Kangen nggak sama aku? Heh notenya dibaca dulu biar gak kaget, ini gue triple-in awas ngamok. Setelah seminggu ga up kira-kira kalian masih setia nggak ya, apa dah selingkuh. Kalau selingkuh fiks kita cerai😒😒
Apa? CERAI? gak ada sangkut pautnya sama nih cerita kan:) Jangan lupa voment💋💋
🍂🍂🍂🍂
Kini usia kandungan Aileen sudah memasuki usia ke sembilan, artinya mereka hanya tinggal menunggu bayinya lahir. Dokter memprediksi Aileen akan melahirkan minggu ini namun bisa lebih cepat atau lebih lambat lagi, karena pemeriksaan kemarin posisi kepala bayi sudah masuk pinggul namun kembali ke posisi semula, terus seperti itu.
"Ayo jalan-jalan keliling komplek, biar posisi adeknya cepet turun." ajak Regan pagi ini, seperti biasa calon ayah itu akan selalu mengajak sang istri jalan pagi.
Regan juga sudah tidak sekolah, ujian telah usai dan para siswa/siswi dibebaskan. Jadi, Regan memilih untuk tidak masuk sekolah, dia ingin fokus menemani Aileen di minggu-minggu terakhir kehamilannya, dia khawatir jika meninggalkan Aileen sendirian lalu tiba-tiba perempuan itu melahirkan dan tidak ada yang membantu. Demi Tuhan Regan tidak akan mengampuninya jika itu terjadi. Membahas kelahiran sang anak Regan jadi tidak sabar sekali menunggu malaikat kecilnya lahir.
"Tapi jangan jauh-jauh ya Regan, napas aku sesak kalau kejauhan." pinta Aileen.
Regan mengangguk, "Iya, udah berat banget ya?"
Lelaki itu berinisiatif mengelus perut besar Aileen yang siap meledak kapan saja, mengecupnya singkat kemudian membawa Aileen turun. Bahkan sekarang dia dan Aileen sudah pindah ke komplek perumahan yang tidak jauh dari rumah orangtua Regan, alasannya jika Regan kuliah dan harus pulang malam karena lanjut bekerja perempuan itu ada yang menemani.
"Kamu gak kerja?" tanya Aileen ditengah perjalananya berkeliling.
"Jam satu siang nanti kaya biasa, sekarang nemenin kamu dulu." jawab Regan seraya menghapus peluh di pelipis Aileen.
"Haus nggak?" tanya Regan kemudian.
"Iya haus, mau itu," tunjuk Aileen ke arah pedagang es buah.
Regan melihatnya, kemudian menggeleng. "Masih pagi sayang, kasihan dedeknya beku nanti." kekeh Regan.
Aileen cemberut, "Kamu kok gitu, kan pengen." rengeknya setengah memaksa.
"Ini masih pagi, gak bagus minum es buah. Kamu juga belum sarapan, siang aja ya," bujuk Regan.
Aileen memalingkan wajah. Dua bulan terakahir ini dia banyak berubah, jadi lebih sensitif dan cenderung bisa mengekspresikan diri, dia banyak mengatakan apa yang dia rasa kepada Regan, dan dia juga merasa dirinya mulai bisa merasakan ngidam setelah kandungannya masuk delapan bulan.
Regan yang melihat ekspresi Aileen seperti hendak menangis itu lantas tertawa, seperti anak kecil sekali istrinya itu. Anak kecil tapi punya anak kecil.
"Gak usah nangis, ayo dibeliin." bisik Regan sembari mengelus kepala Aileen sayang.
"Udah gak pengen!" ketusnya menjawab.
Regan tertawa, Aileen begitu lucu ketika sedang merajuk. Karena gemas diapun langsung mendekap tubuh Aileen dari samping dan di angkat mendekati penjual es buah yang sedang menata dagangannya.
"Regannnn, mau turunnn!!!" pekik Aileen histeris.
"Jangan gerak-gerak sayang, nanti adeknya jatuh dari perut."
Aileen mencubit pinggang Regan gemas, " Tadi beku, sekarang jatuh. Kamu pikir adek tinggalnya di lambung aku apa gimana sih, nyebelin!" gerutunya dengan mata melotot kearah Regan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILEEN & REGAN [TELAH TERBIT]
Teen Fiction#1 in roman Agustus 2021 #1 in pregnant juli 2021 #1 in toxicfamily Juli 2021 #1 in tanggungjawab Agustus 2021 #1 in mba Agustus 2021 #1 in chicklit Agustus 2021 #1 in getaran Agustus 2021 #2 in romance Agustus 2021 #2 in getaran Agustus 2021 #2 in...