Ch. 44

58.7K 8.4K 1.5K
                                        

Happy reading 🖤

Selepas pulang sekolah, Aurora menuju dapur untuk memasak ayam kecap untuk Lheo. Cowok itu tiba-tiba merengek minta di masakkan. Aurora hanya bisa mendengus pelan dan mengikuti kemauan Lheo, kebetulan juga ia ingin makan masakan itu.

Gadis itu menuruni tangga, keningnya berkerut saat melihat noda merah di pijakan tangga terakhir.

"Bibi lupa pel di bagian sini kayaknya," gumam Aurora, nanti saja ia akan memberitahu pada Bibi untuk membersihkan noda tersebut dan ia lanjut ke dapur untuk masak. Padahal Bibi sudah menyiapkan makanan, namun ini Lheo yang keras kepala, jika ia ingin Aurora yang masak, ya harus di penuhi, jika tidak maka bersiaplah menghadapi tingkah cowok itu yang sangat menyebalkan.

Tanpa Aurora sadari, sekitar lima belas centi dari noda merah itu, terdapat pisau tergeletak dengan ujung pisau bersimbah darah. Juga terdapat gambar tengkorak di pegangannya.

Aurora sudah berperang dengan alat dapur untuk membuat ayam kesukaan Lheo. Bibi tadi datang dan meminta untuk ia saja yang membuatnya, namun Aurora tolak dan ia hanya meminta Bibi untuk membersihkan noda darah di tangga tadi.

"Sayang." Lheo datang menghampiri Aurora. Cowok itu hanya memakai bokser hitam juga kaus singlet putih memamerkan otot lengannya yang ... Sebentar, ada tato aesthetic bertuliskan AK<3 yang membuat kening Aurora mengerut. Sepertinya itu tato baru.

"AK? inisialnya siapa?" tanya Aurora pada Lheo.

Lheo menatap tato di lengan kanannya kemudian tersenyum. "Belum masak?" Kentara sekali jika cowok itu mengalihkan pembicaraan.

"Jangan ngalihin topik. AK inisialnya siapa?" tanya Aurora lagi. Ia penasaran.

Lheo tidak menjawab. Cowok itu berdiri di sebelah Aurora, mencium pipi chubby istrinya itu sebelum menjauh, memilih mengambil apel di kulkas.

"Aurora Kesayangan," ujar Lheo tiba-tiba.

Aurora menggeleng pelan. Tidak nyambung sekali. Aurora yakin jika Lheo tengah berbohong. Menghela napas, gadis itu memilih kembali mencuci daging ayam.

Sedangkan Lheo, ia duduk di meja bulat yang tersedia di dapur. Ia memperhatikan Aurora yang lihai dalam membuat makanan.

"Ra, pindah ke apartemen yuk, bosan tinggal sama Papi terus," ajak Lheo. "Atau beli rumah aja, gimana?"

Aurora menatapnya. "Nanti aja," balasnya malas.

"Oke deh." Mungkin selepas mereka lulus nanti, Lheo akan memaksa Aurora agar mereka pindah dan tinggal berdua. "Mau aku bantu?" Lheo menawarkan diri.

Aurora terkekeh. "Bantu bakar dapur maksudnya?" tanya Aurora mengejek.

Lheo mengerucutkan bibirnya. Mengapa ia tidak bisa memasak sih? Kan kalau bisa, ia akan membuatkan makanan untuk Aurora hingga gadis itu tersanjung dengan apa yang ia buat. Ah, sepertinya Lheo harus mencari guru masak untuk dirinya. Yah, itu harus ia lakukan secepat mungkin.

"Mommy mana?" tanya Aurora, ia belum melihat Mommy sedari tadi.

"Di kamar kamar kayaknya," balas Lheo.

"Gipin?"

"Di kamar juga kayaknya."

"Papi?"

Aurora Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang