19. Engagement

90 7 0
                                    

Maukah kamu jadi pelengkap dan penyempurna separuh agamaku?


Happy Reading

Selama ia hidup, baru kali ini ia merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh seorang perempuan. Perempuan yang dulu pernah ia cinta dengan tulus pun turut menambah luka hati karena sebuah pengkhianatan. Ibunya sangat menyayangi dirinya, namun beliau tak pernah bisa mengerti apa yang diinginkan sang anak.

Nadira Bintan Maheswari, perempuan yang ia kenal sebagai mantan pacar sahabatnya dulu, kini gadis itulah yang akan melengkapi dan menambah warna dihidupnya. Anta sangat bersyukur dipertemukan oleh gadis layaknya bidadari yang akan mendampingi dirinya hingga ajal menjemput nanti.

"Kamu cantik banget. Aku sampai pangling lho," celetuk Anta.

"Padahal ini baru fitting baju. Belum juga makeup," balas Nadira.

Saat ini mereka tengah melakukan fitting baju untuk pertunangan yang akan dilaksanakan minggu depan.

Anta tertawa, "Kita langsung nikah aja yuk Ra. Nggak perlu pakai tunangan segala,"

"Keluarga kan udah sepakat buat tunangan dulu. Jujur An, aku masih berusaha meyakinkan hati buat ke jenjang pernikahan," balas Nadira.

"Iyaa...aku bercanda sayang. Lagi pula wedding dream kita kan nggak mau pakai duit orangtua," ujar Anta.

"Nahhh itu tahu. Tabungan emang udah terkumpul?" tanya Nadira bercanda.

"Udah sih kalau cuma buat ke KUA doang cukup kok," balas Anta yang tahu Nadira hanya bercanda.

Nadira terkekeh, "Yaudah masih ada waktu buat nabung lagi kan? Pernikahan itu kan sekali seumur hidup dan aku ingin hari itu benar-benar jadi hari bahagia dan bersejarah buat kita,"

"Makasih ya sayang. Kamu udah mau mengerti aku. Aku sayang banget sama kamu," ujar Anta sambil menarik Nadira ke dalam pelukannya.

Mereka berpelukan sebentar dan kemudian mengganti pakaian yang digunakan tadi.

"Mau langsung pulang?" tanya Anta.

"Makan dulu lah. Laper aku tuh," jawab Nadira.

Anta terkekeh, "Iyaa ayo. Kamu mau makan apa?"

"Terserah yang penting bisa mengenyangkan perut," jawab Nadira asal.

Anta tertawa, "Yaudah kita muter-muter aja dulu. Kalau ada yang cocok baru mampir,"

Nadira dan Anta berjalan dan bergandengan.

"Sekarang kok kamu sering tertawa sih An? Kayak seneng banget gitu," celetuk Nadira.

"Cuma sama kamu aku bisa tertawa selepas ini. Kamu tahu apa yang bisa buat aku keluar dari zona nyamanku?" tanya Anta.

Nadira mengendikkan bahu, "Apa?"

"Apa adanya diri kamu yang berhasil membuatku sebucin ini," jawab Anta.

"Issshhh gombal mulu. Udah ayo berangkat, aku udah lapar banget," ujar Nadira sambil memegang perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi.

Anta melajukan motornya dan berhenti di antara kafe dan rumah makan padang.

"Mau yang mana? Kafe apa nasi padang?" tanya Anta.

"Padang aja deh. Aku lagi pengen banget rendangnya," jawab Nadira.

"Okee...,"

Anta membelokkan motornya ke rumah makan padang. Mereka memilih menu apa yang akan dimakan. Pilihan keduanya sama-sama jatuh pada rendang dan telur dadar.

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang