44. Mulai Dari Nol

78 4 0
                                    

Kita udah memutuskan untuk hidup mandiri dan mulai dari nol, jadi apapun yang terjadi harus kita hadapi bersama

Happy Reading

Keluarga kecilnya telah kembali. Erlangga sangat bersyukur dengan semua yang ia miliki saat ini. Meski hanya bekerja sebagai kuli bangunan dan membantu usaha resto ayahnya kala weekend, Erlangga tetap merasa bahagia karena istri dan anaknya selalu ada di sampingnya.

"Mas Er....lagi apa? Sibuk banget kayaknya," tanya Nadira.

"Lagi makan," celetuk Erlangga membuat Nadira tertawa.

Erlangga tengah menghitung uangnya di kamar. Ia menata uangnya di atas kasur sambil memikirkan sesuatu. Saat ini mereka hanya tinggal bertiga di rumah yang tak jauh dari rumah Papah Bagas.

"Sayang....ini buat SPP Rafka. Terus ini buat belanja bulanan sama listrik. Sisanya tinggal segini buat kebutuhan sebulan cukup nggak ya? Bulan ini nggak usah nabung di bank dulu ya," ujar Erlangga.

Nadira memperhatikan Erlangga yang membagi-bagi uang hasil gajinya.

"Mas....buat SPP pakai uang tabungannya Rafka aja. Uangnya nggak pernah terpakai lho. Sisanya kamu pegang aja buat jaga-jaga," balas Nadira.

Setelah bercerai, Erlangga memutuskan untuk menjual rumahnya di Bandung dan memberikan seluruh uang pembayarannya untuk Rafka. Namun setelah rujuk, Nadira ingin menggunakan uang tersebut untuk membeli rumah yang mereka tempati sekarang.

Erlangga menatap Nadira sendu, "Maaf ya sayang aku belum bisa kasih uang yang banyak buat kamu dan Rafka. Harusnya kan aku bisa memenuhi kebutuhan rumah dan keinginan kamu. Gaji kamu juga lebih besar dariku. Aku kayak suami yang numpang hidup sama istri kalau kayak gini. Jujur aku malu yang. Kita mulai semua dari nol termasuk kondisi keuangan rumah tangga,"

Nadira memegang tangan Erlangga, "Rejeki itu bisa datang darimana aja Mas Erlangga. Bisa dari kamu, bisa juga dari aku, atau dari Rafka mungkin. Kita udah memutuskan untuk hidup mandiri dan mulai dari nol, jadi apapun yang terjadi harus kita hadapi bersama. Sekecil apapun penghasilan tetap harus kita syukuri. Aku punya kamu begitu sebaliknya kamu punya aku untuk berkeluh kesah,"

"Kayaknya aku mau jaga resto tiap hari aja deh. Biar uang yang terkumpul lebih banyak," ujar Erlangga.

"Tiap hari setelah dari proyek? Apa nggak capek mas? Kerja keras boleh tapi kesehatan juga harus dijaga. Aku nggak mau menuntut kamu harus banyak uang kayak dulu. Kita bisa berusaha bersama. Mas Er, aku punya ide buat cari uang tambahan tanpa kerja keras," balas Nadira.

Erlangga mengernyitkan dahi, "Apaan? Wahh kamu mau ngepet ya? Kalau gitu aku nggak ikut. Itu dosa besar sayang. Sama aja kita mencuri,"

Plakkkk

Nadira menabok paha Erlangga dengan keras hingga membekas kemerahan.

"Astagfirullah istriku jangan kau KDRT terhadapku. Nanti ku hukum kau," celetuk Erlangga sambil mengelus pahanya.

"Habisnya kamu tuh yang mikirnya kemana-mana. Kalau aku mau ngepet juga udah dulu-dulu. Maksudku kita usaha tapi yang nggak mengeluarkan tenaga banyak. Bukannya ngepet!!" sentak Nadira.

Erlangga tertawa, "Bercanda sayang. Ya habisnya kamu ngomongnya ambigu. Emang ide kamu apa?"

"Kenapa kita nggak buka usaha pulsa sama aksesoris handphone. Kita beli di store depan rumah sakit terus jual online. Atau mau buka ruko depan komplek. Gimana?" ujar Nadira.

Erlangga terlihat berpikir, "Iya juga ya. Tapi modalnya gimana yang? Tabunganku kan masih dikit. Habis ini kan Rafka mau masuk TK. Tahu sendiri bayaran masuk TK nggak murah,"

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang