini berarti dia tau kalau kamu udah balik. Iya kan?"
"Kalau iya kenapa?!" Alea malah menjawab dengan sedikit nyolot. Alvino yang melihatnya hanya bisa mengusap dadanya sambil terus merapalkan kata-kata sabar.
"Iya udah santai dong, gak usah nyolot gitu. Orang kakak juga ngomong baik-baik," gumamnya dengan suara pelan.
"Lagian kamu ngomongin dia terus. Kangen sama dia? Iya?! Sana samperin kalau kangen!" Alea masih saja berapi-api.
"Kan, kan. Nyolot lagi. Kamu tuh kenapa sih? Jadi aneh," heran Alvino seraya menggelengkan kepalanya. Malas meladeni Alea yang sedang moodyan, ia memilih beranjak dari sana. Di dekat Alea hanya akan membuatnya disemprot terus.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALEA'S Journey
Teen FictionUntuk sesaat, gadis yang saat ini tengah berdiri di balik jendela kamar seraya memegang cangkir seduhan coklat hangatnya itu memilih bersikap jahat dengan membenci Tuhan. Alea namanya. Ia telah salah mengambil keputusan untuk menemani sang sahabat...