Ch. 5

111K 12.1K 639
                                    

Hallo maaf ya aku telat Update:)
Hehe ternyata ngurus tiga anak yang lagi on going itu susah juga:( t-tapi gak mau di unpubh atau Hiatus dulu salah satunya:) hadehh

Yaudah di lanjut aja<3

Jangan lupa Vote dan komen 🖤

Oh iya, Sebelum itu Star mau nanya, kalian tahu Cerita ini dari mana? Ayoo di jawab🐅

TANDAI JIKA ADA TYPO✍️

Selamat membaca pren🦁

------

05. KELUARGA BUDIMAN

Aurora menghela napas pelan sebelum turun dari mobil. Gadis itu meregangkan sedikit otot-otot tubuhnya. Percayalah jika tubuh Aurora sangat sakit karena tidur di sofa, akibat ulah si manusia kejam tak punya hati bernama Lheo.

Setelahnya ia menatap bangunan megah bertingkat di hadapannya. Sangat megah dan indah. Rumah Aurora di kehidupan sebelumnya juga sangat mewah namun masih mewah lagi rumah di hadapannya. Ah, siapa yang mau meragukan kekayaan keluarga Aqtalariq? Bahkan harta keluarga Aurora saja tidak seberapa.

"Ayo masuk Sayang." Sapuan lembut di pundaknya membuat Aurora tersadar, ia tersenyum kikuk saat menatap Arin, kemudian kepalanya mengangguk mengikuti langkah wanita itu.

Di belakang Aurora dan Arin, Lheo merengut kesal sembari mengambil kasar tas pakaian Aurora yang di bawah ke RS.

Tangannya terkepal menatap punggung Aurora yang sudah masuk ke dalam rumah. Ia membuang tas hitam itu begitu saja di atas pavin Sebelum menatap mang Joko--satpam rumahnya.

"Bawah masuk Mang," ujar Lheo, menujuk tas itu dengan dagunya. "Kalau Mommy nanyain Lheo, bilang aja Lheo lagi keluar," lanjut Lheo, kemudian berjalan menuju motor kesayangannya.

Di dalam rumah, Aurora duduk di sofa ruang keluarga, ia menunggu Arin yang tengah mengambil minum.

"Mommy, sisil lambut Gipin dong!" Suara Griffin terdengar membuat Aurora menoleh ke arah lift. Di sana ada Griffin yang hanya memakai celana hitam pendek tanpa memakai baju, hingga perutnya yang sedikit buncit terlihat. Griffin sungguh imut, apalagi rambut hitamnya yang berantakan.

"Tangan Mommy kotor. Sisir sendiri aja," ujar Arin dari arah dapur.

Griffin merengut lucu. Ia menatap sisir berwarna biru di tangannya.

"Hey, sini biar aku bantuin," ujar Aurora, ia memanggil Griffin dengan menggerakkan tangannya.

"Loh Kakak Calis?" Mata Griffin mengerjap polos sebelum mulai menghampiri Aurora. "Aduhh, Gipin jadi malu di liat Kakak Calis teliak-teliak."

Fyi. Calis adalah panggilan Griffin pada Chalista.

Aurora terkekeh kecil dan mencubit gemas pipi Griffin yang gembul. Ya Tuhan, mengapa ada anak seimut ini?

"Mau sisir rambut ya? Sini Kakak bantu," ujar Aurora, ia mengambil alih sisir di tangan Griffin, sebelum mengangkat tubuh kecil Griffin ke pangkuannya.

Griffin membekap mulutnya sendiri. "Kak Calis, Gipin bapel nih, padahal hanya di pangku Kakak," ujarnya membuat Aurora terkekeh lagi.

Sebenarnya siapa yang mengajari bocah kecil ini hingga bisa bertingkah seperti sekarang?

"Baperan kamu mah," balas Aurora, ia mulai menyisir rambut Griffin. "Mau di modelin kayak gimana rambutnya?"

"Kayak olang habis kesetlum itu loh, lambut yang bedili-bedili," ujar Griffin, ia menarik rambutnya ke atas untuk membuat model seperti yang ia katakan.

Aurora Story (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang