6. Rasa Asing

153 6 0
                                    

Kalau ada rasa tuh diperjuangkan tapi kalau nggak ada, jangan kasih harapan

Happy Reading

Hujan deras yang mengguyur menandakan seolah alam bisa merasakan apa yang dirasakan gadis itu saat ini. Sedari tadi Nadira hanya bergelung di kasur dan berselimut tebal. Ia masih memikirkan ucapan Anta tentang dirinya.

"Nad, makan dulu gih. Lo dari tadi siang belum makan lho," ujar Mutia.

Nadira masih menutup tubuhnya, dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan selimut.

"Gue nggak lapar. Udah lo makan aja. Gue mau tidur aja," jawab Nadira.

"Lo kenapa sih? Harusnya kan lo happy habis sidang. Kenapa jadi murung?" tanya Mutia.

Nadira menggeleng dibalik selimutnya, "Gue nggak apa-apa Mut. Kepala gue pusing, gue mau tidur aja,"

"Ya kalau pusing tuh makan terus minum obat. Baru setelah itu lo tidur," balas Mutia.

Nadira membuka selimutnya, "Bawel ya lo. Iyee gue makan, tapi yang jadi pertanyaannya mau makan apa? Sita lagi sama keluarganya, Irine nggak tahu kemana, terus kita ngedate berdua gitu?"

Mutia terkekeh, "Mau pesen makanan online aja? Atau gue beliin di warung depan gang? Kayaknya hujannya udah reda,"

"Gue lagi pengen makan yang panas dan pedas. Kita beli bakso depan kampus aja yuk," ajak Nadira.

"Yaudah gue siap-siap dulu. Pakai motor lo yak. Motor gue habis bensin," ujar Mutia.

"Iyee tapi lo yang nyetir,"

"Iyeeee,"

Saat Nadira mengunci pintu, bersamaan dengan Anta yang juga ingin keluar. Anta tersenyum sebagai tanda menyapa tapi diabaikan begitu saja oleh Nadira. Gadis itu masih menyueki Anta.

"Dia kenapa? Bukannya tadi baik-baik aja?" batin Anta.

Nadira dan Mutia berangkat beli bakso. Ternyata Anta juga mau beli bakso bersama teman-temannya dan di tempat yang sama pula. Anta terus menatap Nadira seolah mempertanyakan apa yang membuat gadis itu berubah dengan cepat.

"Nad, itu cowok kulkas natap lo mulu. Kalian ada masalah apa gimana? Ada yang lo sembunyiin ya," bisik Mutia.

Nadira mengendikkan bahu, "Natap lo kali, gue kan bukan tipenya,"

"Bukannya......,"

"Udah yaa gue mau makan bukan buat gibah. Gue nggak mau nafsu makan ilang gara-gara kulkas," celetuk Nadira.

Gadis itu menambahkan beberapa sendok makan sambel di baksonya.

Mutia melongo, "Lo kenapa sih? Sambalnya bisa biasa aja kan? Hati-hati asam lambung lo kambuh,"

"Bodo amat,"

Tatapan Nadira dan Anta terus bertemu.

"Ta, lo kenal sama cewek itu?" tanya Jendra, salah satu teman Anta.

Anta mengangguk, "Teman KKN sekaligus tetangga kost,"

"Judes banget Ta. Pasti orangnya galak. Yang disampingnya itu temannya ya?" ujar Jendra.

"Galak sih enggak, cuma orangnya cuek dan asal ceplos aja. Iya, itu temannya. Mau lo gebet?" tanya Anta terkekeh.

"Lahh sama dong kayak lo yang cueknya minta ampun. Kenalin dong Ta," jawab Jendra.

"Kenalin? Sama Nadira apa Mutia?"

"Yang rambut panjang aja. Yang rambut pendek buat lo," celetuk Jendra.

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang