35. Kebahagiaan Semu

68 4 0
                                    


Apa gue nggak boleh bahagia bersama suami gue sendiri?
~Mentarinya Penikmat Senja~
.
.
.

Tampar sebanyak yang kamu inginkan. Aku ikhlas kamu hukum asal kamu percaya sama aku. Bantu aku melewati semua ini,
~Si Penikmat Senja~
.
.
.

Happy Reading

Satu bulan terakhir menjadi hari-hari yang membahagiakan untuk Nadira dan Erlangga. Meskipun masih menjalani hukuman LDR yang ditetapkan Papah Bagas, tak membuat Erlangga putus semangat. Ia menepati janji untuk datang ke Jakarta setiap bebas jaga.

"Hari ini mau kemana?" tanya Erlangga. Saat ini Erlangga dan Nadira sudah berada di dalam mobil.

"Terserah deh. Keliling Jakarta sama habisin bensin juga nggak apa-apa. Yang penting bisa sama papahnya dedek bayi," jawab Nadira.

Erlangga tertawa, "Bisa banget ya gombalnya,"

Nadira terus menatap Erlangga hingga membuat suaminya itu salah tingkah.

"Kenapa sih lihatin aku kayak gitu? Bikin salah tingkah aja," celetuk Erlangga.

Nadira tertawa, "Lucu ya kamu kalau salah tingkah gitu,"

Erlangga menepikan mobilnya, "Makan dulu yuk. Kamu mau makan apa?"

"Aku lagi pengen bebek goreng mas. Deket sini ada nggak ya?" ujar Nadira.

"Coba aku buka maps dulu. Siapa tahu ada di sekitar sini," balas Erlangga.

Setelah beberapa saat, Erlangga menemukan rumah makan yang menyediakan bebek goreng. Mereka langsung melaju ke rumah makan tersebut.

"Enak nggak?" tanya Erlangga saat mereka tengah makan.

Nadira mengangguk, "Enak banget,"

Erlangga tersenyum, "Kapan kita bisa kayak gini setiap hari?"

Nadira mengendikkan bahu. Erlangga hanya tersenyum saja.

Setelah makan mereka lanjut jalan-jalan di taman samping rumah makan.

"Aku tahu kamu belum yakin sama aku. Aku akan buktikan kalau aku beneran nggak selingkuh. Novia itu cuma....," ujar Erlangga.

"Stop mas! Jangan sebut nama itu lagi. Aku cuma mau menikmati quality time sama kamu dan calon anak kita. Aku nggak mau bahas masalah kita dulu," sahut Nadira.

Erlangga menggenggam tangan Nadira, "Aku harap kita bisa saling menggenggam seperti ini selamanya,"

Nadira tersenyum tipis, "Nanti malam kamu tidur di rumah aja ya. Jangan pasang tenda di halaman. Angin malam nggak baik buat tubuh mas,"

Erlangga memeluk Nadira dari samping, "Kenapa? Kamu mau kita sekamar lagi?" candanya.

Nadira terkekeh, "Tahu aja keinginanku,"

Erlangga tertawa lepas membuat Nadira merasa sangat bahagia.

"Ya Allah boleh nggak kalau aku tetap bersama Mas Erlangga selamanya?"

***

"Nggak! Erlangga nggak boleh masuk ke dalam rumah!" sentak Papah Bagas saat mengetahui Erlangga masuk ke dalam rumah.

Selama ini Erlangga selalu membersihkan diri di kamar mandi umum yang ada di pos satpam komplek karena Papah Bagas melarang Erlangga masuk ke dalam rumah.

"Pah plis sekali ini aja boleh yaa. Lagi pula besok kan acara pengajian empat bulananku. Biarin Mas Erlangga tidur di kamar ya," mohon Nadira.

Erlangga hanya menunduk tanpa berani menatap Papah Bagas.

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang