Ch. 17

88.6K 10.8K 1.4K
                                    

Happy reading 🖤
Tandai Typo-nya ✍️

17. Jay terobsesi juga?

"Uang amplopnya jangan lupa ya, inces mau pake buat beli skincare," ujar Jeje membuat seisi kelas XI IPS 2 bersorak.

Saat ini mereka jamkos, maka dari itu Jeje--si cowok ganteng namun sayangnya bersikap kayak perempuan itu membuat kegilaan membuat seisi kelas geleng-geleng. Sudah biasa mereka menyaksikan kegilaan dari laki-laki itu.

Seperti sekarang, Jeje cosplay jadi pengantin abal-abal. Penghuni kelas juga ikut andil dalam kegilaan Jeje, mereka mengatur meja di depan dan tak lupa menaruh kursi seperti pelaminan.

Dan yang menjadi bapak penghulu adalah Alan, cowok itu mencuri peci milik guru agama saat ia di suruh mengantar buku ke ruang guru. Pasti Pak Aryo sudah bingung karena pecinya hilang. Salah sendiri peci di tinggalkan di meja begitu saja, pikir Alan saat itu.

Yang menjadi pasangan Jeje adalah Bian. Cowok tampan bagian dari inti Argos sekaligus di juluki matahari Phoenix itu juga tak akan luput ikut membuat lelucon.

"Banyakin uang amplopnya, mau gue pake selingkuh nanti haha," timpal Bian tertawa. Cowok itu memang gemar menyebar senyuman dan sikapnya yang hangat, maka dari itu ia di juluki matahari Phoenix. Bahkan guru-guru mengakui itu.

"Heh! Gak boleh selingkuh ya, inces ikat nanti," balas Jeje membuat seisi kelas tertawa lagi.

"Jangan ikat aa dong beib." Bian berucap dramatis, membuat Jeje spontan menendang cowok itu hingga jatuh ke lantai.

"Anjengg jijik gue!" pekik Jeje, suara LAKIK-nya keluar, lagi-lagi berhasil membuat mereka tertawa.

"Goda terus Yan, biar jadi Lakik sesungguhnya tuh si Jeje," ujar Mio, si ketua kelas XI IPS 2.

"Pantat gue njing!" Bian berteriak, cowok itu beranjak sembari meringis. "Durhaka lo sama Suami Je, gue kutuk jadi kuyang mampus lo," semprot Bian membuat Jeje memasang lagak ketakutan.

"Mas jahat! Masa istrinya di kutuk jadi Kuyang sih, kutuk jadi Sayang aja dong biar bahagia dunia akhirat," balas Jeje. Laki-laki berperilaku perempuan itu melompat dari meja yang menjadi pelaminan pernikahan abal-abal tadi, kemudian menggandeng Bian.

"Ayok kita minta uang amplopnya. Enak aja datang ke pernikahan inces gak ngasih apa-apa," ujarnya. "Nanti kita bagi rata, inces 70% Mas Bian sisanya."

"Rata pantatmu," sela Bian, ia memukul kepala cowok setengah jadi itu. "Gak adil, gini aja, gue 100% lo sisahnya."

"Owanjing! Kalau gitu lo beneran mau bangkitin jiwa lakik inces." Jeje balas memukul kepala Bian membuat cowok itu meringis. Pukulan Jeje bukan main sakitnya.

Lheo menggeleng pelan dengan tingkah sahabatnya itu. Tidak di markas atau sekolah, Bian dan Jeje ada saja tingkahnya. Bahkan sampai beredar rumor jika kedua cowok itu mempunyai hubungan, dan hal itu langsung saja di bantah Bian. Enak saja dia di katai mempunyai hubungan dengan kaum berbatang yang sama dengannya.

"Teman lo tuh," ujar Lheo sembari mendorong bahu Lingga yang duduk di sebelahnya. Kebetulan mereka berdua satu meja, dan juga sedari tadi memperhatikan ke-absturdan sahabatnya.

"Gue gak punya temen gak waras kayak mereka," balas Lingga cuek. Cowok itu terlihat tengah menatap layar ponsel yang menampilkan room chat dirinya dan juga Alira--sang tunangan. Decakan kecil lolos dari sela bibir pria tampan itu saat Alira tak membalas pesannya. Sepertinya cewek itu perlu di kasih pelajaran. "Awas aja, gue kurung di apartemen baru tau rasa lo," gumam Lingga, ia mematikan ponselnya dan menaruhnya kasar di atas meja hingga menimbulkan suara.

Aurora Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang