"Apa maksud lo bilang tentang rumah An? Apa lo cuma mau buat gue baper? Terus lo tinggal gitu aja? Selamat lo berhasil karena gue udah mulai nyaman sama lo,"
Happy Reading
Khawatir?
Tentu jelas. Sudah lima hari Anta belum siuman. Ibunya setia menemani sang anak yang belum mau membuka matanya.
"Ta, kamu kapan bangunnya?" tanya Bu Arum sambil memandang anaknya yang masih memejamkan mata.
"Kamu tahu, Nadira yang udah mendonorkan darahnya buat kamu dan dia khawatir banget sama kamu. Kamu nggak mau ngenalin Nadira ke ibu?" lanjutnya.
Nadira bersama Nadine masuk ke ICU tempat Anta dirawat.
"Permisi bu, kita mau cek kondisi Anta," ujar Nadine.
"Silahkan sus," balas Bu Arum.
Nadira terus memperhatikan Anta. Terselip rasa takut kehilangan di hatinya. Baginya Anta adalah seorang teman yang baik dan selalu ada untuknya.
"Nad, coba kamu cek tekanan darahnya ya," ujar Nadine membuyarkan lamunan Nadira.
Nadira mengangguk dan melakukan tensi.
"Tekanan darahnya normal sus," ujar Nadira.
Setelah selesai cek kondisi Anta, Nadine berpamitan tetapi Nadira ingin menetap lebih lama.
"Kalau gitu titip Anta bentar ya Nadira. Ibu mau ke depan dulu, bapaknya Anta datang," ujar Bu Arum.
"Iya bu,"
Dan sekarang tinggallah Nadira dan Anta seorang. Gadis itu terus mencoba mengajak Anta mengobrol meski tak ada sahutan.
"Katanya lo mau ngetrip lagi? Gue lagi pengen healing tau. Cepat bangun ya An. Kalau lo bangun, gue janji akan selalu ada buat lo. Tidurnya jangan lama-lama ya, gue kesepian nggak ada lo. Entar siapa yang gue ajak debat kalau lo nggak bangun-bangun," ujar Nadira.
Ceklek
Pintu terbuka. Ternyata bapaknya Anta.
Nadira tersenyum, "Silahkan om kalau mau jenguk Anta,"
"Kenalin saya Jaya, bapaknya Anta," ujar Pak Jaya sambil mengulurkan tangannya.
Nadira membalasnya, "Saya Nadira, teman Anta,"
"Teman atau pacar?" canda Pak Jaya.
Nadira terkekeh, "Teman pak. Yaudah kalau gitu saya permisi. Masih ada yang harus diurus,"
"Kamu kerja disini?" tanya Pak Jaya.
"Saya mahasiswi profesi perawat dan kebetulan ditempatkan di rumah sakit ini," jawab Nadira.
"Ohhh....terimakasih ya nak, kamu udah mau mendonorkan darah buat anak saya. Istri saya yang bilang," ujar Pak Jaya.
"Sama-sama pak. Saya melakukan itu karena rasa kemanusiaan dan lagipula Anta teman yang baik," balas Nadira.
Nadira undur diri dan melanjutkan tugas-tugasnya.
"Rajin banget," celetuk Nadine.
Nadira terkekeh, "Biar nggak kewalahan teh. Mumpung lagi longgar juga,"
"Bukan itu. Lo rajin banget visit Anta. Kalian ada something special ya?" tanya Nadine.
"Nggak kok, kita cuma berteman. Kebetulan aja dia itu teman KKN sekaligus tetangga kost," jawab Nadira.
"Ohhh kalau udah jadian bilang ya," celetuk Nadine.
Nadira terkekeh, "Mau kemana teh?"
"Jalan sama cowok dong," jawab Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Langkah
ChickLitTerbiasa bertemu, terbiasa menatap satu sama lain, dan terbiasa bersama membuat frekuensi getaran cinta terasa begitu hebat. Senyumnya semanis gula akan membuat kita terbuai dan lupa dengan kesehatan hati yang perlu dijaga. Terkadang hal itu membuat...