48. Dermaga Cinta Antariksa

86 4 0
                                    

Padahal yang hatiku inginkan itu kamu


Happy Reading

Setelah melalui berbagai rintangan, hari ini Anta akan melangsungkan pernikahannya yang kedua dengan orang yang sama. Sengaja ia memilih masjid sebagai tempat akadnya. Sudah lima belas menit Anta duduk di dalam masjid sambil menunggu Luna.

"Santai mas bro. Nggak usah tegang gitu," celetuk Erlangga.

Erlangga, Varo, dan Bima setia menemani Anta yang terlihat gelisah.

"Perasaan gue dulu nikah nggak tegang-tegang banget. Apa gue yang nggak normal ya?" sahut Varo.

Erlangga terkekeh, "Dia takut kalau Luna tiba-tiba kabur. Emang dulu nggak setegang ini ya Ta? Hahahaha,"

Anta menoleh, "Sialan kalian. Bisa-bisanya bilang kabur. Luna nggak kayak gitu ya. Gue juga dulu tegang tapi nggak setegang ini,"

Bima menepuk bahu Anta, "Tuh lihat bidadarimu datang,"

Anta menatap Luna sepersekian detik. Luna berjalan diiringi Nadira dan Ersita.

"MasyaAllah cantik banget istriku," celetuk Erlangga membuat Varo tergelak.

"Bisa-bisanya lo malah muji istri sendiri di nikahan orang. Emang tadi nggak bareng kesininya?" celetuk Varo.

"Nggak. Dia kan semalam menginap di rumah Luna sama teman-temannya. Irine juga menginap kan?" ujar Erlangga.

"Ohhh pantesan. Iyaa semalam gue disuruh jaga anak-anak,"

"Nggak apa-apa jadi bapakable dulu semalam," canda Erlangga.

Varo terkekeh, "Sa ae lu lah Ngga,"

Luna duduk di sebelah Anta. Ia menggunakan dress warna putih senada dengan jilbabnya sedangkan Anta mengenakan jas berwarna hitam.

"Sudah siap?" tanya penghulu.

Anta dan Luna mengangguk. Papah Farid mulai menjabat tangan Anta.

"Saya nikahkan engkau Anta Dwicahyo dengan anak kandung saya Aluna Syavania binti Farid Nugroho dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar dua juta empat ratus ribu rupiah dibayar tunai,"

"Saya terima nikahnya Aluna Syavania binti Farid Nugroho dengan mas kawin tersebut dibayar tunai,"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Saaaahhhhh.....,"

Anta langsung mengucap syukur. Betapa bahagianya ia hari ini bisa bersanding di pelaminan bersama sang pujaan hati.

Anta dan Luna saling memasangkan cincin.

"Makasih ya Lun untuk semua kebaikan yang kamu kasih ke aku," ujar Anta sambil mencium kening Luna.

Luna menyalami Anta, "Makasih juga kamu udah sabar menungguku,"

Mereka berdua sama-sama menitikkan air mata haru. Setelahnya ada acara syukuran di pelataran masjid. Sederhana tetapi sangat berkesan untuk kedua mempelai.

"Selamat ya bro. Jagain tuh berlian. Jangan sampai hilang lagi," ujar Erlangga sambil menyalami kedua mempelai.

Anta tersenyum, "Nggak akan gue lepas lagi berlian ini. Sekarang dia cuma milik gue seorang,"

Nadira dan Erlangga tertawa, "Selamat ya Lun. Lo sukses buat Anta bucin akut sama lo,"

Luna memeluk Nadira, "Makasih ya Nad. Lo juga berperan penting dalam pergulatan batin gue. Makasih juga udah dibantu ngurus acara pernikahan ini,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang