46. Pertukaran pelajar

92 15 2
                                    

"ZIAAA MAIN YUK!!"

"NENG JIA!!"

"ZIA!! GUE BAWA LOLLIPOP NIHH!!"

Brian geleng-geleng kepala, teman-temannya begitu heboh mengetuk pintu kamar Zia.

Untung saja dirumah hanya ada ART.

"ZI-"

Brak

"Pftt, AHAHAHA." Zia tertawa melihat Peto jatuh saat Zia membuka pintu kamarnya.

Pria itu tadi menggedor-gedor sembari menyenderkan tubuhnya pada pintu.

Jadi wajahnya yang tampan berciuman dengan lantai deh...

"IDUNG GUE MAKIN PESEK WOY!" Murka Peto, lalu ia berdiri dan berjalan menuju kaca besar yang ada dikamar Zia.

"Ah elah... Gue kan mau jadi bule, tapi idung gue makin pesek kedalem." Gumamnya sedih.

"Yaelah pet, jadi diri Lo sendiri aja. Ngapain pengen jadi bule." Ucap Iqbal yang sudah duduk di tepi ranjang.

"Masalahnya kalo idung gue pesek, ntar yang mau gue turunin ke anak gue apa? Masa dia juga pesek."

"Cari bini yang mancung lah." Jawab Teo santai, sedangkan yang lain mengangguk membenarkan.

Peto menghela nafas berat, lalu ikut duduk di karpet yang ada di kamar Zia.

"Mata Lo kenapa sembab?" Tanya Peto.

"Nonton drakor." Jawab Zia dengan santai.

"Yakin?"

Zia mengangguk.

"Bukan Karna baca surat ini kan?" Peto mengangkat sebuah surat yang ia temukan di bawah kasur Zia.

Mata Zia melotot, "jangan baca!" Zia merampas kertas itu.

"Gue tau dari siapa, tapi isinya gak tau."

"Pokoknya jangan baca."

"Kenapa?" Brian angkat bicara.

"Y-yaa... Ada lah, rahasia."

Brian mengangkat sebelah alisnya heran.

Itu dari siapa? Dan isinya apa? Batin Brian.

Ia melirik Peto, orang yang dilirik pun seakan tau apa yang dimaksud.

"Airen." Jawabnya tanpa bersuara.

Brian mengangguk-angguk saja.

Lalu mereka memakan martabak yang dibawa Dinar tadi dengan diiringi canda tawa.

-usai-

"Permisi, kak Kezia Reysa Laoumond dipanggil sama ibu Rahayu." Ucap seorang adik kelas.

"Gue?" Tanya Zia.

"Basa-basi banget anj! Nama Lo cuma ada satu disini, Kezia Reysa Laoumond." Timpal Dinar.

"Ya kali aja salah orang."

Adik kelas itu tersenyum, "iya kak Zia. Ibu Rahayu ada di ruang kepsek."

"Oke, thanks ya." Ucap Zia, adik kelasnya yang bernama Fitri itu mengangguk dan pamit pergi.

"Gue kesana dulu ya." Pamit Zia pada teman-temannya.

"Lo ga bikin masalah kan?" Tanya Iqbal.

"Engga."

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang