34. Mimpi

138 18 1
                                    

Gimana part kemaren? Berhasil bikin kalian nangis gak?

Happy reading 💐

Zia tidur kurang nyenyak semalam, karena masih kepikiran dengan Liam. Jujur saja, Zia masih belum bisa merelakan Liam pergi begitu saja.

"Dek." Panggil Varo.

"Iya li-ekhem, maaf bang."

Varo memaklumi sifat Zia saat ini, ia tau adiknya ini sangat terpukul, begitupun dengannya saat ini.

Yang ia tau, Liam itu cowok yang humoris. Varo juga dimintai oleh Liam agar menjaga Zia dari orang-orang yang mau menyakiti adiknya ini.

Tanpa diminta oleh Liam pun Varo akan melaksanakannya, karna Zia adalah satu-satunya adik yang ia miliki.

Santi dan Andi pun sudah pindah ke depan rumahnya, Liam tidak ingin sang bunda dan ayahnya kesepian, terlebih lagi bundanya yang sering ditinggal kerja oleh ayahnya.

Walaupun begitu, Andi tetap sering menemani sang istri dan almarhum anak.

"Kamu udah ikhlasin Liam?"

Zia mengangguk samar-samar.

"Yakin?"

Zia memeluk abangnya itu, "Sebenernya Zia belum ikhlas sepenuhnya bang, tapi mau gimana lagi."

Varo mengusap sayang rambut sang adik, "Kan ada Abang yang, mungkin ga mungkin bisa gantiin Liam."

Zia semakin mengeratkan pelukannya pada Varo, "Abang ga bisa gantiin Liam, dan Liam ga bisa gantiin Abang. Tapi kalian berdua tetap abangnya Zia."

Varo tersenyum, lalu mengecup singkat kepala Zia, "Abang janji bakalan jadi Liam sekaligus bang Varo buat Zia."

"Makasih bang."

"Apapun yang buat adek Abang seneng."

Zia sangat bangga mempunyai Abang seperti Varo, disaat seperti ia pasti akan memanjakan Zia.

Tidak membiarkan adiknya tersakiti, walaupun ia terlihat acuh terhadap sang adik, namun jika ia mengetahui bahwa ada yang berani menyakiti adiknya. Varo akan turun tangan.

Pernah waktu Zia masih kelas 5 SD, ada seorang teman cowoknya menjahili Zia hingga kepala Zia terbentur tembok, hingga membuat Zia menangis.

Keesokkan harinya, Varo datang menemui murid nakal itu, lalu membalas kelakuan, membenturkan kepala anak itu ke tembok hingga hidung anak itu patah.

Sadis memang, tapi itulah Varo. Yang membuat keluarganya tersakiti maka ia akan membalas lebih sadis.

"Zia."

"Iya?"

"Mau eskrim?"

Zia menatap Varo dengan tatapan yang sangat senang.

"Mau!"

"Siap-siap gih."

Zia segera berlari menuju kamarnya untuk mengenakan jaket serta celana panjang.

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang