44. AILEEN & REGAN.

334K 26.8K 6.2K
                                    

Haloooo guys, gimana kabarnya😊
Nungguin gak sih part ini di pulihin? Met baca ya, komen yang banyak jangan lupa di tungguin nih wkwkwkwk❤❤

^^^^

Regan terduduk lemas, tidak mengerti dengan takdir yang menimpa hidupnya. Lelaki itu tidak menghiraukan tangisan anaknya yang sekarang tengah berada dalam gendongan sang nenek, Regan diam bukan tidak peduli, tapi dia tidak ingin mengambil resiko menggendong putranya ketika keadaannya lemas tak bertenaga.

Teman-teman Aileen maupun Regan yang berada disana pun tampak sama, diam seperti tidak punya tenaga untuk hidup. Kabar duka ini sangat-sangat mengguncang mereka, rasanya seperti tidak menyangka semua akan terjadi, tidak menyangka jalannya akan begini. Dan mereka hanya berharap kedamaian untuknya, semoga dua orang yang di tinggalkan diberikan ketegaran.

"Permisi bapak, ibu." sapa seorang perawat yang baru saja keluar dari ruangan.

Ayah Endra mendekat, "Bagaimana suster?" tanyanya lesu.

"Maaf, keduanya tidak tertolong. Semua karena ledakan hebat yang terjadi pada pesawat telah merusak beberapa bagian tubuh mereka." jelas sang suster.

Regan mendongakan kepala sambil memejamkan mata, demi apapun dia tidak sanggup melihat empat jenazah itu, lantas bagaimana caranya menjelaskan semua ini kepada Alfaro ataupun Aileen nanti, bagaimana caranya dia menyampaikan jika keluarga mereka terlibat kecelakaan pesawat yang menelan seluruh korbannya, termasuk kakek, nenek, dan orang tua mereka.

"Pulangkan keempat jenazahnya ke alamat yang tertera, disana akan ada keluarga yang bertanggung jawab." ujar ayah Endra.

Pria paruh baya itu tidak menyangka jika sahabatnya akan tewas dengan tragis seperti ini, mungkin semua ini adalah karma. Tuhan telah menghukum keempatnya karena telah berlaku tidak adil pada anak bungsu mereka, tubuh nenek Aileen terpisah dan sulit dikenali, wujud ayah Aileen pun demikian, berbeda dengan ibu serta kakeknya yang saat ini bisa dikatakan utuh, hanya ada beberapa bagian yang terkena luka bakar.

Keduanya masih hidup saat dibawa ke rumah sakit, namun dengan kondisi jantung berdenyut lemah dan inilah hasilnya, keduanya tidak tertolong. Keempatnya meninggal dunia ketika akan berangkat ke London, pesawat yang mereka tumpangi jatuh setelah beberapa detik lepas landas dan meledak di hutan.

"Gue bingung gimana bilangnya sama istri gue nanti, Aaarrgghhh!!!" Regan mengacak-acak rambutnya.

Tadi kondisi Aileen sempat menurun drastis bersamaan dengan datangnya kabar duka dari pesawat yang baru saja jatuh beberapa jam lalu, namun ajaibnya kondisi Aileen cukup membaik dan hanya tinggal menunggu wanita itu sadar saja.

"Regan, kamu gendong Revan dulu ya. Bunda mau jenguk Alfaro, dia gak sadar-sadar dari sehabis donor." ujar Bunda dengan raut sedikit panik.

Regan mengangguk lemas, menerima tubuh mungil yang dibalut kain warna abu gelap itu dengan hati-hati, Juan mendekat dan duduk tepat di sebelah Regan, tersenyum tipis begitu melihat bagaimana Regan menggendong sayang sang anak.

"Gak nyangka, sahabat gue udah punya buntut." celetuknya sembari menepuk pundak Regan.

"Lo kalau sedih gak enak dilihat Gan, gue lebih suka lo yang dingin ketus daripada yang kayak mayat hidup gini." timpal Ragil ketika Juan tidak mendapat sahutan.

Regan menghela napas, "Lo bayangin aja, lo punya istri dalam keadaan kritis, terus dapat kabar duka dari keluarga istri lo bahwa orang tua, kakek serta neneknya meninggal, gimana perasaan lo?" Regan menjeda ucapannya, "Gue gak sanggup lihat respon Aileen nanti gimana, sejahat apapun mereka, sekejam apapun mereka Aileen gak pernah bisa benci sama keluarganya sendiri."

Juan, Ragil, Abi, Ares, Vinda, Mona dan Airish terdiam, kini Rama yang mendekat ke arah Regan. "Maka dari itu brother, lo sebagai suaminya harus bisa kuat, harus tegar, kalau bukan lo siapa yang bakal ngasih pasokan semangat buat dia nanti? Sedih itu perlu, tapi bahagia itu penting." ujar Rama bijak, jarang sekali lelaki itu berkata demikian. Tangannya menyentuh pipi Revan dengan lembut, meski hatinya mendadak nyeri jika teringat Revan terlahir dari rahim orang yang pernah memiliki tempat spesial di hatinya.

Atau mungkin masih..., entahlah.

"Lo punya anak yang butuh dekapan hangat ayahnya, buang kesedihan lo dan fokus sama keluarga kecil lo. Jujur, gue gak pernah lihat lo begini, biasanya lo paling kuat diantara kita, lo paling tegar, kemana ketegaran itu hilang? Bangun jati diri lo lagi Regan, jangan lemah." setelah itu Rama kembali berdiri, Ares dan Abi tidak berminat menimbrung karena mereka takut salah bicara.

"Ngelihat Aileen gue jadi inget mama yang lagi hamil si bungsu, ya Tuhan semoga mama melahirkannya nanti lancar..." batin Ares agak parno.

"Ponakan ganteng gue siapa namanya, mau tanya tapi takut ngerusak suasana. Oh gorengan dimana kau berada, diriku tengah galau tolong datanglah dan kenyangkan perutku!!" teriak Abi dalam batinnya, sebenarnya ini adalah teknik menghibur diri sendiri ala Abi.

"Kalian bener, thanks. Gue emang harus tegar buat anak dan istri gue, gue harus kuat demi mereka." Regan bangkit berdiri, menimang Revan yang tampak kurang nyaman ditengah lelapnya.

Teman-teman Regan yang lainnya pamit untuk pulang, nanti sekitar pukul tujuh malam mereka akan datang lagi untuk menjenguk Revan dan siapa tahu kondisi Aileen sudah membaik dan bisa segera memulih. Mereka hanya bisa membantu menguatkan Regan dan membantu doa agar Aileen dan Alfaro baik-baik saja.

Mendengar cerita Regan tentang Rian yang mencoba menculik Aileen dan hampir membunuh anaknya membuat mereka geram setengah mati, untunglah lelaki itu sudah mati karena kehabisan darah. Dan sekarang jangan tanya kemana jasadnya karena sesuai perintah Alfaro jasad itu sudah berada dalam perut buaya.

"Aileen gak akan kenapa-kenapa, kan Mon?" lirih Airish bertanya masih sesenggukan.

Mona merangkul pundak Airish, "Gak apa-apa, kita bantu doa ya. Udah dong gak usah nangis gitu, nyetrum tau air matanya." kekeh Mona berusaha menghibur Airish.

"Huwaaa gue sedih banget!!! Sahabat gue hiks, sahabat gue... Huwaaaaa mamaaa!!!" bukannya mereda tangis Airish malah semakin pecah.

Rema yang sebelumnya berdiri di dekat Airish sontak menjauh, lelaki itu melirik Airish malas. Dia tahu gadis itu sedih tapi sedihnya terkesan berlebihan, namun benaknya langsung membayangkan bagaimana jika itu terjadi padanya, misalkan Regan, Ragil, Abi, Ares, ataupun Juan yang berada di posisi Aileen.

Rama menggelengkan kepala, mengusir pikiran negatifnya, "Lo diam bisa nggak sih, gak malu di lihatin orang-orang?"

Airish cemberut, "Hatimu bagaikan batu! Gue sedih anjrit, bisa-bisanya lo gitu!!" balas Airish nyolot.

"Udah lah Ram, biasa, cewek, 'kan emang cengeng." celetuk Ragil dengan tangannya yang mencengkram pundak Rama untuk dibawa menjauh.

"Gak pulang sama Mona lo?" tanya Ares tiba-tiba.

Ragil menggeleng, "Biar aja dia sama sahabatnya, gue gak mau ganggu waktu mereka. Apalagi sebentar lagi mereka pisah karena harus kuliah." balas Ragil sembari menatap Mona dari kejauhan.

Cantik...

🍂🍂🍂



Regan meletakan tubuh mungil Revan tepat diatas dada Aileen, anaknya itu langsung tenang dan berhenti menangis begitu mendapatkan tangan ibunya. Jari-jari mungil itu menggenggam erat jari telunjuk Aileen yang dipegangi oleh Regan, wanita itu tidak bergerak sama sekali dan masih betah menutup matanya.

Regan menatap sendu wajah mungil milik Revan, putranya itu menginginkan susu langsung dari sumbernya, bayi itu menginginkan Asi dan menolak susu formula, mungkinkah putranya itu kehausan. Bayi mungil itu menginginkan ibunya, mungkin dia merasa jika ada yang kurang, rumah ternyamannya sedang tidak berdaya dan dia sangat merasakannya, pernah dengar ikatan batin antara ibu dan anak itu kuat? Ya, seperti itulah Revan dan Aileen.

Cup....cup..

Regan mengecup pipi bulat Revan dan mengecup lembut pelipis Aileen, melepaskan tangan keduanya dan membawa tubuh mungil yang terbalut kain itu menjauhi ranjang Aileen, menidurkan anaknya di box bayi setelah menimangnya beberapa menit agar anaknya itu benar-benar tertidur.

"Nanti besarnya jadi anak baik ya, jangan kayak ayah." bisiknya di telinga sang putra.

Regan jadi teringat seberapa brengsek dirinya, tapi karena kebrengsekan itulah bayi mungil ini ada, dia memang menyesal di awal tapi lambat laun dirinya mulai merasa beruntung, beruntung memiliki Aileen sebagai pasangannya, dan merasa beruntung karena hadirnya Revan lah yang membuat dirinya dan Aileen bersatu.

"Anak ganteng Ayah..."

Tes!

Sebutir air mata meleleh dari mata kanan Regan, lelaki itu menangisi nasib putranya, air mata itu jatuh tepat dipipi Revan dan tepat saat itu mata Revan terbuka. Berkedip-kedip kesilauan, membuka mulut mungilnya, dan jangan lupakan senyuman manisnya.

Bayi itu seolah tahu apa yang sedang dirasakan sang Ayah, mungkin hal itulah yang membuat dirinya terbangun. Beberapa kali baby Revan tersenyum, senyuman yang mampu membakar hati Regan, membakar semangat Regan dan senyuman yang mampu membangkitkan ketegaran untuk Regan.

Lalaki yang sudah berstatus sebagai Ayah itu tersenyum menatap anaknya yang bergerak, sangat lucu karena bayi itu tampak seperti ulat. Karena gemas Regan tidak bisa jika tidak menggendong Revan dan melayangkan kecupan-kecupan dipipi serta kening putranya.

Ooww...

"Kenapa hmm, ini ayah boy." sahut Regan dengan senyum hangat begitu anaknya mengeluarkan suara kecil.

Revan terus bergerak dengan mata terus tertuju kearah Bundanya, memang mata bayi itu masih rabun dan tidak sejelas pengelihatan orang dewasa pada mata normal. Tapi entah kenapa bayi itu seolah menunjukan sesuatu.

Regan menolehkan kepalanya ke ranjang Aileen, "Aileeenn!!!"

Jari-jari wanita itu bergerak pelan, bulu matanya pun bergetar. Regan dengan cepat menghampiri istrinya setelah meletakan Revan kedalam box bayi, untunglah anaknya itu tidak menangis karena terkejut saat dirinya berteriak.

"Sayang kamu dengar aku? Aku yakin kamu dengar, ayo buka mata kamu, malaikat kecil kita  kangen bundanya..." bisik Regan ditelinga Aileen sembari menunggu dokter datang.

"R-rregan...."

Regan memeluk Aileen erat, menumpahkan air mata harunya begitu melihat mata istrinya terbuka dan bibir pucat itu menyebutkan namanya, Regan terus memeluk Aileen sembari melayangkan beberapa kecupan di seluruh wajah Aileen.


Akhirnya..


Istrinya sadar...

****
Lihatlah betapa cintanya Regan ke anak dan istrinya😭 terharuuuuuuu!!!
Gatau mau ngomong apa tapi makasih loh udah setia nungguin ini update lagi❤
Sab, 18 Desember 21

Salam sayang, Zee^^

AILEEN & REGAN [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang