5. Drama Kehidupan

175 8 0
                                    

Kulkas kalau senyum itu aneh ya, bikin salting, meleyot, terus senyum-senyum sendiri


Happy Reading

Banyak kegiatan sosial yang dilakukan selama program KKN. Tak terasa hampir dua bulan sudah mereka lalui bersama. Kekompakan yang terjalin pun semakin erat dan rasa persaudaraan di antara ke sepuluh anggota pun semakin hangat terasa seolah mereka menemukan keluarga kedua.

"Ra,"

Nadira menoleh, "Apa?"

Tahu dong siapa yang memanggil Nadira dengan sebutan 'Ra'. Hanya ada satu orang yang memanggilnya seperti itu.

"Hari ini lo jadi ikut cek kesehatan di Balai Desa?" tanya Anta.

"Jadi dong. Gue tuh udah excited banget," balas Nadira.

"Yakin? Lo udah sehat? Gue nggak mau lo kenapa-kenapa disana," tanya Anta.

Nadira tersenyum, "Lo tuh kayak es krim ya. Di luar dingin ehh tahunya manis banget karena perhatian banget sama gue,"

Semalam Nadira sempat mengeluhkan sakit perut dan ternyata asam lambungnya kambuh.

"Mantan lo yang nyuruh gue tanya gimana keadaan lo," elak Anta.

"Ngapain dia masih tanya-tanya? Ngapain juga lo kasih informasi ke dia. Lo betah banget temenan sama cowok toxic itu?" tanya Nadira.

Anta duduk di sebelah Nadira, "Sensitif banget. Varo posesif karena dia masih sayang sama lo. Dia masih belum bisa moveon dari lo. Nyatanya pas dia tahu kita sekelompok, dia selalu tanya gimana keadaan lo, apa lo baik-baik aja. Dia khawatir lo jatuh sakit karena aktivitas yang padat. Dia tahu banget lo susah diatur kalau udah berkegiatan,"

"Belain aja terus sahabatnya. Dibayar berapa sih sama dia? Heran gue cowok secuek lo bisa banyak bicara cuma karena tuh cowok," celetuk Nadira.

Anta tertawa, "Yaudah ayo berangkat ke Balai Desa. Yang lain pasti udah nunggu,"

"Ya lo kenapa nggak kesana duluan? Harus banget sama gue? Lo tahu jalannya kan? Atau lo emang sengaja mau berduaan sama gue?" tanya Nadira.

"Gue diminta Pak Danu buat jagain lo. Gue sebagai ketua tim harus bertanggungjawab sama kondisi anggotanya," ujar Anta cuek.

"An, sumpah yaa lo benar-benar nggak bisa ditebak tahu nggak. Biasanya kan lo kalau ngomong tuh irit banget seolah bicara sedikit, baterainya langsung habis," celetuk Nadira.

Anta menatap Nadira sejenak, "Mau debat apa ke Balai Desa?" tanya Anta tegas. Nadira menghela nafas.

"Yaudah ayo," ajak Nadira.

"Beneran lo udah sehat? Kalau belum, lo di rumah aja deh biar gue minta tolong Wisnu buat handle acara disana," tanya Anta khawatir.

"Antariksa kulkas seribu pintu, gue nggak apa-apa. Udah lo tenang aja. Entar kalau kenapa-kenapa kan ada pak ketua yang selalu ada untuk anggotanya," ujar Nadira terkekeh.

Selama cek kesehatan warga di Balai Desa, Anta terus memperhatikan Nadira. Rasanya ia tak ingin jauh dari gadis itu. Nadira pun sesekali melirik Anta yang tengah memperhatikannya tanpa bekedip.

"Lo suka sama teman gue?" tanya Irine yang tiba-tiba ada di sebelah Anta.

"Apaan sih. Nggak kok," elak Anta.

Irine tertawa, "Luna mantan lo ya?"

Anta terkejut mendengar penuturan Irine, "Dari mana lo tahu?"

"Dia bilang sendiri. Katanya....,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang