29. Inikah Cinta?

60 4 0
                                    

Kalau begitu, aku akan ikuti permainannya dan akan ku buat dia terjebak di permainannya sendiri.

Happy Reading

Malam itu menjadi salah satu malam terindah bagi Erlangga. Ia memetik buah dari kesabarannya selama ini. Malam ini ia telah menjadi suami seutuhnya.

Entah kenapa Nadira malah menganggukkan kepalanya. Erlangga tersenyum dan mulai melancarkan aksinya. Terlihat pula Nadira menikmati setiap sentuhan Erlangga.

Butuh waktu tiga jam untuk mereka berhubungan suami istri karena ini yang pertama bagi mereka berdua.

Keesokan paginya Nadira terkejut melihat keadaan dirinya dan Erlangga yang bergelung mesra di ranjang.

"Aaaaaaaa.....Erlangga lo apain gue? Mana baju gue?!" teriak Nadira.

Erlangga yang masih terlelap sedikit terganggu dengan teriakan Nadira. Ia berusaha mengumpulkan nyawanya dan mengingat apa yang ia perbuat semalam.

"Astagfirullah, maaf Nad. Harusnya aku nggak melakukan itu sekarang," ujar Erlangga merasa bersalah.

Nadira ingat semalam ia juga tak menolak Erlangga.

"Ya harusnya kamu bisa mengontrol diri. Udah ah aku mau bangun. Kamu jangan ngintip. Yang semalam lupakan aja. Anggap nggak pernah terjadi apa-apa," ujar Nadira kesal.

Erlangga menggaruk kepalanya, "Namanya juga khilaf. Ehh tapi nggak apa-apa juga kan? Toh kita udah halal kan? Ya aku tahu belum ada cinta di antara kita, tapi udah terlanjur terjadi. Terus gimana?"

Nadira menghela nafas, "Iyaa udah halal dan bersertifikasi dari KUA. Yaudah lupakan aja. Udah aku mau mandi,"

Nadira menyelimuti dirinya dengan selimut.

"Woyyy bentar. Aku mau pakai celana dulu. Nggak sabaran banget," tegur Erlangga.

Nadira memunggungi Erlangga dengan wajah yang semakin merah merona. Erlangga memakai celananya dan disengaja pelan-pelan.

"Cepetan bisa nggak?!" sentak Nadira.

Erlangga tersenyum dan mendekat ke telinga Nadira, "Selamat kamu udah jadi istri yang sesungguhnya,"

Nadira terdiam. Ia masih belum bisa mencerna tentang ucapan Erlangga barusan dan kejadian semalam.

"Bisa-bisanya aku menyerahkan diri begitu aja. Tapi benar kata Erlangga, kita kan udah sah, jadi nggak masalah dong?" batin Nadira.

Nadira membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mandi. Setelahnya ia keluar dan melihat Erlangga di balkon.

"Kamu mandi sana," ujar Nadira.

Erlangga menoleh dan memperhatikan Nadira sejenak, "Jalan kamu kok aneh?"

Bukannya menanggapi suaminya, Nadira malah mencari sesuatu di kopernya.

"Aku kayak gini juga gara-gara kamu. Jangan pura-pura lupa sama apa yang kamu perbuat semalam," jawab Nadira sewot.

Erlangga masih merasa bersalah, "Tapi kan itu udah jadi kewajiban kita sebagai...,"

"Iyaa tahu. Yaudah jangan dibahas mulu. Bantuin cari hair dryer kek atau lebih baik diam deh. Jangan ngoceh mulu," celetuk Nadira.

"Tadi disuruh mandi, sekarang disuruh cari hair dryer. Entar disuruh apalagi. Emang yaa cowok itu serba salah," celetuk Erlangga.

Nadira menoleh, "Yaudah kalau nggak mau diam aja!"

Erlangga terkekeh, "Nggak boleh bentak suami. Iya ini aku bantu cari. Kamu tuh kalau udah ngomel serasa dunia berguncang,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang