10. Pemilik Hati (?)

116 5 0
                                    

Gue cuek karena nggak mau berekspektasi tinggi. Kalau jatuh, gue sendiri yang sakit

~Nadira Bintan Maheswari~
.
.
.

Izinkan kali ini gue menjilat ludah sendiri. Gue nggak mau membohongi perasaan gue lagi

~Antariksa Dwicahyo~
.
.
.

Happy Reading

Kesalahpahaman memang harus segera diselesaikan agar masalah tak berlarut-larut. Itulah mengapa Anta berusaha mencuri kesempatan yang ada untuk bicara sama Nadira. Ia bingung kenapa gadis itu berubah drastis semenjak dirinya dirawat di rumah sakit.

"Sit, teman lo lagi tugas ya?" tanya Anta di depan kostnya.

Ersita yang tengah menjemur pakaian menoleh, "Enggak. Itu anaknya lagi nonton drakor di dalam. Katanya hari ini jatah libur,"

Anta terdiam.

"Lo mau ketemu sama dia?" tanya Ersita.

Anta menghampiri Ersita dan duduk di bangku dekat tempat jemuran.

"Gue salah apa sih sama dia? Kenapa dia jadi ngambek gitu?" tanya Anta.

Ersita ikut duduk di samping Anta, "Luka lo gimana? Udah mengering?"

Anta mengangguk, "Udah jauh lebih baik,"

Ersita melihat ke arah pintu kontrakannya, berharap Nadira tidak membuka pintu.

"Ta, gue mau tanya sama lo boleh?" tanya Ersita.

Anta mengangguk, "Tanya apa?"

"Sebenarnya perasaan lo sama Nadira gimana sih? Kalau cuma lo anggap teman, lebih baik mulai sekarang jangan lo dekati dia lagi,"

Anta mengernyitkan dahi, "Kenapa gitu?"

"Karena gue lihat Nadira mulai nyaman sama lo. Nggak tahu apa ini disebut cinta atau bukan, tapi yang jelas dia seperti punya perasaan sama lo," jelas Ersita.

Anta terkejut. Tak menyangka kalau Nadira yang dikenalnya sebagai cewek cuek diam-diam memiliki rasa spesial untuknya.

"Kalau lo emang nggak suka, jangan kasih harapan lagi. Lebih baik lo jujur sama dia dan akhiri baik-baik supaya nggak ada penyesalan di antara kalian," lanjut Ersita.

"Kalau gue bilang juga nyaman sama dia, lo percaya nggak Sit?" tanya Anta.

Ersita terkekeh, "Kayaknya nggak perlu lo ngomong, semua orang juga tahu kalau sebenarnya kalian sama-sama nyaman,"

Anta tersenyum, "Baru kali ini gue lihat cewek cuek di luar tapi aslinya bisa bikin gila,"

"Terus apa yang mau lo perbuat sekarang?" tanya Ersita.

"Gue mau ngobrol sama dia dari hati ke hati. Tapi kondisi gue masih belum memungkinkan buat keluar," jawab Anta.

"Gue bisa bantu kalau lo mau," celetuk Ersita.

"Caranya?"

"Ada deh, lo terima beres aja," ujar Ersita.

***

"Nad, ortunya tetangga lima langkah udah balik ya?" tanya Ersita.

Kini mereka berdua tengah memasak untuk makan malam.

Nadira mengendikkan bahu, "Nggak tahu,"

"Gue lihat kasihan Anta sendirian," celetuk Ersita.

"Yaudah temenin sana," sahut Nadira.

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang