24. Cemas

54 4 0
                                    

Biasanya kalau yang bilang nggak apa-apa itu malah ada masalah


Happy Reading

Rasa rindu yang dimiliki Nadira untuk tunangannya terbayar lunas hari ini. Kekhawatiran yang dirasakannya berhari-hari menghilang begitu saja saat melihat Anta baik-baik saja.

"Kamu kesini sama siapa Ra? Nggak mungkin sendirian kan?" tanya Anta.

"Aku dari Aceh langsung terbang kesini. Aku nggak sendirian kok. Ada Erlangga yang mau menemani aku," jawab Nadira.

"Erlangga? Terus sekarang dia dimana?" tanya Anta.

"Tuh di pos ronda. Katanya dia nggak mau ada salah paham antara kita," jelas Nadira.

"Aku panggil dulu. Kasihan dia pasti capek juga," ujar Anta yang kemudian menghampiri Erlangga.

"Brooo....ngapain lo disitu?" seru Anta.

Erlangga tersenyum, "Gue ogah jadi nyamuk,"

Anta tertawa, "Udah ayo sana aja,"

Anta dan Erlangga berjalan ke kost sedangkan Nadira duduk di teras kost.

"Thanks udah nemenin tunangan gue. Kalian menginap di hotel apa?" tanya Anta.

"Santai aja daripada ngelihat tuh cewek galau mulu karena tunangannya nggak bisa dihubungi. Kita nginap di hotel Delima," jawab Erlangga.

"Handphone kamu kenapa sih An? Nggak biasanya kamu kayak gini," celetuk Nadira.

Anta tersenyum tipis, "Handphone ku hilang sayang. Mau ngabari kamu ehh kerjaan nggak ada habisnya. Mana nanti sore harus ngurus kontrak iklan ke Bogor,"

Nadira cemberut, "Jadi kamu nanti mau pergi?"

Anta mengacak rambut Nadira, "Maaf yaaa. Habis dari Bogor aku mau ambil cuti. Kita mulai atur persiapan pernikahan kita. Nggak apa-apa kan?"

Nadira menghembuskan nafas kesal, "Yaudah deh. Yang penting kamu nggak apa-apa. Mana nomor kamu biar aku save,"

Anta menyerahkan handphonenya, "Nihh ketik nomor kamu. Oh iya, sekalian nomor bapak sama ibu ya. Soalnya hilang semua kontaknya,"

"Iyaaa,"

Nadira mengotak-atik handphone Anta untuk menyimpan nomornya, bapak dan ibu.

"Nihh udah. Terus ini kamu mau siap-siap? Yaudah aku balik aja ya takut packing kamu terganggu," ujar Nadira.

Anta menghela nafas, "Jangan gitu dong sayang. Kamu nggak ganggu kok. Ini juga masih siang, gimana kalau kita jalan-jalan dulu? Keliling daerah sini,"

"Terus gue gimana Ta?" celetuk Erlangga.

"Udah lo tidur di kamar gue sana. Entar balik ke hotel bareng sama Nadira aja," ujar Anta.

Erlangga masuk ke kamar Anta sedangkan sang empunya berkeliling kota dengan Nadira menggunakan motor.

Erlangga mengamati kamar Anta, "Rapi juga dia,"

Tak sengaja ia melihat handphone lama Anta tergeletak di bawah lemari pakaian.

"Handphone ditaruh sembarangan. Bukannya ini handphone lamanya?" ujar Erlangga seorang diri.

Ia mengambil handphone tersebut, "Katanya hilang? Tapi kok ada disini? Mana masih mulus lagi,"

Erlangga mencoba menghidupkan handphone tersebut dan berhasil.

"Handphonenya baik-baik aja, cuma emang nggak ada simcard nya. Apa yang Anta sembunyikan ya? Gue yakin pasti dia sembunyiin sesuatu di belakang Nadira. Kelihatan banget dia gugup waktu tahu Nadira ada disini,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang