38. Bertanya pasal kalung

111 14 0
                                    

Karna kemaren ga ada yang komen, daripada author dikira jahat ga author up.

Dibaca ya, jangan di renungkan. Kalo mau dapet cowo kaya Brian ya nikahin aja anak tunggal kaya raya.

Gitu sih kata emak-emak.

Okay, happy reading 💐

———

"Asep, kak Zia nya mau pulang."

"Tapi Acep mau cama ka jiji!!!"

"Besok lagi ya mainnya, kak Zia nya mau istirahat."

Zia merasa tak enak mendengar perdebatan ibu dan anak itu. Ia bingung harus berbuat apa.

"Emm tante, Asep sama Zia aja dulu." Sahutnya.

"Emang kamu ga cape dari tadi jagain dia?"

Zia menggeleng, "Sama sekali engga tan."

"Tapi Tante ga enak sama kamu."

"Santai aja sama Zia tan."

"Yaudah, kalau dia nakal kamu balikin aja kesini ya?"

Zia mengangguk patuh, "Oke tan."

Asep melompat-lompat kegirangan.

"Kalau gitu Zia pamit ya Tan."

"Iya,"

Rani sedikit membungkukkan badannya, "Kamu jangan nakal-nakal!"

Asep memberi hormat pada sang bunda, "Siap bunda!"

Zia membungkukkan badannya pertanda ia akan berbalut menuju rumah, Rani pun mengangguk mengiyakan.

Rumah Tante Rani hanya berjarak 2 rumah dari tempatnya, tidak terlalu jauh lah ya.

Saat sampai dihalaman rumahnya, terlihat mobil Brian yang terparkir di depan halaman rumahnya.

Dia kan punya rumah, kenapa harus parkir disana.

"Ngapain Lo?" Tanya Zia tak santai.

"Dinda jangan marah-marah, nanti-"

"Diem Lo! Nama gue Zia bukan Dinda!" Amuk Zia pada Iqbal.

"Ampun madam!" Iqbal menyatukan tangannya.

"Ngapain Lo?" Tanya Zia sekali lagi pada Brian.

"Nungguin Lo."

"Ngapain nunggu gue?"

"Mau ajak jalan."

"Ga bisa."

"Kenapa?"

"Lo ga liat?"

Brian mengalihkan pandangannya pada bocil yang menggenggam tangan Zia erat.

"Ajak aja."

"Boleh?"

"Boleh asalkan masih sama cantiknya Brian."

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang