#Extra Chapter# (I) Wp Ver

336K 25.5K 3.6K
                                    

Selamat malam minggu Readers, gimana perasaan kalian setelah cerita ini ending dan partnya aku pulihin lagi?

Squel ada di Readen ya, itu lapak anaknya wkwkwk. Terimakasih banyak atas dukungan kalian, Aileen & Regan sudah mencapai 10 juta pembaca, terimakasih❤ aku harap di kisah-kisah selanjutnya kalian tetap mewarnai story Wattpadku.

Happy Reading♡

❤❤❤


Malam ini Regan masih terjaga, lelaki yang baru saja menyandang status sebagai ayah itu tengah duduk di sofa sambil memangku sang putra. Melihat Aileen yang tertidur pulas dia jadi tidak tega untuk membangunkannya, seharian ini Aileen sudah menjaga Revan yang sedang rewel karena baru saja di imunisasi.

Regan tersenyum melihat mata bulat anaknya yang berkedip-kedip lucu memandangnya, beberapa saat kemudian bayi laki-laki itu mulai gelisah, menggerakan tubuhnya asal dan hendak menangis, dengan sigap Regan menimangnya sambil memberikan Asi yang sudah di pompa oleh Aileen sebelum tidur tadi, gunanya ya untuk berjaga seperti sekarang.

Ngantuk banget gilaa!!

Teriak Regan dalam hati, meski begitu dia tetap terjaga menimang Revan hingga tertidur. Sejenak dia berfikir, satu bayi saja kalau rewel membuatnya tidak bisa tidur, apalagi jika lima bayi? Regan menggelengkan kepalanya, sepertinya dia harus menunda untuk proses yang kedua sampai Revan umur empat atau lima tahun.

Tapi lama banget njir, mana kuat gue.

Ya seperti itulah Regan, sibuk dengan pikirannya sendiri. Padahal fokusnya sekarang seharusnya untuk Revan dan Aileen saja, dan dia malah memikirkan sesuatu yang belum jadi, jangankan jadi prosesnya saja belum.

Eunghh...

"Sstt, let's sleep boy. Jangan rewel sayang, nanti bunda bangun," bisik Regan lembut sambil berjalan kesana-kemari guna menidurkan Revan.

Tanpa diketahui ternyata Aileen sudah membuka matanya, wanita yang baru saja menyandang status sebagai ibu itu tersenyum haru, Regan benar-benar menjadi suami siaga untuknya. Aileen tahu Regan juga lelah karena seharian ini lelaki itu bekerja di kantor, apalagi tadi Alfaro sempat menceritakan jika ada masalah di kantor Regan. Sebenarnya perusahaan itu milik ayah Endra, tapi dalam surat hak waris sudah tertulis jika Regan sudah memiliki keturunan, apalagi keturunan Regan laki-laki maka harta keluarganya sebanyak 73%  akan di alih namakan menjadi atas nama Regantara Danurendra.

Aileen menyibak selimutnya dan bangkit mendekati Regan, memeluk suaminya dari belakang sambil berjinjit untuk melihat putranya. Regan terkejut tentu saja, tapi setelah tahu siapa pelakunya dia langsung tersenyum, rupanya istrinya terbangun.

"Kenapa bangun?"

"Kenapa kamu gak tidur?" tanya Aileen balik tanpa menjawab pertanyaan Regan.

"Jagoan gak mau diajak tidur, lihat nih." tunjuk Regan pada anaknya yang masih membuka mata lebar.

Aileen tersenyum, wanita itu segera mengambil jedai  dan memggulung rambutnya menjadi satu bagian, "Sini, dia bakalan tidur kalau dapat apa yang dia mau." tukas Aileen sambil menyodorkan kedua tangannya.

"Emang Revan mau apa?" tanya Regan belum konek.

Aileen diam saja, wanita itu sibuk memposisikan Revan agar nyaman di pangkuannya sebelum di susui, Regan yang sejak tadi memperhatikan pun langsung sadar apa yang istrinya maksud, apalagi melihat Revan yang langsung menerima pabrik Asinya serta menyedotnya dengan rakus.

"Ohh itu, kalau itu mah gak cuman Revan yang mau, ya nak ya. Ayahnya juga mau kalau gitu, satu-satu sini yang." celetuk Regan menggoda istrinya.

Aileen pura-pura tidak dengar dan sibuk meneliti permukaan kulit Revan siapa tahu ada ruam atau terkena gigitan nyamuk. Regan semakin gencar menggoda, bahkan tangannya dengan sengaja dia senggolkan ke dada Aileen yang terbuka karena Revan masih meminum isinya.

"Regan..." rengek Aileen malu.

"Sini satu-satu, haus nih ayahnya, masa anaknya doang yang di kasih." sahut Regan menggoda, wajah tengilnya itu mulai terlihat menyebalkan.

"Jangan.gitu.Ayahhhh!" tekan Aileen sambil melirik Regan sinis.

Regan tertawa kencang melihat wajah Aileen yang memerah seperti kepiting rebus, sontak hal itu membuat Revan terkejut dan menangis, Aileen sudah menduga ini akan terjadi. Wanita itu masih tetap menyusui anaknya tapi bedanya kini dia sambil menimang agar Revan cepat tenang.

"Huusst sayang, ini bunda nak. Husstt kaget ya, cup ya..." tutur Aileen lembut, tangannya yang sebelah dia gunakan untuk menepuk bagian kaki Revan pelan.

Tok tok tok!!

Regan menoleh ke arah pintu kamar, karena ketukan tidak berhenti dia pun membukanya. Rupanya Alfaro, pria itu berdiri di depan pintu dengan piyama warna abu gelap miliknya, wajahnya khas seperti orang bangun tidur.

"Apa bang?" tanya Regan.

"Saya dengar Revan menangis, kenapa dia?" tanya Alfaro penasaran.

"Biasa, rewel habis imunisasi. Lo ngapain kesini?" jawab Regan santai.

Alfaro mengangkat kedua bahunya, "Gak sengaja lewat waktu mau ke kamar, saya dengar Revan menangis." terang Alfaro, Regan hanya ber oh ria menanggapi. "Yasudah saya pergi kalau tidak ada apa-apa." pamit pria berusia 22 tahun itu.

"Hmm."

Regan kembali menutup pintu dan mendekati Aileen, rupanya Revan sudah tertidur nyenyak di dalam tempat tidurnya sendiri. "Siapa?" tanya Aileen pensaran.

"Bang Alfaro." jawab Regan singkat.

Aileen mengangguk, dia pikir mbak Lina yang datang. Mengenai mbak Lina, beliau adalah wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai asiten rumah tangga di rumah Aileen dan Regan sekaligus membantu Aileen menjaga Revan. Tentang Alfaro sendiri, lelaki itu memang sedang menginap di rumah sang adik karena besok dia ingin memperoses sesuatu bersama Aileen, Regan, keluarga Regan dan keluarganya sendiri terutama paman, bibi dan saudara sepupunya.

Tentunya ini adalah sesuatu yang harus lekas di bahas, karena ini juga menyangkut mendiang orangtua nya serta kakek dan neneknya.

"Ayo tidur, muka kamu kelihatan capek banget itu." ajak Aileen, tangan wanita itu di gunakan untuk mengusap rambut Regan.

Lelaki bernama Regan itu tidak menyia-nyiakan kesempatan, kedua tangan kekarnya dia lingkarkan ke pinggang Aileen, kepalanya dia sandarkan pada perut istrinya karena posisinya sekarang Regan duduk di ranjang sedangkan Aileen berdiri.

"Kamu kenapa, gak enak badan?" tanya Aileen lembut sambil menyentuh kening Regan.

Regan menggeleng, "Aku nggak papa, cuman kangen aja meluk istri. Soalnya istri aku lagi di ambil sama anak."  balas Regan bergumam.

Meski bergumam Aileen tetap mendengarnya dengan jelas, lantas wanita itu tersenyum dan balas memeluk Regan. Bahagia di hatinya amat begitu nyata, Aileen masih tidak percaya jika ini sungguhan, dia merasa ini seperti mimpi.

