46. (Masih) Berjuang

63 4 0
                                    

Aku siap menunggumu meski mungkin pada akhirnya kamu tetap nggak mau sama aku, aku udah siap mental


Happy Reading

Bagaimana hatinya tak sedih melihat laki-laki yang pernah ada di hatinya belum sadarkan diri. Luna sendiri tanpa ada teman satupun. Ia menunggu di luar sambil menanti Anta siuman.

"Ta, kapan kamu sadar? Aku nggak bisa tenang kalau kayak gini," ujar Luna seorang diri.

Di tempat lain kedua orangtua Anta langsung terbang ke Aceh setelah Luna mengabarinya. Bu Arum terus menangis selama perjalanan. Mereka sampai di rumah sakit malam hari dan jam besuk rumah sakit sudah habis.

Akhirnya kedua orangtua Anta menginap di hotel yang tak jauh dari rumah sakit dan baru membesuk Anta esok hari.

"Luna.....," panggil Bu Arum.

Luna menoleh, "Ibu...,"

Plakkkk

Bu Arum menampar Luna keras sedangkan Pak Jaya--bapak Anta--berusaha menenangkan istrinya.

Luna memegang pipinya yang terasa panas sambil menangis. Ia paham bagaimana perasaan Bu Arum saat ini.

"Apa yang sebenarnya kamu mau?! Kamu udah menolak Anta dan sekarang kamu berusaha membunuh dia?! Saya tahu Anta bukan cowok sempurna buat kamu tapi apa ini balasan atas apa yang Anta perbuat dulu? Kamu tega Luna! Saya pikir kamu perempuan baik tapi ternyata kamu lebih jahat!" sentak Bu Arum.

"Udah bu. Jangan menyalahkan Luna terus. Kita harus tahu apa yang terjadi sebenarnya," sahut Pak Jaya.

Luna semakin terisak dan berlutut di kaki Bu Arum, "Maafin Luna bu. Semua ini salah Luna,"

Bu Arum semakin terisak, "Bangun kamu!"

Luna berdiri dan tak berani menatap Bu Arum.

"Tatap saya!" sentak Bu Arum.

Luna menghapus air matanya dan menatap Bu Arum dengan ragu.

"Sekarang saya kasih kamu dua pilihan. Jujur tentang perasaanmu ke Anta atau pergi selamanya dari hidup Anta! Kamu terima Anta atau jangan pernah lagi muncul di depan kami selamanya!" ujar Bu Arum membuat Luna terkejut.

Luna masih terdiam dan menangis.

"Apa aku bisa jujur sama perasaanku sendiri? Aku masih bimbang bu. Aku nggak tahu bagaimana caranya meyakinkan hatiku. Kisah kami dulu sangat menyakitkan untuk dikenang," ujar Luna frustasi.

Bu Arum masih terisak sambil memeluk Luna, "Maafin ibu ya sayang. Ibu udah bentak kamu dan paksa kamu memilih hal yang berat,"

Luna membalas pelukan Bu Arum dengan erat, "Luna yang harusnya minta maaf sama ibu. Luna nggak bisa pilih dua pilihan itu. Luna masih berusaha menerima Anta lagi dan itu nggak mudah,"

Setelahnya Bu Arum dan Pak Jaya masuk ke ruang ICU secara bergantian. Selang beberapa jam Anta siuman dan dipindah ke ruang rawat biasa. Luna pamit pulang karena ada urusan kerjaan mendadak.

"Bapak sama Ibu kok bisa disini?" tanya Anta.

"Luna yang kasih tahu kalau kamu kecelakaan," jawab Pak Jaya.

Anta menitikkan air mata, "Pak aku mau pindah rumah sakit. Aku nggak mau dirawat disini,"

"Kenapa Ta?" tanya Bu Arum.

"Aku nggak mau dijenguk sama cewek itu," ujar Anta cuek.

"Maksud kamu Luna? Memangnya ada apa sih nak? Kan kamu bilang mau memperjuangkan dia lagi. Kenapa sekarang jadi gini?" tanya Bu Arum.

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang