13. Sekejap

260 27 0
                                    

"Kita ikut ya bri?" ucap Iqbal.

Pasalnya sedari tadi Iqbal dan yang lainnya terus memohon agar ikut dengan Brian untuk menemukan Zia.

Brian menghela nafas panjang, "Gak usah!"

"Please! Boleh ya." ujar Dinar.

"Ck! Ngapa pada ngeyel sih?!"

"Ya Lo pikir aja sendiri, pasti disana banyak jebakan!" ucap Liam kesal.

"Gue-"

"Gak usah sok iye deh! Lo sendiri sedangkan mereka bisa lebih dari 3 orang! Sok banget."

Brian yang merasa tersinggung pun kesal.

"Yaudah cepet packing! Besok pagi jam 06.00 sampe sini, Kalau salah satu dari kalian telat gue pastiin kalian ga jadi pergi!" ancam Brian.

"Siap Bray!" ujar mereka serentak.

Liam dan yang lainnya pun pulang kerumahnya masing-masing dan bersiap untuk besok.

Bodo lah sama sekolah. Zia dulu baru sekolah!

Cara mereka meminta izin pun berbeda, nih ya liat! LIATIN!

Eh baca aja, soalnya tak kasat mata.

Babang Liam version

"Bunda sayang!" panggil Brian pada bundanya yang sedang menonton ikatan Jomblo.

"Ga ada duit!" jawab bundanya, holkay masa ga ada money sih.

"Astagfirullah bundah! Liam bukan mau minta duit, tapi, mau minta ijin."

"Mau ke mana?"

"Masa depan."

"Hah?"

"Iyain dulu."

Dengan heran pun, Sinta-bunda Liam mengiyakan, "Iya."

Liam tersenyum menang.

"Liam mau cari Zia sama Brian dan lain-lain, so... Bunda harus ijinin, kalau engga Liam gak mau sekolah sampe seterusnya."

"Ya kalau bunda sih bodo amat kamu mau sekolah apa enggak, yang penting ada perempuan yang mau kawin sama orang bodoh kayak kamu."

"Ya Allah Bun, masa- ya Allah- ya Tuhan-aw-yah-ssh sakit hati Dedeq bun, dihina."

"Drama! Sana packing."

"Sip." Liam pun berlari untuk packing.

Iqbal version

"Emm, yah." panggil Iqbal.

"Hm?"

"Jangan liat koran mulu!" kesal Iqbal.

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang