Ch. 16

99.3K 11.2K 1.9K
                                        

Happy reading 🐅 tandai Typo-nya ✍️

16. Obsesi Jake?.

Aurora mengambil hoodie abu-abu di dalam lemari dan memakainya. Gadis itu juga mengikat rambutnya asal sebelum mengambil ponsel yang tergeletak di meja rias.

Ia menoleh sekilas ke ranjang, terlihat Lheo yang tengah tertidur pulas. Gadis itu mengedikkan bahunya acuh, Lheo langsung tidur selepas makan malam. Mungkin cowok itu kelelahan karena di hukum Tiger tadi siang, dan juga malam ini ia mendapat hukuman oleh Arin agar mencuci semua piring kotor dan membersihkan dapur tanpa bantuan maid.

Lheo mendadak jadi Babu di keluarganya sendiri. Sedangkan Aurora tadi hanya duduk manis di ruang keluarga sembari menonton Upin-ipin bersama Griffin.

Aurora terkekeh mengingat itu. Hutf... Arin dan Tiger sangat menyayanginya. Hal ini yang membuat Aurora tidak tega meninggalkan keluarga Aqtalariq.

Setelah itu, cewek yang tubuhnya terbalut Hoodie abu-abu dan juga celana training hitam itu melangkah keluar kamar dan tak lupa menutup pintu kembali.

Aurora menuruni tangga, ia menyalakan hpnya sekedar melihat jam. Sudah pukul 20:36 malam. Aurora kembali mematikan hpnya dan menyimpan di saku hoodie.

Ia berpapasan dengan Arin yang tengah membawa secangkir kopi.

"Loh sayang, mau kemana-mana malam-malam begini?" tanya Arin pada Aurora.

Aurora tersenyum. "Aurora izin ke supermarket di depan ya, Mom, gak lama kok. Aurora cuman mau beli cokelat sama es krim, soalnya stok udah habis," ucap Aurora. Ia memang ingin membeli cokelat juga es krim. Ia ingin memakannya sebelum tidur.

"Udah malam sayang. Mommy suru Bibi atau Mang Joko aja ya, dari pada kamu keluar sendiri," ujar Arin. Nampak sekali jika ia tidak mengizinkan Aurora pergi.

"Gak papa kok, Mom. Aurora cuman bentar, lagian masih jam segini, jalanan masih ramai," ujar gadis itu lagi.

"Keras kepala banget sih, mantu Mommy." Arin mencubit gemas pipi menantu kesayangannya itu. "Yaudah kalau gitu, panggil Lheo buat nemenin kamu. Mommy gak mau kamu pergi sendiri, bahaya."

"Aurora sendiri aja Mom, gak papa kok. Lagian Devan udah tidur, mungkin kecapean tadi jadi babu." Gadis itu tertawa setelahnya, di ikuti Arin yang tiba-tiba mengingat nasib putranya yang menjadi babu mendadak malam ini.

"Salah sendiri gituin mantu Mommy," ujar Arin.

"Sayang, kopi aku mana ihh! Lama banget sih!"

Suara Tiger terdengar membuat Arin tersentak. Ia sampai lupa dengan kopi Tiger.

"Papi udah manggil tuh. Aurora pergi ya, Mommy gak usah khawatir, Aurora bakalan balik tanpa lecet sedikit pun." Aurora mengedipkan sebelah matanya dan langsung berlalu pergi. Ia melambaikan tangannya ke arah Arin yang menatapnya horor.

Aurora terkekeh lagi. Mertuanya sungguh posesif. Ah bukan hanya mertua, namun sahabatnya juga. Kalau Alira tahu jika Aurora sering makan cokelat dan jajanan manis lainnya, sudah pasti gadis cantik itu akan mengomel.

Aurora menyusuri jalanan yang masih ramai. Ada kumpulan remaja yang bermain gitar sembari bernyanyi di depan salah satu rumah. Mereka bukan pengamen, namun memang jika mereka suka menongkrong seperti itu. Ada juga juga bocah-bocah yang masih bermain kejar-kejaran sembari di pantau orang tua.

Aurora Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang