Buat apa bertahan dengan pernikahan tanpa cinta?
Happy Reading
Hati istri mana yang tak hancur mendengar ucapan menyakitkan dari suaminya?
Itulah yang Nadira rasakan sekarang. Kenapa Erlangga berubah drastis? Sebelumnya mereka sudah sepakat akan menjalani pernikahan ini seperti pernikahan pada umumnya meski cinta Nadira belum sekuat cinta yang Erlangga miliki. Nadira bertekad untuk belajar mengikhlaskan hubungannya dengan Anta dan mencintai Erlangga.
"Kenapa dia membawa perempuan asing itu ke rumah? Apa memang segitu aja cintanya buat aku? Atau memang selama ini dia hanya berpura-pura mencintaiku? Dia menikahiku hanya untuk mempermainkanku?" racau Nadira.
Butuh beberapa menit untuknya menenangkan diri. Tiba-tiba teleponnya berbunyi. Ternyata Ersita yang menelepon.
"Kenapa Sit?" tanya Nadira to the point.
"Lo nangis? Kenapa Nad? Erlangga nyakitin lo ya?" tanya Ersita yang terdengar sangat khawatir.
Nadira menghapus air matanya dan menetralkan nada bicaranya, "Enggak kok. Aku cuma lagi flu aja,"
"Kata Erlangga semalam kamu menangani pasien atas nama Luna? Apa itu Luna....,"
"Iya Luna teman kita waktu KKN. Dia keguguran dan hampir saja nyawanya melayang,"
"Lo nggak apa-apa Nad? Beneran gue khawatir sama lo. Tadi di jalan gue sempat lihat Erlangga sama cewek tapi wajahnya nggak jelas siapa,"
Hati Nadira ingin sekali menjerit tapi ditahan, "Lo salah lihat mungkin. Yaudah gue istirahat dulu ya. Mata udah nggak kuat nih,"
"Yaudah lo istirahat sana. Jangan sampai kecapekan,"
Nadira merebahkan tubuhnya di kasur sambil melihat ke atas. Air matanya bercucuran lagi.
"Erlangga kenapa? Nggak biasanya dia kayak gini atau ini memang sifat aslinya?"
***
Hari ini Nadira dan Erlangga sama-sama bebas jaga. Namun dari pagi cowok itu sudah tidak terlihat batang hidungnya. Tiba-tiba Anta menelepon Nadira dan mengabarkan kalau Luna sudah siuman dan ingin bertemu dengan Nadira. Segera Nadira ke rumah sakit untuk menemui Luna.
"Nad maafin gue," ujar Luna lemas.
Nadira menggeleng, "Lo nggak salah kok Lun. Gue yang harusnya dari awal sadar diri dan nggak maksain Anta,"
Luna dan Nadira sama-sama menangis. Di ruangan ini hanya ada mereka berdua. Mereka mengobrol tentang kejadian yang mengharuskan Anta menikahi Luna.
"Anta kemana?" tanya Luna.
"Ada di depan. Mau gue panggilin?" tawar Nadira yang diangguki Luna.
Anta masuk dan duduk di sebelah Luna. Sejujurnya cowok itu masih sangat merasa bersalah.
Luna memegang tangan Anta dan Nadira.
"Dulu kamu menikahiku gara-gara aku hamil, tapi sekarang anak kita udah pergi. Jadi buat apa lagi kamu bertahan dengan pernikahan ini?" tanya Luna sambil menyatukan tangan Anta dan Nadira.
"Aku tahu kalian masih saling mencintai. Bersatulah dan rajut kembali cinta dan impian-impian kalian. Sudah cukup aku berada di kehidupan kalian. Buat apa bertahan kalau penguatku sudah pergi?" lanjut Luna sambil terisak.
Anta tertunduk tanpa berani menatap Luna sedangkan Nadira kembali meneteskan air mata.
"Anta, ceraikan aku! Aku mau pisah dari kamu. Bukan aku tempatmu pulang tetapi rumahmu yang sesungguhnya ada di Nadira," ujar Luna yang mampu menegakkan kepala Anta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Langkah
ChickLitTerbiasa bertemu, terbiasa menatap satu sama lain, dan terbiasa bersama membuat frekuensi getaran cinta terasa begitu hebat. Senyumnya semanis gula akan membuat kita terbuai dan lupa dengan kesehatan hati yang perlu dijaga. Terkadang hal itu membuat...