Komen 🤑 sebelum baca👉
Tandai Typo-nya ✍️
Happy reading 🖤
---28. Ekspetasi Lheo.
Tiga hari telah berlalu setelah insiden Lheo yang menciumnya. Dan juga selama tiga hari itu, Lheo tidak balik ke rumah. Ia hanya mengirim pesan dan mengatakan jika menginap di markas.
Bahkan saat di sekolah pun, Lheo terlihat menghindarinya.
Seperti sekarang, Aurora bertemu dengan Lheo di depan tangga menuju lantai dua. Keduanya terdiam dengan mata saling pandang.
Aurora mengangkat sebelah alisnya. Tangannya memegang tali tas dan menatap luka di pelipis Lheo yang nampak sudah mengering. Tapi bukan hanya luka itu yang menjadi sasaran mata Aurora, namun seluruh inti wajah Lheo yang nampak banyak lebam, termasuk di sudut bibir dan matanya.
"Luka lo ... Udah gak papa kan?" tanya Aurora. Bukannya apa Aurora bertanya, ia hanya sedikit penasaran saja bagaimanapun luka itu ada karena dirinya.
Lheo menyentuh luka di pelipisnya kemudian menatap teduh ke arah Aurora. "Udah gak papa," balas Lheo seadanya. Cowok itu memasukkan tangannya ke saku celana.
"Oh." Aurora mengangguk mengerti. Setidaknya malam itu Aurora sudah minta maaf, jadi urusannya sudah selesai. Dan juga luka Lheo sudah nampak baik-baik saja.
"Oh doang?" Kening Lheo mengerut.
"Ya terus? Kan udah baik-baik aja dan gue juga udah minta maaf karena gak sengaja. Jadi, udah selesai kan?" Aurora balik mengangkat sebelah alisnya.
Lheo menghela napas panjang. "Kamu gak tanya alasan aku ngehindar dari kamu tiga hari belakangan ini?" tanya Lheo, ia menatap Aurora penuh dan sedikit mengikis jarak.
Posisi mereka yang berdiri di depan tangga membuat mereka menjadi pusat perhatian. Terlebih anak-anak kelas XI yang mau menuju kelas mereka, namun mereka urungkan terlebih dahulu karena tak mau kena semprot Lheo.
Benar saja, saat merasa ia dan Aurora menjadi pusat perhatian, Lheo langsung menatap mereka tajam, ia menggerakkan tangannya menyuruh mereka untuk pergi.
Karena tak ingin berurusan dengan ketua geng Argos sekaligus anak pemilik sekolah itu, para murid yang memperhatikan memilih pergi. Bahkan murid kelas XI dan XII yang ingin ke kelas mereka memilih menaiki tangga di sebelah barat, walaupun terbilang jauh namun itu lebih baik. Keselamatan mereka lebih penting. Lheo kalau marah sangat menyeramkan.
"Emang harus? Yang ngehindar dari gue kan keinginan lo sendiri. Dan gue juga gak terlalu peduli dengan alasannya," balas Aurora acuh.
Lheo memejamkan matanya, menahan emosi yang kapan saja akan meledak. Aurora sangat pandai membuat ia darah tinggi.
Tak jauh dari mereka berdua berdiri, terlihat Jay yang tengah bersedekap dada. Bibirnya menyeringai, sebelum mendekati kedua pasutri itu. Sebenarnya Jay sudah dari tadi si situ, ia memilih bertahan dari pada mengikuti murid lain yang memilih menaiki tangga bagian barat.
"Ra gue---" Ucapan Lheo terpotong dengan suara berat Jay.
"Hallo calon selingkuhan," sapa Jay pada Aurora. Tak tanggung-tanggung, cowok itu mengusap surai Aurora pelan membuat gadis itu mendelik tajam ke arahnya.
Bugh!
Ah, Jay lupa jika pawangnya sedang mode marah. Dengan pelan, Jay mengusap sudut bibirnya yang berdarah akibat bogeman mentah dari Lheo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora Story (Tamat)
Roman pour Adolescents(STORY KE-4) "OH MY GOD! GUE UDAH BELA-BELAIN BUNUH DIRI, BUAT GAK NIKAH, INI KENAPA MALAH JADI ISTRI ORANG SIH!! MANA DAPAT SUAMI GAK ADA AKHLAK KAYAK DAJJAL LAGI! LENGKAP SUDAH PENDERITAAN GUE!" -- Kisah Aurora dan kehidupan barunya. Ini kisah g...