"Kok tumben begini?" Regan tidak menyahut, lelaki itu hanya diam sambil mengeratkan pelukannya.

"Aku nggak bisa bayangin yang, gimana kalau seandainya istri aku bukan kamu, apa aku bakal sebucin ini juga?" ujar Regan, matanya terus menatap wajah cantik Aileen.

Aileen tertawa, "Aku juga gak bisa bayangin itu, gak rela hehe."  kekehnya jujur.

Regan berdiri, membawa Aileen kedalam dekapan hangatnya. Dia begitu suka jika istrinya itu ada dalam pelukannya, rasanya tenang, nyaman dan rasanya Regan seperti sudah kecanduan. Mungkin jika di umpamakan Aileen itu seperti narkoba, memabukkan, membahagiakan, membuat candu namun juga mematikan(jika Aileen pergi dari sisinya).

Regan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Aileen, bagaimana nasib anaknya tanpa seorang ibu. Aileen segalanya, Aileen nafas hidupnya dan Aileen adalah sumber kekuatannya.

"Jangan pernah pergi dari aku ya." bisik Regan pelan.

Aileen mengangguk, "Enggak, kan aku gak punya rumah." sahut Aileen polos.

Regan memejamkan mata menahan gemas, merusak suasana sekali. Untung ini istrinya, kalau bukan mungkin sudah di lempar ke kandang macan olehnya. Aileen ini kadang bisa liar, kadang barbar dan kadang juga bisa polos seperti saat ini. Yang penting sabar-sabar Regan saja menghadapi istrinya yang ajaib ini.

"Iya rumah kamu kan aku, jadi nanti kalau kamu ninggalin aku kamu miskin, kamu jadi gelandangan, mau?" balas Regan santai.

Aileen menggeleng, "Tapi kan aku bisa nikah sama orang yang lebih kaya lagi, gak jadi gelandangan dong." Regan terbelalak.

"Ck, di ajarin siapa sih hmm? Kok nyebelin." dengusnya agak kesal.

Aileen tercengir, "Nggak kok, nanya aja tadi hehe."

"Udah ayo tidur, nanti kamu semakin ngelantur mau nikah sama aki-aki juga bisa-bisa." Regan membawa tubuh Aileen untuk di rebahkan diatas kasur, mereka tidak mematikan lampu karena memang ada Revan. Mereka tidak tahu hewan apa yang akan mengganggu anaknya nanti jika lampu di matikan, bagaimana jika ada ular? Ya meskipun mustahil karena kamar mereka begitu rapat tanpa celah.

"Good night my wife..."

Regan mengecup kening Aileen lama, tidak membuat wanita itu terusik dalam tidurnya. Dia melirik jam yang rupanya sudah menunjukan pukul setengah dua dini hari, untung besok hari libur jadi dia tidak akan mengalami masalah di kantor karena mengantuk.


*****


Pagi tiba~

Aileen sudah mulai berkutat di dapur bersama mbak Lina, menyiapkan sarapan untuk keluarganya yang mungkin sebentar lagi akan datang ke rumahnya, entah apa yang akan di bicarakan Alfaro sehingga mengundang keluarga Regan dan juga keluarganya.

Ketika sedang mengaduk udang asam manis yang tengah di masak, tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang. Aileen jelas tahu siapa pelakunya, tidak jarang dia mendapatkan perlakuan seperti ini, bahkan dulu saat dia masih mengandung Revan, Regan pun sering seperti ini.

"Regan, lepas dulu aku lagi masak." pinta Aileen selembut mungkin.

Cup!

"Regan ada mbak Lina!!!" pekik Aileen histeris  ketika Regan menciumi lehernya dan menggigitnya untuk membuat tanda.

Regan menoleh kearah mbak Lina yang sedang cekikikan, "Nggak apa-apa ya mbak Lin, orang mbak Lina aja udah pro, ya kan mbak??!!!" celetuk Regan sekalian menggoda asistennya.

"Hahaha, mas Regan bisa aja. Saya jadi malu toh." sahut mbak Lina malu-malu kucing.

Regan tertawa kemudian melanjutkan apa yang ingin dia buat, Aileen menahan napasnya ketika hisapan di pundaknya semakin kencang. Regan sendiri merasa puas melihat karyanya yang terpampang jelas di pundak putih istrinya, sekarang Aileen lah yang malu kepada mbak Lina, ya Tuhan dimana dia harus menyembunyikan wajahnya.

"Regan, udah." cicit Aileen memohon, wajahnya memerah kentara sekali jika sedang malu.

Regan mengangguk, kasihan juga istrinya jika merasa canggung pada mbak Lina nantinya. Tak lama datang Alfaro yang tengah menggendong Revan, pria itu menatap Regan maupun Aileen dengan tatapan datar nan dinginnya, biasa, itu ciri khas seorang Alfaro.

"Pantas kamu menitipkan Revan sama saya, rupanya mau bermesraan. Ckckck," cibir Alfaro.

Pria itu pergi begitu saja sambil menimang Revan, Regan yang ingin membalas pun kembali diam, "Abangmu kaku banget sih yang, dibilang gak usah formal sama adek sendiri."

"Kak Alfa lucu kalau ngomong pake aku kamuan, kaku kaya baru belajar ngomong." ujar Aileen menyuarakan penilaiannya.

Regan tertawa, "Iya juga ya, yaudah lah. Sebahagia dia aja gimana."

Setelah itu Aileen melanjutkan sesi memasaknya, Regan? jangan tanya karena dia sendiri juga asik menggelendoti Aileen seperti bayi monyet.

"Selamat pagiiiiiiii!!!!" sapa seorang wanita paruh baya dengan cerianya, tangannya yang penuh dengan paperbag itu terangkat melambai-lambai.

Regan memutar bola mata malas secara diam-diam, acaranya mengganggu Aileen jadi tertunda karena rupanya keluarganya sudah mulai datang, dia menyalimi bunda dan Ayahnya juga Oma dan Opa.

"Aduhh mantu bunda kenapa malah masak? Jahitanmu di perhatiin sayang, nanti takutnya kenapa-kenapa kalau kebanyakan gerak." peringat Bunda.

"Iya bun, Aileen bosen aja gak ada kerjaan kalau Revan anteng." sahut Aileen lembut.

Oma Rumi mendadak heboh, "Mana cicit oma? Regan mana cicit ganteng oma? Ail-"

"Ekhem!"

Pandangan mata semua orang tertoleh kearah seorang pria yang masih memakai piyamanya, wajahnya memerah menahan malu. Bagaimana tidak, semua orang sudah rapi dan sudah mandi, bahkan Aileen maupun Regan juga sudah rapi dan wangi, hanya dirinya yang belum mandi karena Regan dengan tidak ada akhlaknya malah memberikan Revan padanya sedangkan dirinya malah asyik bermesraan.

"Alfaro?" ayah Endra syok melihat penampilan Alfaro yang jauh dari biasanya.

Alfaro sendiri tersenyum kaku lalu mengangguk sopan, "Semua ulah Regan om." ujarnya jujur.

Alfaro mendekat, menyerahkan Revan dengan hati-hati kemudian pergi untuk mandi, "Regan, kamu tidak punya ahlak. Semoga keponakan saya tidak menurun sifatmu." ujarnya sebelum menaiki tangga.

Regan terbengong, sedangkan yang lain tertawa kencang. Mereka terngiang-ngiang dengan ungkapan jujur Alfaro yang mengatakan 'Regan, kamu tidak punya ahlak.' tadi.

"Saya anak salah apa?" gumam Regan mengikuti video meme yang sedang viral dimana-mana.


######
Ciyeee yang nungguin Exchap wattpad version, makasih ya dukungannya, sampai disini aku sangat merasa bersyukur. Setelah selesai nanti aku bakal revisi satu persatu buat diperbaiki tulisannya dan mungkin ada beberapa kesalahan yang gak di sengaja, atau yang kadang menurut aku gapapa tapi itu jadi masalah, nanti bakal aku perbaiki.

Tidur yok dah malam, khususnya jomblo yang gak punya doi. Yok kita istirahat aja malming capek.


AILEEN & REGAN [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang