38. Cerita Sang Mantan

62 2 0
                                    

Kamu juga nggak tahu sehancur apa aku di dalam penjara. Aku juga hancur banget dan rasanya pengen mati aja

Happy Reading

Hati ibu mana yang tak sedih melihat anaknya yang masih balita terbaring lemah dengan tangan diinfus. Nadira mendekati anaknya yang tertidur pulas.

"Diagnosis dokter apa mah?" tanya Nadira.

"Jadinya demam berdarah Nad. Tadi udah cek darah dan butuh transfusi darah. Beruntung omnya punya golongan darah yang sama," jelas Mamah Intan.

"Om siapa?"

"Reza. Tadi dia juga ikut kesini. Semalam Ersita melahirkan. Yaudah waktu dicek cuma dia yang cocok," jelas Mamah Intan lagi.

Nadira manggut-manggut, "Sebenarnya golongan darah Rafka sama kayak papahnya. Tapi nggak memungkinkan juga sih karena papahnya juga lagi sakit,"

"Kamu tahu Nad kalau Erlangga sakit?" tanya Bunda Efa.

"Tahulah. Namanya juga pernah punya hubungan spesial ya Nad?" canda Ayah Erfan sambil terkekeh.

"Iyalah spesial sampai punya Rafka kok," celetuh Papah Bagas semakin membuat Nadira tak nyaman.

Nadira tersenyum kikuk, "Dia pasien yang jadi tanggung jawabku bun. Ayah sama papah kalau urusan bully aku kompak banget ya,"

Semua tertawa sedangkan Nadira masih menatap haru Rafka.

"Kenapa aku nggak ditelpon tadi malam sih? Tahu gitu aku langsung kesini," tanya Nadira.

"Terus kamu mau ninggalin pasien kamu?" tanya Papah Bagas balik.

"Ya seenggaknya aku tahu pah. Kalau tadi ayah nggak ke rumah sakit pasti aku juga nggak dikasih tahu," balas Nadira.

"Udah nggak perlu dipikirkan. Yang penting sekarang Rafka baik-baik saja. Erlangga gimana kabarnya Nad? Nanti deh papah jenguk dia kesana," ujar Papah Bagas.

"Baru semalam operasi radang usus buntu pah. Tadi pagi udah lebih baik sih. Hari ini aku mutusin buat ambil cuti mendadak," balas Nadira.

"Papah kok peduli banget sama dia ya? Padahal awal-awal kasus Mas Erlangga, papah nggak mau ikut campur," batin Nadira.

"Anaknya Ersita cewek atau cowok bun?" tanya Nadira.

"Cewek Nad," jawab Bunda Efa.

"Aku kesana ya bun, mau ketemu ponakan baru," ujar Nadira.

"Kesana aja. Biar Rafka kita yang jaga," sahut Ayah Erfan.

Nadira menghampiri Ersita dan anaknya di kamar rawatnya . Mereka mengobrol sejenak.

"Ja, gue makasih banget ya lo udah mau donorin darah buat Rafka," ujar Nadira.

"Iyaa santai aja kali Nad. Rafka itu ponakan gue juga. Kalau bisa aku bantu ya aku bakal bantu. Kata Sita golongan darah Rafka sama kayak papahnya?" balas Reza.

Nadira mengangguk, "Ayah kok nggak ngusulin ipar lo? Apa beliau udah tahu kalau ipar lo sakit?"

Reza mengangguk, "Dari pihak lapas udah kasih tahu ayah. Makanya seketika tahu Erlangga mau operasi, kembarannya itu juga langsung kontraksi,"

Nadira tertawa, "Emang nggak bisa bohong ya kalau ikatan batin kembaran itu kuat banget,"

"Dengar dari ayah, lo ya yang merawat mas mantan?" canda Ersita.

"Nggak usah ngeledek lo. Gue juga kaget ternyata pasien yang gue tangani abang lo," celetuk Nadira.

Reza dan Ersita tertawa, "Bisa dong dekat lagi sama mantan suami? Terus rujuk deh," ujar Ersita.

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang