(STORY KE-4)
"OH MY GOD! GUE UDAH BELA-BELAIN BUNUH DIRI, BUAT GAK NIKAH, INI KENAPA MALAH JADI ISTRI ORANG SIH!! MANA DAPAT SUAMI GAK ADA AKHLAK KAYAK DAJJAL LAGI! LENGKAP SUDAH PENDERITAAN GUE!"
--
Kisah Aurora dan kehidupan barunya.
Ini kisah g...
Sebelum lanjut, yokk absen dulu, biar kayak crta" lain gtu:v haha
Oh iya, kemarin itu Lheo ultah guyss yang ke-18, komen kuyyy, doain biar cepat sadar yaa: hahah
Nanti deh acara Party Ultah Lheo ada di part" kemudian, krna gak bisa di buat di part ini:v hehe
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oke lanjut gengsss🖤 Happy Reading 🖤
TANDAI TYPO-NYA ✍️
-----
06. PERKARA TEMPAT TIDUR
Aurora menghela napas sembari menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Ia memejamkan mata sejenak sembari memijat pelipis.
Capek juga, padahal ia hanya berbicara sedikit dengan keluarga Budiman tadi--oh lebih tepatnya keluarganya.
Entahlah, sifat mereka membuat Aurora kesal sendiri, bisa-bisanya berperilaku seperti itu pada anak sendiri. Apa mereka tidak tahu, jika Chalista yang lebih tersiksa dengan semua ini.
Mereka berperilaku, seperti mereka saja yang lebih kehilangan, padahal Chalista yang seharusnya merasakan itu. Bayangkan saja, dia lahir bertepatan dengan kematian ibunya. Ia juga tidak bisa melihat wajah ibunya secara langsung.
"Gak ada otak banget. Yakin gue, pas pembagian otak, tu keluarga di skip, makannya gak bisa mikir. Tolol," gerutu Aurora kesal. "Gue satuin sama Devan aja deh, langsung komplit tuh. Udah gak ada otak, gak ada hati, fiks, pengikut Dajjal banget," lanjutnya, membayangkan sifat Lheo yang sama seperti sifat keluarganya.
Huftt...
Bahkan memikirkan sifat mereka membuat Aurora capek dan haus. Ia menatap minuman di meja yang tidak di sentuh sama sekali. Aurora mengedikkan bahunya, dan lantas meminum jus jeruk itu hingga habis dua gelas.
Bersyukur belum di sentuh oleh keluarga Budiman tadi, kalau sudah di sentuh, mana mungkin Aurora mau meminumnya. Bukannya ia jijik, tapi Aurora jaga-jaga saja sih, takutnya malah tertular sifat gak ada akhlaknya.
"Loh, Keluarga kamu udah pulang?" Arin datang dan bertanya.
Aurora mengangguk. "Barusan Mom."
Arin mengangguk mengerti. Ia tidak bertanya mengenai apa yang di perbincangkan Aurora dan keluarganya tadi, karena Arin merasa jika itu privasi mereka.
"Oh iya, Lheo belum balik ya?" Arin bertanya sembari duduk di sofa sebrang Aurora. "Dasar anak itu, bandel banget, sih! Mommy capek banget omelin Lheo yang gak bisa berubah." Ia menghela napas, sedikit kesal dengan sikap putranya.