32. Karam (?)

62 3 0
                                    

Berpisah mungkin lebih baik daripada bersama tetapi saling menyakiti


Happy Reading

Langit hari ini tak secerah senyumnya. Sudah hampir satu bulan senyum itu lenyap karena kesalahpahaman. Bukannya semakin harmonis, hubungannya dengan sang istri malah semakin renggang dan menjauh.

Dua minggu lalu ia terpaksa menandatangani berkas persetujuan perceraian yang diajukan istrinya. Meski dengan berat hati, Erlangga harus bisa menerima takdir pahit di dalam pernikahannya. Ia tak mungkin memaksa istri yang sudah tak ingin bersamanya lagi. Meski begitu ia belum memperbolehkan Nadira pergi dari rumah.

"Apa aku jujur aja ya tentang Novia? Tapi Nadira nggak akan percaya gitu aja. Apalagi Anta yang semakin terang-terangan mau kembali ke Nadira. Ya Allah, aku harus gimana? Apa aku harus menyerah begitu saja? Mungkin dengan aku tetap teguh menyembunyikan kebenaran tentang Novia, Nadira akan semakin bertekad minta cerai dan dia bisa kembali ke cinta sejatinya," ujar Erlangga seorang diri di rooftop rumah sakit.

"Erlangga....," panggil seseorang.

Erlangga menoleh dan ternyata Nadine yang memanggilnya. Nadine menghampiri Erlangga.

Plakkkk

Erlangga terkejut melihat Nadine menamparnya dengan keras. Padahal seingatnya ia tak pernah punya masalah dengan mantannya itu.

"Lo tuh keterlaluan Ngga! Cewek sebaik Nadira lo sia-siakan demi cewek nggak jelas itu?!" sentak Nadine.

Erlangga semakin terkejut mendengar tuduhan itu. Ia juga tak merasa bercerita tentang masalah rumah tangganya kepada siapapun termasuk Nadine.

"Lo ngomong apaan sih! Jangan pernah lo bilang Novia cewek nggak jelas! Lo nggak tahu inti permasalahannya Flo! Lo itu cuma orang luar yang sok care sama Nadira," balas Erlangga.

"Terserah lo mau ngatain gue sok care sama Nadira atau apalah, tapi yang jelas gue nggak terima kalau orang yang udah gue anggap adik gue sendiri lo khianati. Gue emang pernah cinta sama lo tapi sekarang gue jijik sama kelakuan lo! Lo nggak lebih dari seorang bajingan! Bisa-bisanya lo menikahi cewek dan mengkhianatinya begitu keji! Gue nggak percaya lo selingkuhi Nadira," ujar Nadine.

"Gue nggak peduli tentang penilaian lo. Ini hidup gue dan biarkan gue ambil keputusan sendiri! Lo bisa ngomong kayak gini karena nggak tahu yang sebenarnya kalau Nadira NGGAK PERNAH CINTA SAMA GUE!! Dan lo harus tahu, gue juga nggak pernah cinta sama dia. Gue menikahi dia cuma karena kasihan karena dia hampir gagal nikah," balas Erlangga terbawa emosi.

Dari kejauhan Nadira melihat dan mendengar perdebatan Erlangga dan Nadine.

"Kamu salah mas. Aku udah cinta sama kamu tapi kamu berkhianat dan ternyata cintaku sekarang bertepuk sebelah tangan. Sebaiknya memang kita harus berpisah biar aku juga bisa mengubur dalam-dalam cinta yang mulai tumbuh ini," batin Nadira.

Nadira memutuskan untuk menghampiri Erlangga dan Nadine, "Teteh nggak perlu capek-capek ngomong sama dia! Memang benar kenyataannya kita nggak pernah bisa saling cinta! Jadi buat apa pernikahan ini dipertahankan? Lagipula besok sidang perdana perceraian kami digelar,"

Erlangga terlihat sangat menyesal sudah menyetujui niat Nadira untuk cerai. Sejujurnya cowok itu masih sangat mencintai Nadira. Hanya saja ia kalut dan terbawa emosi.

"Udah ngomongnya? Bangga banget mau cerai? Iyalah bangga orang itu cita-citanya. Iya kan?" tanya Erlangga dengan suara pelan tetapi tegas.

Nadira tersenyum remeh, "Bukannya lo yang nggak sabar mau cerai dari gue? Kan lo bisa tuh mengesahkan hubungan sama si mbak pelakor,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang