33. Semakin Rumit

63 3 0
                                    

Kita udah terlanjur masuk ke dalam skenario, jadi lanjutkan saja. Mungkin memang ini yang terbaik buatku dan Nadira

Happy Reading

Nikmat mana lagi yang akan kau dustakan

Kalimat itu memang benar adanya bagi Erlangga. Keinginannya untuk menahan Nadira lebih lama dis pernikahan mereka akhirnya terwujud.

"Apa aku bilang kamu pasti......," ujar Erlangga.

Nadira semakin merengut, "Kok bisa sih aku hamil?"

Senyum Erlangga lenyap ketika mendengar celetukan Nadira.

"Kamu nggak senang ya kalau ternyata kamu hamil?" tanya Erlangga sengit.

Nadira menatap Erlangga tanpa ekspresi, "Jujur enggak. Kita udah sepakat buat mengakhiri pernikahan ini. Kenapa aku harus hamil? Bukannya aku nggak bersyukur, tapi ini bukan keinginanku,"

Erlangga berusaha meredam emosinya, "Kalau gitu gugurin aja sekalian! Itu kan yang kamu mau? Tapi aku nggak mau menanggung dosa karena udah membunuh anak sendiri,"

Nadira terduduk lemas di sofa dan air mata mulai membasahi pipinya. Ia merasa bimbang dengan apa yang terjadi. Erlangga keluar dari kamar Nadira dengan emosi.

"Bisa-bisanya dia bicara kayak gitu," ujar Erlangga kesal.

Nadira masih menangis sambil mengelus perutnya yang masih rata.

"Kenapa kamu hadir disaat mamah dan papah mau pisah nak? Apa maksud takdir menghadirkan kamu sayang?" tanyanya sesenggukan.

"Aku senang akhirnya aku bisa hamil. Tapi apa aku bisa menjalani masa kehamilan dengan pernikahan yang udah nggak sehat seperti ini? Nak kamu bantu mamah biar kuat ya. Meskipun pada akhirnya mamah dan papah tetap pisah, seenggaknya mamah masih punya kamu," lanjutnya.

Tak terasa adzan maghrib berkumandang. Nadira melaksanakan sholat tanpa Erlangga sebagai imamnya. Setelahnya ia menyiapkan makan malam.

"Mas Erlangga kemana ya? Apa dia masih marah sama ucapanku tadi?" celotehnya seorang diri.

Handphone Nadira berbunyi dan ternyata yang menelepon Anta.

"Assalamualaikum Ta. Kenapa?"

"Waalaikumsalam. To the point banget Nad?" tanya Anta sambil terkekeh.

Nadira tersenyum tipis, "Aku lagi nyiapin makan malam ini,"

"Istri yang baik. Btw kamu libur?"

"Enggak. Tadi masuk pagi,"

"Ohhh.....Erlangga masuk apa?"

Nadira terheran, "Tumben nanyain Erlangga masuk shift apa?"

Anta tertawa, "Sebenarnya aku mau ajak kamu ketemuan. Tapi besok aja deh kalau kamu beneran longgar,"

"Aku besok masuk shift malam sekitar pukul sebelas malam,"

"Kalau kamu nggak keberatan, besok sore sebelum kamu kerja boleh ketemu?"

Nadira berpikir sejenak sebelum ada yang mengambil teleponnya. Ia mendongak, ternyata Erlangga pelakunya.

"Kenapa Ta? Lo mau ajak Nadira ngedate?" tanya Erlangga.

"Gue bisa jelasin Ngga. Maksud gue...,"

Erlangga tertawa, "Silahkan kalau kalian mau jalan. Nadira pasti senang kok kalau ngedate sama lo. Lo nggak perlu sungkan sama gue,"

"Lo beneran? Sebenarnya kalau lo mau ikut juga nggak apa-apa sih Ngga. Sekalian ada yang mau gue bahas sama lo,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang