37. Bangkit Dari Keterpurukan

57 3 0
                                    

Urusan kita udah selesai.
Sekarang aku cuma mau menjalankan tugasku sebagai perawat

Happy Reading

Setelah hampir tiga bulan terpuruk dan berada di titik terendah, kini Nadira mulai menata hidupnya lagi. Ia tak boleh egois dan menelantarkan anaknya. Rafka juga butuh nafkah meski orangtua Nadira dan mantan mertuanya sering membantu memenuhi kebutuhan Rafka.

Seperti kali ini Bunda Efa dan Ersita ke rumah Papah Bagas. Mereka ingin menjenguk Nadira dan Rafka. Bunda Efa membawakan beberapa kebutuhan Rafka seperti perlengkapan mandi, pampers, dan pakaian. Nadira memang memutuskan hanya memberi Rafka ASI tanpa susu formula tambahan.

"Maaf ya sayang bunda baru bisa kesini sekarang," ujar Bunda Efa.

"Iya bunda. Aku paham kok kesibukan bunda yang nggak ada habisnya itu," canda Nadira.

Bunda Efa memeluk Nadira, "Jangan pisahkan bunda sama Rafka ya sayang. Meski kamu bukan lagi istri Erlangga, tapi darah bunda juga mengalir di tubuh Rafka,"

Nadira mengangguk, "Kapanpun bunda mau kesini, silahkan. Aku nggak pernah ada niat untuk memisahkan Rafka dari keluarga papahnya. Bunda jangan salah paham ya, aku nggak ngebolehin Rafka bertemu dengan papahnya bukan karena aku benci sama anak bunda itu, aku cuma mau papahnya Rafka mengerti artinya terpisah dari orang yang dicintainya. Nanti kalau tiba waktunya, aku pasti akan mempertemukan mereka,"

Bunda Efa tersenyum, "Terus habis ini kamu mau gimana?"

"Alhamdulillah aku diterima di RS Bhayangkara bun. Mulai besok masuknya," jelas Nadira.

"Selamat ya semoga berkah kamu kerja disana. Apapun keputusanmu, bunda dukung sepenuhnya. Sebelum kamu jadi menantu bunda, kamu udah jadi anak bunda. Jangan pernah memutuskan tali silaturahmi ya," ujar Bunda Efa.

Nadira mengangguk dan tersenyum, "Iya bun, mana bisa aku jauh-jauh dari bunda sama bestieku yang terkadang nyebelin ini,"

Ersita mendelik, "Bisa-bisanya lo lagi terharu malah ngatain gue,"

Nadira tertawa, "Kapan perkiraan lahirnya Sit?"

Ersita memang tengah hamil besar dan usianya sudah menginjak 9 bulan.

"Perkiraannya minggu depan sih Nad. Doain ya semoga bisa lahiran lancar," jawab Ersita.

"Siappp......mau lahiran di Mutiara Harapan?" tanya Nadira lagi.

"Iya kayaknya Nad. Kan statusnya masih pegawai situ juga," jawab Ersita.

Setelahnya mereka mengobrol banyak hal hingga ada seseorang yang mengetuk pintu. Nadira membuka pintu ternyata yang datang Anta.

Anta masuk dan menyalami Bunda Efa.

"Kamu Antariksa kan?" tanya Bunda Efa.

Anta tersenyum, "Iya tante,"

Ersita pamit ke depan dan bercengkerama dengan Naira.

"Kenapa sih dia pakai beli rumah di dekat sini kak?" tanya Ersita.

Naira tersenyum, "Apalagi kalau bukan mau mendekati Nadira lagi. Udah kebaca sih niatnya,"

"Gue masih kesal aja kak karena cowok itu Nadira hampir gagal nikah. Tapi kalau Nadira masih nyaman sama dia ya kita nggak bisa berbuat apa-apa," ujar Ersita.

"Gue berharapnya kalau mereka memang berjodoh, Anta bisa berubah jadi lebih baik. Sorry Sit, lo pasti tersinggung karena kesannya gue mendoakan Anta dan Nadira berjodoh," balas Naira.

Ersita tersenyum, "Santai aja kak. Gue juga nggak mau ikut campur masalah Nadira. Memang dasarnya kembaran gue aja yang bloon main lepas aja istri sebaik Nadira,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang