41. Mengurai Benang Kusut

62 4 0
                                    

Aku kira waktu empat tahun bisa menghapus rasa cinta tapi ternyata aku nggak bisa melupakan tentang kita

Happy Reading

Di dalam pesawat Erlangga terus memikirkan Nadira dan Rafka. Ia terus memandang foto mereka bertiga waktu ulang tahun Rafka kemarin.

"Foto ini menjadi bukti kalau kita bisa jadi papah dan mamah yang baik buat Rafka tapi kita gagal menjadi  suami istri. Rafka, papah pasti akan kembali tapi setelah mamah kamu menikah dengan Om Tata. Ya Allah kenapa rasanya sesakit ini meninggalkan orang-orang yang ku cinta," ujar Erlangga.

Sedangkan di bandara, Nadira masih menangis di pelukan Bunda Efa.

"Bunda, kenapa dia pergi tanpa pamit sama aku dan Rafka?" racau Nadira.

Bunda memeluk Nadira, "Apa Angga nggak pernah menyinggung tentang kepergiannya?"

Nadira masih menangis, "Dia pernah bilang mau pergi bun. Tapi kenapa dia nggak kasih aku kesempatan mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya,"

Bunda Efa sedikit terkejut, "Apa kamu masih cinta sama anak bunda? Dia udah jahat loh sayang sama kamu. Apa kamu masih mau menerima dia lagi?"

Nadira menatap Bunda Efa, "Salah nggak sih bun kalau aku masih punya rasa sama mantan suami?"

Bunda Efa tersenyum, "Kalau gitu susul Erlangga karena dia nggak akan pernah mau kembali kesini kalau bukan kamu yang minta sendiri,"

Ersita memperhatikan Anta yang sibuk dengan hanphonenya.

"Lo kenapa Ta?" tanya Ersita.

"Gue lagi cari tiket pesawat. Yang ditumpangi Erlangga tadi pesawat terakhir. Ada besok tapi jam tujuh pagi," jelas Anta.

Nadira menoleh, "Aku mau Ta. Tolong pesankan tiket itu,"

Anta mengangguk, "Aku temenin. Aku nggak akan biarkan kamu nyusul Erlangga sendirian,"

Setelah beberapa menit akhirnya Anta mendapatkan dua tiket pesawat untuk ke Aceh.

"Ta gue mau ngomong sama lo," bisik Ersita.

Anta mengangguk. Mereka sedikit menjauh dari Nadira.

"Maksud lo apa kayak gitu?" tanya Ersita.

Anta menghela nafas, "Pasti lo berpikir aneh-aneh kan? Tenang aja gue nggak ada maksud apa-apa kok. Gue udah janji sama Nadira mau bantu untuk bersatu dengan Erlangga,"

Ersita mengernyitkan dahi, "Bukannya lo.....,"

Anta tersenyum, "Gue sadar Sit, bukan gue yang Nadira inginkan. Selama ini gue cuma memaksakan cinta aja. Sekarang gue mau Nadira bahagia bersama orang yang dicintainya,"

Ersita tersenyum dan menepuk bahu Anta, "Makasih lo udah mau mengerti perasaan Nadira. Gue doakan semoga lo dapat ganti yang sama atau lebih baik dari Nadira,"

Anta membalas dengan senyuman, "Thanks Sit. Yaudah kita kesana lagi,"

Ketika Anta dan Ersita kembali ke tempat semula, Nadira dan Bunda Efa tidak ada. Ternyata Bunda Efa dan Nadira menunggu di mobil bersama Reza dan Ayah Erfan. Anta dan Ersita menghampiri mereka.

"Anta, om titip Nadira ya. Antar dia sampai rumahnya. Besok kalian jadi berangkat?" ujar Ayah Erfan.

Anta mengangguk, "Iya om. Besok paling habis subuh kita berangkat. Pesawatnya jam 7 pagi,"

Ayah Erfan mengangguk dan menepuk bahu Anta, "Terimakasih sudah membantu Nadira dan Erlangga bersatu. Om doakan kamu mendapat istri yang terbaik,"

Anta tersenyum, "Sama-sama om. Selama ini Erlangga, Ersita, om dan tante juga udah baik banget sama aku. Mungkin memang takdir Nadira bersama Erlangga,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang