Ch. 49

65.2K 8.8K 2K
                                        

Aku deg-degan sama endingnya 😭 takut gk sesuai ekspektasi kalian huhuhu

Part 50 nnti ku bagi dua bagian ya, semoga kalian suka:)

Part ini mungkin sedikit kacau ya, dan kalian bakalan tau siapa cowok yang bantuin Baby.

Part ini panjang, ada 3k word, jadi mohon kerja samanya untuk vote dan komen guys, vote di sini gratis dan juga ini bukan lapak 1821 yang mana kalian malu buat pencet bintang:)

Tandai Typo-nya ✍️

Happy reading 🖤

L

heo memeluk Aurora, memejamkan matanya di bahu gadis itu. Saat ini kedua remaja itu berada di kelas. Hanya berdua, karena Lheo menyuruh semua penghuni kelas XI IPA agar keluar.

"Van," panggil Aurora pelan, gadis itu merasa bosan.

"Hmm?" Lheo bergumam saja. Ia menggosokkan hidungnya di bahu gadis itu.

Aurora diam sesaat. Otak kecilnya di serang banyak pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab. Pertama, mengenai jiwa Chalista yang sampai sekarang tidak pernah menemuinya, kedua tentang Nengsi yang tidak tahu di tahan di kepolisian mana, ketiga pria misterius yang membantunya dan yang terakhir hubungannya.

"Kenapa? Kok diam, lapar hmm?" tanya Lheo saat tidak mendengar suara Aurora.

Aurora menggeleng sesaat sebelum mengangguk karena berubah pikiran. "Udah jam istirahat kayaknya," ujarnya melihat jam di pergelangan tangan.

"Yaudah ayo." Lheo berdiri dan mengambil tangan Aurora untuk ia genggam.

"Ohiya, Papi sama Mommy udah di kabarin kalau gue udah ketemu?" tanya Aurora. Ia tidak mau jika keluarganya khawatir dan berfikir ia belum ada.

"Udah, Papa juga udah aku kabarin semuanya. Biar mereka lega," balas Lheo, keduanya berjalan menyusuri koridor yang mulai ramai dengan murid-murid yang berhamburan untuk ke kantin atau ke tempat lain.

"Ouhh." Aurora mengangguk mengerti. Saat tiba di depan kantin, langkah mereka terhenti karena Catherine dan Calvin mencegatnya.

"R-ra," panggil Catherine. Matanya berkaca-kaca menatap Aurora.

Alis Aurora terangkat sebelah, apa akan ada penampilan memukau dari Catherine yang saat ini sudah menyesal?

"Kenapa?" tanya Aurora datar.

Catherine dan Calvin merasa hatinya tersayat. Sosok Aurora tak lagi sama.

"I'm Sorry," lirih Catherine. "Maafin gue, maafin semua kesalahan gue Ra, semuanya. Gue nyesel Ra, karena terbawa suasana gue ikutan benci lo, benci adik perempuan gue. Dan gara-gara cinta, gue juga salahin lo. Please ... Maafin gue Ra." Catherine meraih tangan Aurora untuk ia genggam.

Mereka menjadi pusat perhatian. Tentu hal ini tidak bisa di lewatkan. Drama kakak beradik yang tengah menyesal itu.

"Maafin gue hikss ...." Catherine terlihat hancur. Wajahnya sembab dengan hidung memerah.

Aurora tidak berkutip. Ia melihat Calvin yang juga menatapnya teduh. Ini salah, seharusnya mereka tidak minta maaf padanya tapi pada Chalista yang asli. Tapi, di mana jiwa gadis itu? Apa ia benar-benar sudah tenang dan membiarkan Aurora menjalani kehidupan melelahkan ini?

"Sebelum minta maaf, sebaiknya kalian renungi dulu semua yang telah kalian lakuin ke gue. Bilang kata iya gue maafin emang gampang, tapi yang susah itu cara lupainnya. Kalian gak tau gimana mental gue terguncang gara-gara tindakan kalian, di mana gue hampir putus asa buat hidup di dunia, di mana gue berada di titik, napas aja udah gak ada selera. Kalian udah bunuh jiwa gue, kalian udah buat Chalista mati, dan kalian juga yang udah buat tali persaudaraan kita putus."

Aurora Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang