17. Ujian

223 21 2
                                    

Tanpa gue guru BK bakalan bosen berdiam diri di kantornya.
~Peto~

Pagi ini. Zia, Dinar, Peto, Teo, Iqbal dan Liam sudah berada di sekolah-lebih tepatnya kantin.

Mereka sedang makan sembari menunggu bel masuk berbunyi. Banyak siswa-siswi yang menyapa mereka, bertanya mereka kemana saja, dan kemana Brian.

Tentu saja mereka tidak menjawab, tapi satu pertanyaan tentang Brian yang dijawab oleh Peto, "Ngapain sih nanyain Brian? Gue kan kembarannya, sama-sama ganteng juga."

Namun, 4 orang siswa menatap Zia dengan tatapan seolah ingin menyingkirkan nya.

"Mereka udah balik, rencana satu dijalankan pas istirahat pertama." Ucap seorang perempuan.

Kringg kringg

Bel sekolah berbunyi, seluruh siswa memasuki kelasnya untuk melaksanakan pembelajaran pertama.

Berbeda dengan Peto, ia dihukum oleh guru BK karena mengambil kacamata Pak Afri.

"Buk, masa saya dihukum sih? Tadi kan niat saya mau bersihin kacanya." Ucap Peto.

"Niat kamu baik, tapi cara kamu salah, tidak ada orang yang membersihkan lensa kacamata menggunakan telapak tangan."

"Ada. Itu tadi saya buktinya."

"Kamu itu otaknya dimana sih?!"

"Ya di kepala buk, masa dikaki."

"Terserah." Guru BK itu pergi dengan memijat Pangkal idungnya.

"Semua cewe sama aja! Terserah selalu dihati!"

Saat guru BK sudah tidak terlihat, peto berlari menuju kantin.

"Mpok, beli teh es satu." Ucap Peto sembari mengusap keningnya yang dipenuhi keringat.

"Eyy, kamu teh gak belajar?" Tanya mpok Siti.

"Haus Mpok."

"Masuk kelas dulu sana! Kata guru, kalau kamu kesini saya harus larang."

"Mpok gak kasian gitu sama saya?" Peto memasang wajah memelas nya.

Mpok Siti menggeleng.

"Yaudah, saya terpaksa nahan haus."

"Yaudah."

"Saya keluar nih?"

"Itu pintu disebelah kanan."

"Mpok?"

"Monggo."

"Saya keluar nih?!"

"There's the door."

"Mpok."

"There's the door bitch."

"Huh, Mpok makanya jangan main tiktok terus."

"Itu pintu disebelah kanan tuan."

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang