48. Jodoh

75 11 0
                                    

Ujian.

Hari kematian, belajar, belajar dan belajar. Semua siswa diharapkan belajar agar bisa naik kelas dan lulus.

Senin, hari pertama ujian kelulusan bagi Zia dan teman-temannya. Bukannya belajar Zia malah membuka tiktok.

"Gila! Gantengnya ga ada obat!!" Pekik Zia.

"Wah! Seagama nih!" Ucapnya saat melihat bio dari akun pria tampan itu.

"Bismillah," Zia mengangkat tangannya.

Lalu ia berdoa, "seperti biasa ya Allah, semoga yang satu ini jodoh saya, aamiin."

Setelah berdoa, Zia membuka dm di tiktok, mengirim pesan singkat pada pria tampan itu.

Windi

Manurioswife🤟🏻
Hii

Setelah mengirim pesan itu, Zia kembali melanjutkannya buka aplikasi tiktok nya, baru saja video ke-2 Zia dikejutkan dengan seseorang yang sedang memutar kenop pintu kamarnya.

Buru-buru Zia mengambilnya bukunya kan pura-pura belajar.

Brian. Dia lah orang yang datang.

"Lo ngapain belajar PKN?" Tanya Brian.

"Emang kenapa?"

"Besok ujian IPS sama MTK."

"Gue udah selesai belajar IPS sama MTK, makanya gue belajar PKN."

Brian mengangguk, "btw tadi gue tadi liat cogan di tiktok."

Zia yang sedang membaca buku mengalihkan pandangannya pada Brian.

"Wih, serius? Liat dong."

Cogan aja cepet Lo. Batin Brian.

"Nih." Brian menyerahkan hp nya pada Zia.

"Ah, ini mah gue udah liat barusan."

"Serius? Barusan kapan?"

"Sebelum Lo masuk kan gue lagi li-"

Mampus. Batin Zia.

Brian tersenyum miring, "ohh, katanya belajar?"

"Maksudnya beberapa jam sebelum Lo masuk."

"Serius?"

Zia mengangguk.

"Yaudah, pas ujian jangan nyontek kalau Lo udah belajar."

"No nyontek no life."

-usai-

"Gooo eeeeeasy on me beibihh."

"I-"

"Bisa diem? Suara Lo kek cicak anjir, rasanya tuh pengen di lempar pake karet." Ujar Brian.

"Tega kamu mas..." Lirih Peto mendramatis.

"Jijik anjir." Tukas Iqbal.

"Kalian kok gitu? Aku salah apa?" Tanya Peto menjadi-jadi.

"Skali lagi Lo kayak gitu, gue sumpel mulut Lo pa-"

"Pake bibir- ANJING WLEKK." Peto memuntahkan cabai bakso dari mulutnya.

Sungguh kejam Brian, masa satu sendok makan cabe bakso yang pedesnya minta duit-eh minta ampun dimasukin ke mulut Peto?

"ANJING LO! GILA LIDAH GUE BERASA DI BAKAR."

"Ga peduli gue."

Iqbal dan Teo tergelak senang, pasalnya mereka juga jengah dengan peto yang seperti orang gay.

"Lagian Lo sih pet, kalau ngomong biasa aja, ngeri gue kalau Lo gay." Ucap Teo.

"CEK HP GUE SANA! BERAPA CEWEK GUE?!"

Wah gawat!! Peto mengatakan itu di kantin yang sedang ramai.

Wah...

Para gadis-gadis berjalan dengan wajah merah padam.

"Aduh, mampus gue." Gumam Peto.

-usai-

"Gimana pet? Masih sakit?" Tanya Dinar yang sedang mengobati luka di dahi, pipi, dan hidung Peto.

Tau kan kenapa? Yap.

Ditampar dan dipukul habis-habisan oleh Para pacarnya.

"Makanya! Jadi cowok tuh yang setia, cukup sama satu cewek aja!" Dengan geram, Dinar menekan luka yang ada di dahi Peto, sehingga membuat sang empu meringis kesakitan.

"Tega Lo nek lampir!"

"Masi untung gue obatin Lo!" Benar. Masih untung Peto diobati oleh Dinar, karena Teo, Iqbal, Brian dan Zia sedang berada di rumah mama dan papa Liam.

Kenapa Dinar dan Peto tidak ikut? Ya karna si Peto biangnya.

"Udah, Lo mau ikut ke tempat Liam apa ga?" Pertanyaan Dinar dibalas gelengan oleh Peto.

Bukannya ia tak mau, tapi masalahnya tadi kakinya diinjak dengan sepatu oleh beberapa pacarnya.

Jadi agak menyulitkan nya untuk berjalan.

"Yaudah, gue kesana dulu."

Kemudian Dinar berjalan menuju rumah Liam.

Tok

Tok

Tok

Dinar mengetuk pintu lalu masuk, "assalamu'alaikum." Ujarnya.

"Wa'alaikumusalam, Dinar? Peto mana sayang?" Tanya Sinta.

"Dirumah Zia Bun, kakinya sakit."

"Sakit kenapa?"

"Biasa Bun, dikeroyok sama para pacarnya." Celetuk Teo.

"Para."

Janlup vote sama komen, see u next part.

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang