27. Cinta dan Luka

74 5 0
                                    

Gue udah nggak percaya cinta. Mau bagaimanapun lo atau siapapun mengobatinya nggak akan mempan. Hati gue udah benar-benar mati rasa


Happy Reading

Dinginnya malam yang terasa hingga ke tulang rusuk. Langit yang masih enggan menunjukkan sinar bulan. Rintik hujan mengguyur bumi seakan paham dengan apa yang ia rasakan saat ini.

Menatap langit seorang diri tanpa memerdulikan hujan yang semakin deras membasahi tubuhnya. Erlangga, ia sedang merenungi nasibnya saat ini. Pergulatan batin terus ia rasakan sepanjang hari ini.

"Brooo....lo ngapain hujan-hujan disana?" teriak Varo dari lorong rumah sakit.

Erlangga menoleh dan baru sadar kalau hujan semakin deras. Ia langsung berlari menuju tempat Varo. Mereka duduk di kursi yang ada di lorong tersebut.

"Lo lagi ada masalah sama Nadira?" tanya Varo.

Erlangga menggeleng, "Gue emang lagi suntuk aja. Lagipula jam shift gue juga udah habis,"

Varo tersenyum, "Nadira itu emang keras kepala. Kalau bisa saat dia ngamuk sama ngomel, jangan lo ladenin. Diemin aja entar juga baik sendiri,"

Erlangga menoleh, "Tahu banget lo tentang Nadira?"

Varo terkekeh, "Lo lupa gue ini mantan sekaligus cinta pertamanya?"

Erlangga tersenyum tipis tanpa membalas ucapan Varo.

"Gue tahu posisi lo saat ini sulit. Cinta Nadira ke Anta kuat banget dan tugas lo sekarang harus mengubah nama Anta di hati Nadira jadi nama lo seorang," ujar Varo.

"Kenapa lo bicara kayak gitu? Bukannya lo juga masih suka sama Nadira?" tanya Erlangga.

"Semenjak dia ada planning nikah sama Anta, mulai saat itu gue sadar kalau cinta memang nggak bisa dipaksakan. Cukup mengikhlaskan apa yang udah terjadi. Lagipula bentar lagi gue juga mau nikah," jelas Varo.

Erlangga terkejut, "Sama siapa?"

Varo mengeluarkan undangan dari saku jas dokternya, "Datang ya. Kalau bisa berdua sama istri lo,"

Erlangga tersenyum, "Akhirnya Irine menjadi pelabuhan terakhir lo?"

"Gue menikah sama dia bukan semata karena cinta. Gue nggak mau dia mengganggu kehidupan Nadira lagi. Yang dia incar itu gue tapi yang dihancurkan kehidupannya malah Nadira. Ya semoga aja dengan gue menikah sama dia, dia bisa berubah jadi wanita yang lebih baik dan gue bisa mencintainya sepenuh hati," jelas Varo.

Erlangga tersenyum dan menepuk bahu Varo, "Gue tahu sebenarnya lo itu orang baik. Semoga apa yang lo rencanakan ini berhasil. Gue yakin lama kelamaan lo pasti bisa menerima dan mencintai Irine,"

"Thanks Ngga. Sebenarnya gagalnya pernikahan Nadira dan Anta itu ada campur tangan Irine. Gue nggak tahu pasti apa rencana dia dan kakaknya Anta. Tapi gue pastikan semua ini memang rencana mereka. Yang jelas sekarang lo yang harus jaga Nadira," ujar Varo.

Erlangga mengangguk, "Gue akan berusaha semampu gue. Entah pada akhirnya apakah cinta itu akan tumbuh di pernikahan kami atau nggak, gue udah pasrah,"

Varo berganti menepuk bahu Erlangga, "Nadira suka sama cowok yang perhatian. Lama kelamaan dia akan nyaman sama lo,"

"Semoga,"

***

Erlangga masuk ke ruangannya dan tidak menemukan Nadira.

"Dia kemana ya? Ini tas juga ditinggal disini," ujarnya seorang diri.

Ia keluar dan mencari istrinya di sekitar ruangannya.

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang