49. Buah Dari Perjuangan

115 4 0
                                    

Ujian-ujian hidup yang berat sudah bisa kamu lalui dan sekarang kamu tinggal memetik hasil dari semua perjuangan dan ikhtiarmu

Happy Reading

Pengajian tujuh bulan kandungan Nadira sudah selesai dilaksanakan. Saat ini keluarga besar Erlangga dan Nadira berkumpul di rumah Erlangga. Mereka mengobrol banyak hal dan pemeran utamanya adalah Rafka. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu depan.

"Ngga bukain sana," ujar Ayah Erfan.

Erlangga menegang sedangkan Rafka langsung berdiri.

"Biar Rafka aja yang buka," seru Rafka.

Erlangga masih menegang dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Semua orang heran dengan kelakuan Erlangga.

"Angga kenapa Nad? Kok kayak orang ketakutan," tanya Bunda Efa.

"Dia trauma bun. Usia kandunganku baru masuk enam bulan aja dia udah gelisah tiap hari apalagi sekarang. Dia takut kejadian waktu pengajian tujuh bulanan Rafka terulang lagi. Waktu dia dijemput polisi dulu," jelas Nadira.

"Mamah ada tamu bapak-bapak," ujar Rafka.

Nadira berdiri dengan hati-hati. Ia keluar dan menemui tamu tersebut.

"Astagaaaa Kak Vita? Bang Fauzan?" seru Nadira.

Vita memeluk Nadira, "Telat ya datangnya? Sorry tadi jalannya agak macet," tanya Vita.

Nadira terkekeh, "Pengajiannya sih udah selesai kak tapi aku seneng kok kakak sekeluarga bisa datang. Yaudah yuk masuk dulu. Keluarga masih pada di dalam,"

"Ihhh ini anaknya ya kak? Namanya siapa sayang?" tanya Nadira ketika melihat kedua anak Fauzan.

"Fatan tante. Ini kembaranku namanya Zara," ujar bocah laki-laki bernama Fatan.

"Ganteng dan cantik. Ayo masuk. Ada dek Rafka sama dek Aira. Kalian main aja sama mereka," ujar Nadira.

Nadira mempersilahkan keluarga Fauzan bergabung dengan keluarganya. Begitupun anak-anak yang langsung bisa akrab.

"Bentar bang aku panggil Mas Erlangga dulu," ujar Nadira.

"Dia dimana Nad?" tanya Fauzan.

"Di kamar bentar," jawab Nadira.

Nadira masuk ke kamar dan melihat suaminya tidur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Nadira mendekatinya.

"Mas....kok tidur sih? Perasaan tadi bilangnya susah tidur," celetuk Nadira.

Erlangga tak menggubris ucapan istrinya. Nadira membuka paksa selimut suaminya namun Erlangga keukeuh menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Mas Erlangga? Itu lho ada tamu mau ketemu kamu," desak Nadira.

"Hmmmm....kamu aja yang kesana. Aku capek mah. Kamu aja yang mewakili aku ya," balas Erlangga yang tetap memejamkan mata.

"Orang maunya ketemu kamu. Ayo kedepan dulu," ujar Nadira sambil memaksa Erlangga membuka matanya.

Erlangga membuka matanya, "Polisi bukan?"

Nadira mengendikkan bahu, "Keluar dulu sana. Kasihan mereka nunggu lama lho. Cepetan bangun mas,"

Erlangga melotot, "Banyak? Emang mau ngapain sih? Udah kamu aja sayang. Aku tiba-tiba lemas banget,"

"Mau ketemu kamu sayang. Yaudah kalau nggak mau keluar, biar mereka aja yang masuk kesini. Sekalian biar periksa dan kamu dibawa," ujar Nadira.

Erlangga bangun dan meletakkan tangan Nadira di dadanya.

"Kamu deg-degan yang? Kenapa sih? Wajah kamu pucat banget kayak mau diciduk pakpol," tanya Nadira sambil menahan tawa.

Lima Langkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang