Selamat sore setengah malam eheheh😀
Kalian apa kabar? Tetap patuhi protokol ya kesayanganku:3
Gausah kemana-mana kalau gak penting, baca wattpad aja kalau mau hiburan habis nugas atau habis ngapain kek.Tq yg udah mau menekan bintang dan bantu menaikkan votenya, mwah❤❤💋
Happy Reading yak👍
➿➿➿➿
Sepanjang hari yang dilakukan Aileen hanya diam, tidak melakukan apapun bahkan perempuan itu masih setia bergelung dengan selimut tebalnya, badannya memang sedikit hangat tapi perempuan itu tidak mau menetap dirumah sakit terlebih dahulu. Pagi tadi Regan akhirnya memutuskan untuk membawa Aileen pulang kerumah karena Aileen terus saja menangis tidak mau bertahan sebentar lagi disana.
Semenjak percakapannya dengan Alfaro kemarin Aileen benar-benar berubah, perempuan itu lebih sering melamun, atau kadang juga menangis diam-diam. Perubahan itu dapat Regan rasakan karena teramat begitu nyata. Aileen sulit diajak bicara dan bahkan untuk menjawab Regan saja dia enggan.
Seperti saat ini, Regan tengah berusaha membujuk Aileen agar mau makan karena seharian ini Aileen tidak mau makan, tak hanya itu bahkan suhu tubuh Aileen juga bertambah panas. Regan menghela napas dan duduk disebelah Aileen berbaring, perempuan itu menoleh sejenak guna melihat Regan lalu kembali pada posisi semula.
"Adek laper gak?" tanya Regan tiba-tiba sambil memegang perut Aileen.
Aileen kaku, bukan karena sentuhan dari Regan tapi karena dia baru saja mengingat jika dirinya tengah mengandung. Aileen lagi-lagi menangis membuat Regan tampak frustasi, bahkan lelaki itu mengacak-acak rambutnya asal.
"Regan...""Hmm?" sahut Regan dengan gumaman.
Karena Aileen tak kunjung berbicara Regan berinisiatif untuk mendudukan Aileen, menyenderkan tubuh wanita berperut buncit itu pada kepala ranjang, Regan mendekat dan duduk tepat disebelah Aileen.
"Mau apa?" tanyanya kemudian.
Aileen menggeleng, "Kangen bunda," cicit Aileen pelan hampir menangis lagi.
Regan segera memeluk Aileen menyendarkan kepala perempuan itu di dadanya, "Gausah nangis ah, besok kita kerumah bunda. Tapi lo harus sembuh dulu." ujar Regan seraya menghirup aroma tubuh Aileen dalam-dalam.
Aileen ingin protes tapi dia enggan, lebih memilih diam dan menurut. Entah kenapa dia sangat merindukan Bunda Dania, tak hanya bunda tapi juga Ayah. Penjelasan Alfaro kemarin sangat membuatnya tertekan, apalagi masalah yang dibahas adalah orang tua dan itu sangat sensitif untuk Aileen. Didalam pelukan hangat Regan dia berfikir bagaimana caranya agar dia bisa mengampuni keluarganya, meski yang selama ini dia dinilai tidak tegas itu benar, sebenarnya Aileen tengah menyiapkan benteng, benteng yang begitu besar dalam hatinya.
"Makan ya, lo belum makan dari pagi, kasihan babynya." bujuk Regan.
Aileen menunduk, menatap perut buncitnya dengan perasaan menyesal. Dia sampai melupakan anaknya yang butuh nutrisi hanya karena sibuk menangisi takdir yang seharusnya tidak perlu dia tangisi, toh semua itu sudah berlalu. Dia hanya perlu bersiap pada masa depan, masa yang akan hadir dalam hari-hari berikutnya.
"Jangan diem aja, ayo turun." tegur Regan, laki-laki itu sudah berdiri dipinggir kasur sembari mengulurkan tangannya pada Aileen.
Aileen mengangguk dan menerima uluran tangan Regan, setelah sampai dibawah mereka duduk di sofa ahh tidak, hanya Aileen karena Regan langsung beranjak kedapur untuk mengambilkan Aileen makanan, tak lupa lelaki itu membuatkan Aileen susu ibu hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILEEN & REGAN [TELAH TERBIT]
Teen Fiction#1 in roman Agustus 2021 #1 in pregnant juli 2021 #1 in toxicfamily Juli 2021 #1 in tanggungjawab Agustus 2021 #1 in mba Agustus 2021 #1 in chicklit Agustus 2021 #1 in getaran Agustus 2021 #2 in romance Agustus 2021 #2 in getaran Agustus 2021 #2 in...