Prolog

176K 16.9K 938
                                        

Selamat membaca🖤

00. Prolog

Angin berhembus pelan, menerbangkan rambut hitam sepunggung gadis yang tengah berlari di trotoar. Napasnya tersengal-sengal, namun tak kunjung membuat gadis cantik itu berhenti.

Setiap kaki melangkah, di ikuti derai air mata dan juga jantung yang berdegup kencang. Gadis itu sesekali menengok kebelakang, hingga matanya terbelalak saat menyadari jika dua orang pria bertubuh besar masih terus mengejarnya.

Aurora Thalita Khanza adalah nama gadis itu.

Gadis bernasib malang karena ingin di jual ibu tirinya pada juragan tua bangka yang doyan koleksi istri. Aurora tentu saja tidak mau. Mana di jadikan istri ke sepuluh lagi. Dasar kakek bau tanah yang meresahkan.

"Hei berhenti kau!" Si pria yang mengejarnya berteriak keras, menyuruh Aurora untuk berhenti dan menyerahkan diri.

"Berhenti palamu. Gue gak mau nikah ya, mana jadi istri ke sepuluh lagi. Kalau ganteng sih masih bisa di bicarakan, lah ini udah tua Bangka. Udah bau tanah masih aja bertingkah," gerutu Aurora yang masih terus berlari sekuat tenaga.

Nengsi-Ibu tirinya adalah wanita mata duitan tingkat akut. Demi mencapai tujuannya, Ia rela melakukan segala cara, bahkan dengan gilanya, ia meracuni suaminya yang merupakan ayah Aurora, agar semua harta jatuh ke tangannya.

Aurora tentu saja marah. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, Nengsi terlalu pintar dan kuat untuk di lawannya. Dari awal Nengsi menjadi ibu tirinya setelah ibunya meninggal, Aurora memang tidak menyukai wanita itu. Dari tampangnya saja, Aurora sudah tau jika wanita itu tidak tulus mencintai Ayahnya. Namun, entah pelet apa yang Nengsi gunakan, hingga ayahnya bisa terjerat dalam pesona iblisnya.

"Dasar Nenek sihir. Udah jelek, meresahkan, hidup lagi. Ini yang di namakan beban dunia." Aurora masih terus misuh-misuh dengan kelakuan Ibu tirinya itu.

Aurora pikir, setelah mendapat semua kekayaan Ayahnya, Nengsi sudah hidup bahagia dan menikamati semua harta curiannya. Namun yang namanya iblis tidak akan puas dengan harta yang hanya begitu saja.

Semuanya berawal dari keadaan perusahaan yang memburuk. Membuat Nengsi sangat panik karena takut jatuh miskin. Hingga seorang kakek tua menawari Nengsi sebuah kerja sama. Kakek tua pecandu naena itu mau membatu perusahaan, dengan imbalan Aurora harus menjadi istri kesekiannya.

Aurora yang mendengarnya, tentu saja tidak mau. Ia memilih melarikan diri, bahkan Aurora memilih mati dari pada harus menjadi istri muda si tua bangka itu. Dan berakhirlah ia di jalan ini. Terus melangkahkan kaki dengan sekuat tenaga, agar terlepas dari kejeran orang suruhan Nengsi.

"Berhenti kau gadis sialan!"

Aurora berhenti sejenak karena sangat lelah. Entah sudah berapa jauh ia berlari. Tulang kakinya sudah ngilu, di tambah tenggorokannya yang minta di basahkan.

"Sial banget sih hidup gue," lirih Aurora, menatap kembali ke arah dua pria suruhan Nengsi itu.

Aurora menggigit bibir bawahnya. Air matanya kembali meluruh tanpa bisa di tahan. Hidupnya sudah berantakan. Orang tuanya telah kembali ke pangkuan Tuhan, meninggalkan Aurora dengan kejamnya dunia ini.

"Mi, Pi, Rara takut. Rara masih muda dan gak mau nikah," lirih Aurora kembali. Tangannya terangkat untuk menyeka air mata yang membasahi pipi. "Jake, kamu di mana sih? Aku butuh kamu sekarang," lanjut Aurora. Berharap jika sang kekasih datang dan menolongnya sekarang.

Aurora Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang