26. Baik-baik aja

182 22 1
                                    

Sepulang sekolah, Liam mengajak Dinar memakan ramen di salah satu tempat makan Korean di Bandung.

Dengan senang hati Dinar menerima ajakan Liam, terlebih lagi ia di traktir.

"Tumben Lo traktir?" Tanya Dinar pada Liam yang sedang asik menikmati ramen nya.

"Duit gue segepok, ga tau mau diapain." Jawabnya.

"Halah! Sombong lu?"

"Kan tadi Lo nanya."

"Jawabnya sombong gitu."

"Biarin, yang penting Lo seneng gue traktir kan?" Dinar mengangguk antusias.

"Sering-sering dong traktir." Gurau Dinar.

"Tenang aja, Jum'at Minggu besok gue traktir lagi."

"Kenapa harus Jumat?"

"Soalnya Jum'at berkah gue dapet duit."

Dinar tertawa mendengar penuturan Liam.

"AHAHAHA ANJ-AWB." Liam memasukkan satu kimbab ke dalam mulut Dinar yang sedang tertawa.

"Lo mah! Ntar gue mati gimana?!" Kes Dinar.

"Masuk neraka."

"Doa yang baek-baek aja!"

"Kurang baik apa coba gue, pake hijab sana sama Zia. Ajak dia pake hijab biar masuk surga."

Dinar sedikit risih mendengar ucapan Liam.

"Apa sih! Kayak orang mau 'dipanggil' aja Lo!" Ucap Dinar seraya memukul pelan lengan Liam.

"Tapi gue pengen kalian berdua ke sekolah pake hijab, bukan ke sekolah aja, tapi kemana pun."

Dinar mulai kesal dengan ucapan Liam yang kelewat batas.

"Ck! Udah deh, lanjut makan aja."

-usai-

Hari ini disekolah, Liam merasakan rasa nyeri di dadanya dan juga sesak di nafasnya.

Ia memegang dadanya yang terasa amat sakit.

Ia terduduk lemas di kursi kelas, untung saja kelas tak ada orang selain dirinya.

"P-plis, j-jangan sekarang." Ucap Liam patah-patah karna nyeri di dadanya.

Saat melihat teman-temannya masuk, ia segera merubah ekspresi nya seolah tak terjadi apa-apa.

"Li? Lo kok pucet banget?" Tanya Iqbal.

"Iya, Lo sakit?" Timpal Dinar.

"Pucet? Emang iya? Pinjem kaca dong zi."

Wah gak beres nih. Batin Zia.

"Lo sakit?" Tanya Zia.

Liam menggeleng.

"Trus kenapa muka Lo pucet gitu? Lo ga sarapan?"

"Gue lupa sarapan tadi." Jawabnya santai, sembari menahan sesak di dadanya.

"Ck! Yaudah bentar gue beliin nasgor." Saat Zia hendak berbalik, Teo mencekal tangannya.

"Biar gue aja." Zia mengangguk lalu kembali duduk.

"Lo beneran gapapa kan?" Tanya Dinar.

"Gapapa."

"Kita pulang aja gimana?" Tanya Zia.

"Kan bentar lagi bel."

"Masih 20 menit lagi, pulang aja udah." Ucap Iqbal.

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang