31. Pengakuan

138 20 0
                                    

Yok bisa yok di vote dulu, jangan pelit ntar ga disayang crush xixixi.

Happy reading 💐

Brian berhasil mengumpulkan teman-temannya di cafe yang Zia sebutkan di sekolah tadi.

Jangankan yang lainnya, Brian yang menyuruh mereka untuk datang juga bingung.

"Kenapa zi?" Tanya Peto membuka obrolan.

"Gue mau nanya, penting." Dari wajahnya Zia sudah menunjukkan bahwa saat ini hanya ada keseriusan.

"Nanya apa?"

Zia mengalihkan pandangannya pada Liam.

"Kenapa?" Tanya Liam.

"Lo sakit?"

"Engga."

"Gue lagi serius! Gue ga mau ada kebohongan!" Tegas Zia.

Semua hening menunggu Liam menjelaskan. Liam menatap Peto seolah meminta tolong.

Peto mengidikkan bahunya tak tau.

Liam berdehem pelan, "Jadi sebenernya," Liam menggantung ucapannya.

Mungkin ini waktunya mereka semua tau. Batin Liam.

"Sebenernya gue punya penyakit jantung." Pengakuan Seolah membuat semua temannya merasakan sakit yang teramat dalam.

"Gue gak ngasi tau kalian itu, supaya kalian gak kepikiran sama penyakit gue."

"Terus Lo gak khawatir sama kesehatan Lo? Dengan cara Lo yang salah?" Tanya Zia, mencoba menahan air matanya.

"Gue ngelakuin itu supaya kalian semua seneng tanpa mikirin kesehatan gue."

"ITU NAMANYA LO EGOIS!" Bentak Zia.

Air matanya keluar dan ia terisak pelan.

"Lo harusnya kasih tau gue! Gue gak mau seneng diatas penderitaan orang!" Ucapnya dengan suara yang bergetar.

Sakit mengingat apa yang telah Liam lakukan untuknya, membuatnya senang. Sedangkan Liam? Dia menahan sakit yang dia alami.

Flashback on

"Liam! Ayo sini!" Panggil Zia yang sedang main hujan di halaman rumahnya.

"Zia, jangan main hujan sayang!" Teriak Serra.

"Zia kangen main hujan bunda!"

"Jangan ajak Liam! Nanti dia sakit."

"Terus kalau Zia sakit bunda gapapa?"

"Bukan gitu, kamu main hujan kan kemauan kamu sendiri."

"Gapapa Bun, Liam juga udah lama ga main hujan." Ucap Liam pada Serra.

"Nanti kamu sakit."

"Gapapa Bun, Liam ga gampang sakit."

"Yaudah, jangan lama-lama ya." Liam mengangguk, lalu menghampiri Zia yang asik bermain hujan.

Liam senang melihat Zia yang dapat tertawa lepas. Semoga saja dia bisa terus melihat Zia tertawa secara langsung.

"Liam kenapa?!" Panik Zia saat melihat Liam memegangi kepalanya.

"Gapapa, ini kepala gue cuma gatel."

"Bener?"

"Iya, lanjut gih main-main nya."

Zia menarik tangan Liam dan berlompat-lompat gembira.

Flashback off

USAI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang