Ch. 3

117K 14.2K 2.1K
                                    

Assalamualaikum...
Yey Update lagi><

Jam berapa kaliam baca part ini?

Di jawab yokkk:)

Selamat membaca jangan lupa Vote dan komennya 🖤

____

03. DIA LHEO ARDEVAN

Lheo mendengus pelan, sembari meminum habis susu rasa vanilla yang di antar suruan Mommy tadi.

Pemuda itu menatap tajam ke arah Aurora yang kini tengah bercermin di layar handphone, memperhatikan luka pada wajahnya akibat ulah Lheo.

Heran, padahal Aurora hanya diam dan tidak melakukan apapun, namun Lheo seperti tidak suka dengan keterdiaman gadis itu.

"Gue mau pergi," ujar Lheo seraya beranjak berdiri.

Aurora mengangkat sebelah alisnya dan mengedikkan bahu acuh. "Pergi aja, pintu keluar ada di sebelah situ," balas Aurora acuh tanpa menatap ke arah Lheo.

Lheo melongo saat mendengarnya. Kemudian ia berdehem sejenak dengan tangan terkepal.

Brak!

"Anjim!" Aurora terkejut saat mendengar suara gebrakan itu. Ia menatap ke arah Lheo yang kini kepalan tangannya sudah mendarat di atas meja. Ternyata pemuda itu memukul meja hingga menimbulkan suara.

"Kenapa lo?" tanya Aurora heran.

Lheo berdecak dan beranjak berdiri. Ia mengatur napasnya yang memburu sebelum berjalan menuju pintu keluar.

Lheo memang tempramental. Ia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri. Bahkan hal yang terlihat kecil, dapat membangkitkan emosinya.

"Devan, lo mau keluar kan? Btw gue nitip beliin Martabat dong, kayaknya di depan ada deh yang jual," ujar Aurora tiba-tiba saat Lheo hendak membuka pintu.

Aurora tadi habis melihat postingan martabak manis di Instagram, dan hal itu membuat ia pengen ikut makan juga. Dan ia tak mempunyai pilihan lain selain menyuruh Lheo.

Pemuda itu mengerutkan keningnya dan menoleh pada Aurora yang kini sudah berbaring sembari bermain handphone.

"Devan?" ulang Lheo heran.

Aurora menaruh handphone-nya di atas perut dan menatap Lheo dengan alis terangkat sebelah.

"Kenapa?" Aurora balik bertanya.

"Lo manggil gue Devan?" tanya Lheo heran. Selama ini mereka selalu memanggilnya Lheo dan tak ada panggilan lain yang ia dapat selama hidupnya.

Aurora mengangguk. "Ada yang salah? Oh, atau Lo mikir itu panggilan spesial dari gue ya? Idih... Jangan mikir terlalu jauh ya, gue manggil lo Devan karena gak mau manggil Lheo aja. Kalau manggil Lheo, terkesan kalau lo itu harus di takuti seperti Singa," jelas Aurora menyeruakan apa yang ia pikirkan.

Lheo melongo sesaat mendengar alasan Aurora memanggilnya dengan sebutan Devan. Entahlah, menurut Lheo jika sifat Aurora sekarang sangat berubah drastis.

"Aneh lo," balas Lheo setelahnya. Kemudian ia kembali memutar kenop pintu untuk keluar. Berada satu ruangan dengan gadis itu adalah hal yang paling Lheo tidak suka.

"Van! Martabak gue jangan lupa!" teriak Aurora sebelum Lheo menghilang dari balik pintu.

"Ngarep banget gue beliin. Dia pikir gue babunya apa?" Lheo misuh-misuh dan terus melangkah keluar bangunan rumah sakit.

Aurora Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang