Mau sejauh apapun berusaha, pada akhirnya nggak akan bisa bersatu karena terlalu sulit merobohkan benteng itu
Happy Reading
Sejuknya udara di pagi hari mampu membuat siapapun merasa lebih tenang. Angin sepoi-sepoi yang menyentuh kulit seolah memberi ketentraman di hati.
Berbeda dengan laki-laki yang kini berada di taman rumah sakit. Sendiri tanpa seorangpun yang menemaninya. Hatinya sedikit terusik oleh perkataan Erlangga semalam.
"Dia serius nggak sih bilang gitu?" tanya Anta kepada angin yang berhembus.
"An, kamu disini? Aku cari kemana-mana tahu," panggil Nadira yang kemudian menghampiri Anta.
"Kenapa?" tanya Anta yang masih terkesan cuek.
"Kamu udah boleh pulang. Kita lanjut rawat jalan aja," jelas Nadira.
"Oh...,"
"An, kamu masih marah sama aku? Aku ada salah apa sih sama kamu? Kalau yang kemarin....,"
Anta menggeleng, "Aku nggak marah sama kamu. Maaf kalau belakangan ini aku sering ketus sama kamu. Kamu jangan merasa bersalah ya,"
"Ada yang lagi kamu pikirkan ya? Aku mau dengerin kok cerita kamu," balas Nadira berharap Anta mau membagi kegundahan hatinya.
Anta mempertimbangkan apa yang akan ia sampaikan kepada pacarnya itu atau sebaiknya ia simpan rapat-rapat rahasianya? Entahlah, laki-laki itu masih perang dengan batinnya sendiri.
"Kalau aku ajak kamu nikah dalam waktu dekat, kamu siap?" tanya Anta to the point.
Nadira terlihat terkejut sekaligus salah tingkah, "Kenapa tiba-tiba tanya gitu?" tanyanya terbata-bata.
"Jawab aja. Kalau kamu belum siap ya tinggal jawab belum," jawab Anta.
Nadira tersenyum, "Tapi kan nikah juga butuh persiapan yang matang. Kecuali kalau kamu maunya cuma nikah di KUA doang,"
"Emang kamu mau kalau kita nikah di KUA doang? Tanpa ada pesta gitu?" tanya Anta.
"Mau, asal nikahnya sama kamu," jawab Nadira tegas.
Anta tersenyum dan meraih tangan Nadira, "Jangan pernah bosan dan ninggalin aku ya Ra. Kalau aku nakal, jewer aja nggak apa-apa kok tapi jangan pernah pergi dariku. Satu lagi, doakan di sepertiga malam agar Allah benar-benar menjodohkan kita,"
"Kamu kenapa sih? Tiba-tiba bahas nikah? Kamu lagi ada masalah?" tanya Nadira bingung.
Anta menggeleng, "Yuk, katanya aku udah boleh pulang. Ibu udah ngurus administrasinya?"
Nadira mengangguk, "Udah kok,"
"Baru kali ini aku mencintai perempuan sebegitu kuatnya. Ya Allah kalau bisa jodohkan kami dunia akhirat. Saat ini aku hanya menginginkan Nadira seorang. Aku nggak mau yang lain,"
***
Pekerjaannya sebagai perawat, membuat gadis itu mempunyai jiwa penyelamat yang tinggi. Ia bersama para dokter berupaya keras agar pasien-pasien yang mereka tangani bisa sehat seperti sedia kala.
Kali ini banyak pasien berdatangan ke IGD. Berbagai macam keluhan dan beberapa tindakan serius yang harus dilakukan.
"Nad, kamu masih ngurus pasien nggak?" tanya Erlangga.
Nadira menggeleng, "Kenapa?"
"Bantuin aku operasi pasien patah tulang. Suster Nadine lagi bantu operasi yang lain," jelas Erlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Langkah
ChickLitTerbiasa bertemu, terbiasa menatap satu sama lain, dan terbiasa bersama membuat frekuensi getaran cinta terasa begitu hebat. Senyumnya semanis gula akan membuat kita terbuai dan lupa dengan kesehatan hati yang perlu dijaga. Terkadang hal itu membuat...