Ch. 23

78.4K 10.5K 1.1K
                                    


Spam 🌈 sebelum baca👉

Jangan lupa Vote dan komen<3

Untuk yg mau masuk GC, link ada di bio Wattpad dan Ig Star. Yuk Join, ada rp-nya.

rp Papi Tiger masih kosong, DM aku bagi yg niat gabung:)

Tandai Typo-nya gengs✍️

Happy reading 🖤

23. Rahasia yang terungkap?

Lingga melotot melihat posisi sang tunangan---Alira dan juga murid baru yang ia tahu bernama Rayyan itu. Dengan cepat Lingga mendekati Alira, setelah ia melepaskan rangkulannya pada Baby.

Alira meringis di buatnya, apalagi saat jidatnya kepentok punggung yang sayangnya sangat kokoh itu. Tak jauh berbeda dengan Alira, Rayyan pun demikian.

Pelipisnya berdarah akibat kepentok pavin. Cowok itu mengerjap berkali-kali, punggungnya terasa berat hingga membuat ia kesulitan dalam bergerak.

"Oughh ...." Alira meringis sembari mengusap jidatnya. Setelahnya ia terpekik saat Lingga menarik tangannya hingga ia bangun dari atas punggung Rayyan.

"Aira!" geram Lingga, matanya menyorot tajam pada Alira.

Rayyan yang sudah tersadar kembali mengerjap sebelum ikut beranjak berdiri. Rayyan bingung, otaknya jadi lemot jika bertemu dengan gadis bar-bar bermulut pedas di sebelahnya.

"Apaan sih!" Alira menyentak tangan Lingga yang mencengkram pergelangan tangannya. Gadis itu balik menatap Lingga tajam.

"Udah gua bilang kan, tunggu gue di sini! Lo batu banget di bilangin!" kesal Lingga sembari berkacak pinggang.

Alira berdecak malas. "Udah gue bilang, gue gak suka nunggu, Ga! Dan juga gua gak mau bareng lo yang udah habis nganterin si Babi. Sorry aja, gue gak suka bekasnya dia," sinis Alira menatap malas pada Baby.

"Aira lo---Argh!" Lingga mengacak rambutnya frustasi. Ia kesal dengan dengan tingkah Alira. "Jadi mau lo apa sekarang? Pulang bareng dia?!" Lingga menunjuk Rayyan yang sedari tadi diam menyaksikan pertengkaran mereka.

Alira ikut menoleh sekilas pada Rayyan, sebelum tanpa ragu mengangguk. "Iya, gue pulang bareng dia," jawabnya yang kembali berdiri di sebelah Rayyan.

"Gue gak izinin!" sentak Lingga. "Lo pulang bareng gue setelah gue antar Baby, gue gak nerima penolakan, Ai!"

"Bodo, gak peduli gue." Alira mengedikkan bahunya acuh. Ia memilih menoleh pada Rayyan.

"Pelipis lo luka," ujar Alira kaget. "Gini aja, antar gue balik, terus nanti di rumah gue bantu obatin."

Rayyan spontan menghindar saat Alira ingin menyentuh luka di pelipisnya. "Tidak perlu, saya bisa mengobatinya sendiri," ujar Rayyan cepat dengan bola mata yang bergerak kesana kemari. Menghindari bertemu tatap dengan Alira.

"Gue paling gak suka di bantah ya!" Alira melotot tajam. Kesal sekali dengan cowok itu yang tidak mau menatap matanya. "Ayoo balik."

"Astaghfirullah, tolong, kita bukan muhrim." Rayyan melepaskan secara pelan tangan Alira yang menyentuh lengannya.

Alira berdecak pelan seraya mencibir. "Yaudah kalau gitu antar gue pulang, kalau enggak, gue gak segan-segan peluk lo di sini," ancam Alira. Sebenarnya ia bisa saja menelpon supir atau memesan taksi online, namun untuk sekarang Alira hanya ingin membuat Lingga kesal.

Aurora Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang